Jumat, 13 Maret 2009

SIKLUS KESEHATAN WANITA PADA MASA KONSEPSI

SIKLUS KESEHATAN WANITA PADA MASA KONSEPSI 


SIKLUS KESEHATAN WANITA

PADA MASA KONSEPSI

Perkembangan biologis antara laki – laki dan perempuan ditentukan sejak masa konsepsi. Janin perempuan mempunyai dua kromosom X dari setiap orang tua. Janin laki – laki mempunyai kromosom X dan Y, kromosoms X dari ibu dan kromosom Y dari ayah. Sejak tujuh minggu masa depan konsepsi, organ seksualitas laki – laki mulai terbentuk karena pengaruh hormon estrogen. Dan pada waktu yang sama organ seksual perempuan mulai terbentuk karena kurangnya testeteron, bukan karena adanya hormone esterogen.

I. Sel telur ( Ovum )

Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genetalia ridge. Menurut umur wanita, jumlah oorganisme adalah :

a. Bayi baru : 750.000

b. Umur 6 – 15 tahun : 439.000

c. Umur 16 – 25 tahun : 159.000

d. Umur 35 – 45 tahun: 34.000

e. Masa menaupose : semua hilang.

Urutan pembuahan ovum ( oogenesis ) :

a. Oogonia

b. Oosit pertama ( Primary Oocyte )

c. Primary ovarian fillicel

d. Liquor folliculi

e. Pematangan pertama ovum

f. Pematangan kedua ovum pada waktu sperma mebuahi telur

II. Sel mani ( Sperma )

Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala, berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti ( nucleus ), leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah, dan ekor, yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat. Panjang ekor sperma kira – kira 10x bagian kepala. Jumlah sperma yang dikeluarkan sekali membuahi berjuta – juta sel mani yang keluar.

Secara embrional, spermatogonium berasal darisel primitive tubilus testis. Setelah bayi laki – laki lahir, jumlah spematogenium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa akil baliq. Pada masa pubertas, dibawah pengaruh sel – sel interstisial leydig, sel – sel spermatogenium ini mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah spermatogenesis.

Urutan pertumbuhan sperma ( spermatogenesis ) :

a. Spermatogenium, membelah dua

b. Spermatosid pertama, membelah dua

c. Spermatosid kedua, membelah dua

d. Spermatid, kemudian tumbuh menjadi

e. Spermatozoon ( sperma )

III. Pengertian Konsepsi

Suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur didalam tuba falopi. Hanya satu sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. Konsepsi dapat terjadi, jika beberapa kriteria berikut di penuhi :

a. Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat.

b. Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi.

c. Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi.

d. Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai penetrasi dan akhirnya membuahi ovum.

Konsepasi memiliki kemungkinan paling berhasil, jika hubungan seksual berlangsung tepat sebelum ovula. Sperma dapat hidup selama 3 – 4 hari didalam saluran genetalia wanita dan idealnya harus berada didalamtuba falopii saat ovulasi terjadi, karena ovum hanya bisa hidup selam 12 – 24 jam. Wanita dapat memprediksi ovulasi dengan memantau perubahan dalam tubuhnya. Misalnya, sekitar waktu ovulasi, serviks memendek, melunak dan sedikit berdilatasi. Salah satu indicator ovulasi yang paling kuat adalah status lender serviks yang menjadi transparan, licin, dan banyak ( Flynn, 1992 ). Lendir tersebut juga dapat direnggangkan, suatu materi yang disebut spinnbarkeit. Setelah ovulasi, lender kembali menjadi kental, lengket, dan jumlahnya menurun ( Norman, 1986 ). Tindakan lebih jauh yang dapat dilakukan wanita adalah mengobservasi suhu tubuh basalnya, yang meningkat sebesar 0,2 derajat celcius segera setelah ovulasi.

Sebelum sebuah sperma mampu mempenetrasi dan membuahi sebuah ovum, sperma harus menjalani sebuah proses yang disebut kapasitasi ( berlangsung kurang lebih 7 jam ). Pada proses ini membrane sperma menjadi rapuh ( fragile ) dan melepaskan enzim hidrolitik dari akrosom ( lapisan seperti helm yang menutupi kepala sperma ). Enzim ini ( hialuronidase dan proteinase ) harus mencerna korona radiata dan zona pelusida sebelum dapat mencapai membrane ovum. Walaupun banyak sperma terlibat dalam proses cerna ini, hanya satu sperma yang dibiarkan mempenetrasi ovum. Segera setelah satu sprema memasuki ovum, perubahan kimia terjadi. Perubahan kimia ini mula – mula mencegah sperma lain berfusi lebih jauh dengan membrane ovum dan pada akhirnya semua sperma yang tersisa dikeluar dari ovum.

Begitu sperma telah memasuki ovum, sperma sementara berada didalam sitoplasma perifer, sementara nucleus wanita menjadi matur dan jumlah kromosom wanita menurun dari 46 menjadi 23. Nucleus sperma menjadi membengkak dan saling mendekat sebagai pronukleus pria dan wanita saat terbentuk suatu “ kumparan “ diantara kedua nucleus tersebut membrane pronukleus kemudian rupture dan kromosom yang dibebaskan berkombinasi membentuk zigot. Pada waktu inilah fertilisasi ( pembuahan ) terjadi.

Waktu yang optimal untuk mulainya kehamilan adalah dalam 24 jam ovulasi. Koitus ( hubungan seksual ) selama 24 jam sebelum ovulasi akan menyediakan spermatozoa pada tuba falopii yang siap menerima kedatangan ovum. Dengan demikian penting bagi wanita mencoba untuk mengerti bahwa ia mengetahui perkiraan hari ovulasinya.

Metode berukit dapat dipergunakan untuk menilai hari ovulasi :

a. Metode kalender

Pencatatan sebaiknya dilakukan terus dalam satu periode paling tidak 6 bulan, yang mencatat hari pertama setiap periode menstruasi ( hari ke 1 keduanya darah mentruasi ) dan dengan demikian menghitung waktu ovulasi selama 15 hari sebelum periode khusus tersebut. Pada cara ini diperkirakan hari – hari pada bulan berikutnya kapan wanita akan menstruasi dan dengan demikianjuga dapat diperkirakan hari – hari kapan wanita tersebut berovulasi. Apabila mensttruasinya tidak teratur, maka penghitungan demikian tidak mungkun dilakukan.

b. Metode suhu

Pelepasan progesterone telah menyebabkan peningkatan suhu tubuh sampai 0,5 derajat Celsius. Suhu tubuh tersebut akan sedikit turun tepat sebelum mulainya ovulasi dan kemudian meningkat segera setelah ovulasi. System ini memerlukan pencetatan suhu mulut segera pada setiap bangun tidur pagi. Peningkatan suhu tubuh tersebut harus menetap dalam 24 jam untuk membuktikan bahwa telah terjadi ovulasi. Pemakaian metode ini mungkin dapat keliru karena kenaikan suhu dapat menunjukan adanya infeksi dan penurunan suhu tubuh kadang – kadang terjaid akibat dari pemberian obat misalnya aspirin.

c. Perubahan mucus serviks

Peningkatan kadar estrogen tepat sebelum ovulasi menyebabkan peningkatan sekresi serviks maupun pengurangan kekentalan ( vikositas ) sekresi tersebut. Karena sekresi merupakan bagian dari sekresi vagina maka perubahan dapat dikenal oleh wanita yang diharapkan dapat mengerti. Walaupun demikian, akan memerlukan waktu 2 atau 3 bulan lagi pasangan yang sebelumnya belum pernah mengetahui maknanya untuk memperhatikan hal ini.

IV. Tahap – Tahap Perkembangan Janin

a. Tahap perkembangan janin minggu 1 – 4

Minggu pertama :

• Stadium 1 : seltelur yang dibuahi

• Stadium 2 : hari ke 2 – 3, pembentukan alur. Diferensiasi menjadi sel – sel luar dan dalam pembelahan sel pertama langsung beralih kestadium kedua buah sel sementara diangkut menjadi saluran telur.

• Stadium 3 : blastokista bebas menjadi senyawa sehingga jumlah sel menjadi 32 – 58 buah dimulai pembentukan rongga blastokista. Hari ke 4 – 5 blatokista bebas. Embrioblast dan trofoblast rongga blatokista dilanjutkan dengan nidasi yang berlangsung selama kurang lebih satu minggu.

Minggu kedua : Implantasi

• Stadium 4 : implantasi blatokista dan krucut implantasi dalam selpaut lendir rahim.

• Stadium 5 : masuknya blatokista kedalam selaput lendir sampai awal peredaran uteroplasenta.

Minggu ketiga : blatokista trilaminar

• Stadium 6 : pembentukan mesoderm ekstra embrional dan reorganisasi rongga – rongga embrional dan terbentuk garis sederhana.

• Stadium 7 : timbauan korda

• Stadium 8 : terusan aksial

• Stadium 9 : lipatan kepala mulai terbentuk, jantung mulai berdenyut dan jonjot – jonjot karion mulai terapung bebas dalam darah ibu.

Minggu keempat :

• Perkembagan bentuk badan, mencakup stadium 10 – 13 pada awal minggu ke 4 jantung berdenyut, peredaran darah berfungsi, bumbung saraf menutup. Embrio melipatkan diri lepas dari kandung kuning telur.

• Diakhir minggu ke 4 gestasi, sel – sel embrio tumbuh dengan cepat tapi belum menyerupai manusia sesungguhnya.

• Perkembangan minggu ke 4 gestasi mencakup yang berikut :

- Panjang 0,75 – 1 mm ; berat 400 mg

- Pembentukan korda spinalis dan mulai menyatu digaris tengah back bant ( kepala menyentuh ekor ).

- Jantung mengalami rudimeter, tampak seperti gumpalan dipermukaan anterior.

- Gumpalan mirip lengan dan kaki

- Mata, telinga dan hidung mengalami rudimenten.

b. Tahap perkembangan janin minggu ke 5 – 8 : organogenesis

• Satium 14 : miotom – miotom

Panjang 5 – 7 mm, usia 31 – 35 hari, alur lensa menenggelamkan kedalam cawan mata. Duktus endolimfatikus bertunas keluar dari gelembung telinga. Lengkung kepala dan lengkung temgkuk sangat menonjol.

• Stadium 15 : topografi pembuluh – pembuluh darah

Panjang 7 – 9 mm, usia 35 – 38 hari, ectoderm menutup diatas gelembung lensa. Tepek penghidu membenankan diri menjadi suatu alur kecil. Terbentuk tepek telingga.

• Stadium 16 : tonjolan – tonjolan wajah

Panjang 8 – 11 mm, usia 37 – 42 hari. Pada embrio yang tidak difiksasi sudah mengalami pigmentasi. Benjolan – benjolan telinga tampak jelas. Sinus serviklis menutup. Telapak tangan amat jelas, telapak kaki samara – samar.

• Stadium 17 : gelembung – gelembung telenfesalon.

• Stadium 18 – 19 : bentuk yang kuboid.

• Stadium 20 : tangan pada sikap pronasi. Kerangka tulang rawan dan susunan otot.

• Stadium 23 : histologi. Pengolahan bertahap pada kepala.

• Diakhir minggu ke 8 gestasi, organogenesis telah lengkap.

• Perkembangan pada minggu ke 8 gestasi mencekup yang berikut :

- Panjang 2,5 cm ; berat 20 gram

- Jantung mulai berdenyut disertai adanya katup dan septum.

- Gambaran wajah dapat dilihat.

- Ekstremitas terbentuk.

- Ekor mengalami retrogesi, abdomen kencang dan kantung gestasional kelaminnya.

• Minggu ke 12 :

- Panjang 7 – 9 cm

- Berat 45 gram

- Terjadi gerakan janin spontan.

- Reflek babinski positif.

- Pembentukan lempeng osifikasi.

- Jenis kelamin bisa dibedakan dari tampilan luar.

- Sekresi ginjal dapat dimulai : urin belum terdapat di cairan amnion.

- Denyut jantung dapat di dengar melalui doppler

• Minggu ke 16 :

Diakhir minggu keenam belas gestasi janin menelan cairan amniotonic dengan aktif.

- Gestasi mencakup :

o Panjang 10 -17 cm.

o Berat 55 – 120 gram

o Quickening

o Antibody mulai di produksi

o Rambut mulai terbentuk

o Mekonium terdapat di usus bagian atas

o Terbentuk lemak coklat

o Pola tidur dan aktifitas dapat dibedakan.

• Minggu ke 24 :

Ketika janin mencapai usia 24 minggu, atau beratnya mencapai 601 gram, mereka telah mencapai batas usia viabilitas jika kelahiran mereka ditangani di fasilitas pelayanan modern.

- Gestasi mencakup yang berikut :

o Panjang 28 – 36 cm

o Berat 550 gram

o Antybody pasif ditransfer dari ibu kejanin

o Terdapat ferniks kaseosa

o Mekonium terdapat direktum

o Produksi surfaktan mulai aktif

o Kelopak dan bulu mata sudah dapat dibedakan

o Kelopak mata sudah mulai terbuka dan pupil raktif.

c. Tahap perkembangan janin minggu ke 28 :

• Pembuluh darah retina rentan terhadap kerusakan akibat konsentrasi oksigen, ini menjadi pertimbangan penting pada saat merawat bayi dengan berat lahir rendah yang memerlukan oksigen.

• Perkembangan pada minggu ke 28 getasi mencakup yang berikut :

- Panjang 35 – 38 cm

- Berat 1200 gram

- Alfeolus paru matang

- Terbentuk surfaktan dicairan amnion

- Testis turun ( pada pria )

d. Tahap perkembangan janin minggu ke 32 :

• Diakhir minggu ke 32 gesatasi janin mulai menetapkan diri pada posisi lahir.

• Perkembangan pada minggu ke 32 gestasi mencakup yang berikut :

- Panjang 38 – 43 cm

- Berat 1600 gram

- Terdapat simpanan lemak subkutan

- Reflek moro aktif

- Terbentuk cadangan zat besi

- Janin mulai peka terhadap suara – suara dari luar kandungan

- Kuku jari memenuhi ujung – ujung jari.

e. Tahap perkembangan janin minggu ke 36 :

• Diakhir minggu ke 36 janin berada pada posisi verteks atau kepala berada dibawah

• Perkembangan pada minggu ke 36 gestasi mencakup sebagai berikut :

- Panjang 42 – 49 cm

- Berat 1900 – 2700 gram

- Terdapat simpanan glikogen, besi, karbohidrat dan kalsium

- Simpanan lemaksubkutan meningkat

- Lipatan plantar terbentuk 1 – 2

- Laguno menghilang

- Biasanya berada pada posisi verteks

f. Tahap perkembangan janin pada minggu ke 40 :

• Pada primipara, janin biasanya masuk kejalan lahir selama 2 minggu terakhir kehamilan yang membuat ibu merasa bahwa bayi siap lahir. Ini merupakan peringatan bahwa trimester ke 3 kehamilan sudah berakhir dan persalinan siap dimulai.

• Pada perkembangan minggu ke 40 gestasi mencakup yang berikut :

- Panjang 48 – 52 cm

- Berat 3000 gram

- Ginjal janin aktif

- Verniks kaseosa terbentuk lengkap

- Plantar mulai banyak

- Kuku jari mulai panjang

V. Faktor – Faktor yang mempengaruhi konsepsi :

1. Infertilitas pada wanita

Untuk menjadi hamil, wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur, ovumnya harus normal dan tidakboleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau amplantasi ovum yang sudah di buahi. Oleh karena itu, penyebeb infertilitas pada wanita, yang dapat disebabkan oleh faktor, psikologis, atau kombinasi keduanya, dapat dibagi menjadi masalah ovulasi atau hambatan atau abnormalitas dalam saluran reproduksi.

2. Masalah ovulasi

Karena ovulasi normal berlangsung dibawah kendali hormone, gangguan tertentu dalam system endokrin dapat mempengaruhi fertilisasi. Dengan menelusuri kembali peristiwa – peristiwa yang menyebabkan ovulasi, area – area yangn terkait dengan sistem endokrin menjadi jelas. Pertama hipotalamus perlu melepaskan faktor pelepasan gonadotropin yang bekerja pada kelenjar hipofisis, menyebabkan pelepasan FSH dan LH. FSH menstimulasi sebuah folikel menjadi matang dan menyebabkan produksi estrogen, sedangkan LH menstimulasi pelepasan ovum dan produksi progesterone. Produksi estrogen dan progesterone juga dipengaruhi oleh kadar prolaktine yang bersikulasi dari kelenjar hipofisis.

Masalah ovulasi dapat disebabkan oleh difungsi hipotalamus, kelenjar hipofisis, atau kelenjar tyroid ( karena peningkatan kadar prolaktin dapat disebabkan baik oleh masalah kelenjar hipofisis ataupun kelenjar tyroid ). Dari perspektif psikologi, terdapat juga suatu kolerasi antara hiperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress ( diantara pasangan yangn mendatangi klinik infertilitas ), walaupun efek stress pada fertilisasi memerlukan penelitian lebih lanjut. Penyakit sistematik,yang meliputi DM, penyakit gagal ginjal yang mempengaruhi fungsi endokrin dapat juga menggangu siklus normal.

Walaupun fungsi hormone dapat berada dalam keadaan normal, gangguan pada ovarium dapat mempengaruhi ovulasi. Misalnya kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistis atau kerusakan ovarium akibat endomestiotis atau riwayat pembedahan dapat menggangu siklus ovarium sehingga mempengaruhi fertilitas. 

epidemiologi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 
Dewasa ini kita dapat lihat perkembangan epidemiologi sebagai suatu bidang ilmu yang mempelajari keadaan dan sifat karakteristik suatu kelompok penduduk tertentu,dengan memperhatikan berbagai perubahan yang terjadi pada penduduk tersebut yang mempengaruhi derajat kesehatan dan kehidupan sosialnya.Berbagai definisi dan pengertian telah dikemukakan oleh para ahli epidemiologi yang pada dasarnya memeliki kesamaan pengertian yakni epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari,menganalisis,serta berusaha memecahkan berbagai masalah kesehatan maupun masalah yang erat hubungannya dengan kesehatan pada suatu kelompok penduduk tertentu.

B. Tujuan
Tujuan dari disusunnya tugas ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian epidemiologi.
2. Untuk mengetahui elemen epidemiologi.
3. Untuk mengetahui pengertian kesehatan masyarakat.
4. Untuk mengetahui peranan epidemiologi dlam kesehatan masyarakat. 


 
BAB II
ISI

A. Pengertian
 Epidemiologi adalah studi yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi, serta penerapannya untuk pengendalian masalah-masalah kesehatan. (CDC, 2002; Last 2001, Gordis 2000).

Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannya. (Dasar Epidemiologi, Noor Nasri Noor, 2000).

Epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena massal (mass phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural history) penyakit menular. (Wade Hampton Frost, 1927).

Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian penyakit yang mengenai kelompok (herd) penduduk. (Greenwood,1934).

  Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab kejadian penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. (Brian MacMahon, 1970).
 
Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia. (Anders Ahlbom dan Staffan Norel, 1989).

Jadi pengertian epidemiologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari distribusi (penyebaran), determinan (faktor penentu), penyakit menular, penyakit infeksi dan non infeksi, serta penyebaran penyakit terhadap manusia dalam konteks lingkungan.

B. Elemen- elemen epidemiologi
o Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrition), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negaraq maju epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
o Populasi  
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran penyakit-penyakit individu-individu, maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
o Pendekatan Ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis maupun social. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

C. Peranan Epidemiologi Dalam Kesehatan Masyarakat
Epidemiologi bukan hanya menganalisis penyakit serta sebab terjadinya penyakit, tetapi dapat pula ditetapkan dalam berbagai masalah yang ada dimasyarakat, baik yang bertalian erat dengan penyakit atau masalah kesehatan lainnya, maupun yang berhubungan dengan masalah lain dalam masyarakat.

Dalam bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi mempunyai tiga fungsi utama :
1. Menerangkan tentang besarnya masalah dan gangguan kesehatan (termasuk penyakit) serta penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu.
2. Menyiapkan data / informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan program, serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik yang bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta menentukan skala prioritas terhadap kegiatan tersebut.
3. Mengidentifikasi berbagai factor yang menjadi penyebab masalah atau faktor yang berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.

Untuk melaksanakan fungsi tersebut, para ahli epidemiologi lebih memusatkan perhatiannya pada berbagai sifat karakteristik individu dalam suatu populasi tertentu seperti sifat karakteristik biologis, sosio-ekonomis, demografis, kebiasaan individu serta sifat karakteristik genetis. Pada berbagai sifat karakteristik tersebut, akan memberi gambaran tentang sifat permasalahan yang ada dalam masyarakat serta kemungkinan factor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam penerapannya, kegiatan epidemiologi dapat dibagi dalam dua bentuk utama.

 Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif terutama menganalisis masalah yang ada dalam suatu populasi tertentu serta menerangkan keadaan dan sifat masalah tersebut, termasuk berbagai factor yang erat hubungannya dengan timbulnya masalah.Bentuk kegiatan ini dapat memberikan gambaran tentang adanya masalah dalam populasi tertentu dengan membandingkan populasi tersebut terhadap populasi lainnya, atau dengan populasi yang sama pada waktu yang berbeda.Bentuk ini banyak digunakan dalam mencari keterangan tentang keadaan derajat kesehatan maupun masalah kesehatan dalam suatu populasi tertentu pada waktu dan tempat yang tertentu pula. Disamping itu epidemiologi deskriptif dapat pula memberikan gambaran tentang faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan pada suatu populasi tertentu dengan menggunakan analisis data epidemiologi serta data informasi lain yang bersumber dari berbagai disiplin seperti data genetika, biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi, sosial ekonomi, dan sumber keterangan lainnya.
Sebagai contoh penggunaan epidemilogi deskriptif antara lain pada usaha penanggulangan berbagai wabah penyakit menular yang timbul dalam masyarakat. Disamping itu penggunaan epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis masalah kesehatan, penyusunan program kesehatan masyarakat serta penilaian hasil usaha dibidang kesehatan masyarakat, serta bidang lain yang berkaitan erat dengan kesehatan seperti kependudukan, keluarga berencana, dan gizi.

 Penelitian Epidemiologi
Penelitian epidemiologi (epidemiologic studies) merupakan bagian dari tugas pokok disiplin ilmu epidemiologi dalam mencari factor penyabab maupun hubangan sebab akibat terjadinya penyakit serta gangguan kesehatan lainnya dalam masyarakat. Pada dasarnya penelitian epidemiologi dapat dibagi dalam dua bagian utama yakni :  
1. Penelitian berdasarkan percobaan atau perlakuan khusus (eksperimental studies)
Penelitian eksperimental merupakan penelitian dinama peneliti melakukan kegiatan intervensi atau perlakuan khusus pada objek atau sasaran yang diteliti. Dengan demikian pada penelitian eksperimental, peneliti dapat mengatur perlakuan sesuai dengan keinginananya serta dapat mengamati proses kejadian secara langsung baik pada individu maupun pada kelompok. Secara garis besarny, dikenal dua macam penelitian eksperimental yakni : 
 Penelitian Eksperimental murni (dengan randomisasi)
Penelitian eksperimental murni merupakan penelitian eksperimental yang sering dilakukan di laboratorium maupun di klinik dengan menggunakan randomisasi yaitu setiap individu dalam penelitian tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih dalam kelompok kasus atau control. Yang termasuk dalam kelom[pok ini antara lain penelitian laboratorium untuk uji hipotesis tentang penyebab dan factor resiko, percobaan klinik (clinical trial) termasuk uji coba pengobatan pencegahan dan intervensi klinik. Disamping itu dapat pula dilakukan untuk intervensi pada kelompok komunitas tertentu dalam menentukan resiko tinggi (high risk group) serta untuk menilai berbagai kegiatan klinik dalam komunitas tertentu.
 Eksperimental Semu
Eksperimen semu (quasy exsperimental) merupakan penelitian eksperimental tanpa menggunakan randomisasi. Bila pada penelitian eksperimental murni kita lebih banyak menggunakan binatang percobaan maka pada eksperimental semu dapat dilakukan terhadap kelompok populasi tertentu yang merupakan satu kesatuan unit yang tidak dapat dipisahkan. Bentuk penelitian ini antara lain intervensi komunitas, uji coba bentuk pelayanan kesehatan terpadu bagi masyarakat, analisis biaya pelaksanaan usaha kesehatan pada kelompok penduduk tertentu dan sebagainya. Dalam penelitian ini hasil yang diperoleh dapat dibandingkan dengan keadaan kelompok lainnya atau dengan kelompok penduduk yang sama sebelum percobaan dilakukan.
2. Penelitian Observasi 
Penelitian observasi (pengamatan) ini didasarkan pada kejadian peristiwa secara alami tanpa suatu perlakuan khusus terhadap kelompok yang diteliti. Secara garis besarnya penelitian dapat dibagi dalam dua bentuk utama yakni : 
a) Penelitian deskriptif 
Bentuk ini lebih sering disebut analisis deskriptif untuk mengetahui prevalensi kejadian penyakit atau masalah kesehatan lainnya dan untuk mengetahui sifat kejadian tersebut dalam masyarakat serta kecenderungannya untuk masa mendatang. Tergolong juga di dalamnya penelitian prevalensi atau cross-sectional studies. Bentuk penelitian sangat membantu dalam menganalisis ststus kesehatan tertentu serta dapat memberikan keterangan tentang berbagai factor yang berkaitan erat dengan kejadian penyakit untuk digunakan dalam menyusun hipotesis untuk penelitian selanjutnya. Pada dasarnya, bentuk penelitian ini dapt memberikan jawaban pasti tentang faktor penyebab dan hubungan sebab akibat yang jelas.
b) Penelitian Analisis (etiologic)
Penelitian analisis (epidemiologi analitis) merupakan bentuk penelitian epidemiologi yang paling sering digunakan dalam mencari factor penyabab serta hubungan sebab akibat terjadinya penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya. Penggunaan bentuk ini bukan hanya terbatas pada kejadian penyakit pada individu tetapi juga pada kelompok penduduk tertentu. 
Peranan dan ruang lingkup epidemiologi yang pada mulanya hanya terbatas pada penyakit menular, berkembang menjadi lebih luas yang meliputi berbagai masalah kesehatan dalam masyarakat. Dan dewasa ini epidemiologi sebagai ilmu dan metode sudah berkembang lebih maju dan hampir meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dengan kemajuan dan pergeseran ruang lingkup dan bidang sasaran epidemiologi menimbulkan pula pergeseran nilai dan peranan, dari orientasi medis kemasalah kesehatan dan masalah social masyarakat menyebabkan minat ilmuwan pada epidemiologi bukan hanya terbatas pada klinisi saja tetapi juga para ahli sosial dan ahli lainnya, sehingga pada Negara yang sudah maju tidak jarang dijumpai ahli epidemiologi dengan latar belakang sosial non-medis. 

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan 
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi (penyebaran), determinan (factor penentu), penyakit menular, penyakit infeksi dan non infeksi serta penyebaran penyakit terhadap manusia dalam konteks lingkungan.
Elemen-elemen epidemiologi ada tiga yaitu mencakup semua penyakit, populasi, pendekatan etiologi.
Peranan epidemiologi dalam masyarakat tidak hanya menganalisis penyakit, tetapi dapat pula ditetapkan dalam berbagai masalah yang ada d

mencegah kolik pada bayi

mencegah kolik pada bayi

 
Kolik bayi adalah istilah yang dipakai untuk keadaan dimana bayi terus menerus menangis secara berlebihan. Biasanya disebut Kolik tiga bulan karena biasanya terjadi pada umur tiga bulan pertama. Kolik sebetulnya berati sakit perut yang datang secara bergelombang (spasmodik).

Tetapi karena bayi belum bisa mengeluh maka tidak bisa dipastikan sebab bayi menangis. Jika bila tidak bisa menemukan sebab yang jelas seperti rasa lapar, popok bayi basah atau demam, maka bayi yang menangis secara berlebihan dianggap sebagai kolik bayi.

Gejala. 
Menangis secara berlebihan terutama dimalam hari, setelah minum atau pada waktu bangun. Padahal bayi terlihat dalam keadaan normal dan sehat selain waktu tertentu.

Pada waktu serangan bayi pun sulit untuk didiamkan, tampak kemerah-merahan dan kaki diangkat-angkat. Sangat mungkin perut bayi dalam keadaan kembung.

Penyebabnya 
Belum deketahui secara pasti. Diduga mungkin disebabkan oleh kejang otot didinding susu, udara dalam usus dan gangguan pencernaan.

Tindakan pertama 
yang dapat anda lakukan adalah memeriksa apakah bayi tesebut lapar, basah, kedinginan atau demam. Rawat bayi sebaik-baiknya dan usahakan supaya bayi bersendawa untuk mengeluarkan angin.

Apabila usaha diatas tidak berhasil, diamkan dengan cara-cara yang biasanya cukup berhasil seperti dipeluk erat-erat, diayun-ayun, dimandikan, diberi dot, dinyanyikan, atau diputarkan kaset bunyi rahim.

Periksakan ke dokter apabila 
kolik bayi berlangsung terus menerus atau bila serangan di malam hari sangat menggangu. Dengan demikian anda bisa mendapatkan saran dan cara cara perawatan dari dokter.

Pencegahan. 
Tidak ada cara yang manjur untuk mencegah kolik bayi, tetapi orang tua biasa mengusahakan untuk menghilangkan penyebab-penyebab yang mungkin terjadi.

Pastikan bahwa lubang botol bayi sudah sesuai besarnya untuk mencegah bayi menelan terlalu banyak udara sewaktu minum. Usahakan supaya bayi bersendawa dengan baik setiap habis minum. Hindarkan jangan sampai bayi terlalu lapar/harus menunggu lama untuk minum air susu ibu.

Dugaan yang lain menyebutkan bahwa faktor psikologis juga dapat menyebabkan kolik pada bayi. Misalnya kondisi letih dan tegang orangtua yang dapat berdampak pada bayi. Untuk itu, kondisikanlah perawatan bayi yang membuat nyaman bagi orangtua dan bayi kesayangan anda.

Cacar air (Varisella)

Pengertian Cacar air (Varisella) adalah virus khusus yang sangat menular dengan ditandai Bintik –Bintik merah yang dapat menimbulkan kerusakan dan ketidakyamanan pada kulit. (Gramedia, Jakarta )

Apa Resiko Dari Cacar Air ?
  Sejauh ini cacar air dianggap sebagai suatu penyakit yang ringan, tetapi komplikasi dapat terjadi baik pada anak maupun dewasa. 
  Infeksi tambahan pada kulit, menimbulkan kerusakan dan bekas luka (yang dapat menyebabkan rasa rendah diri jika letaknya diwajah)
  Radang paru dan radang otak, yang membutuhkan rawat inap dirumah sakit
  Pada wanita usia subur, apabila hamil akan beresiko berat terhadap janinya seperti kecacatan pada bayi bahkan kematian

Bagaimana Anda Dapat Terserang Cacar Air ?
Ada 3 cara berbeda bagaimana orang terserang cacar air
  Penularan dari orang ke orang yaitu disebarkan melalui batuk dan bersin.
  Kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi dimana gelembung –gelembung cairanya sangat menular
  Penularan melalui plasenta yaitu dari ibu yang terinfeksi kejanin yang dikandungnya.

Apa Gejala –Gejala Dari Cacar Air ?
1. Gejala –gejala cacar air dimulai 14-16 hari
2. setelah kontak dengan pasien yang terinfeksi. Sakit kepala, demam, sakit perut, dan tidak enak badan.
3. Timbulnya bintik –bintik merah (1-2 hari) bintik –bintik merah di kepala, muka atau badan bagian atas kemudian, menyebar ketangan dan kaki.
Perawatan di rumah ?
1. Istirahat total
2. Potong kuku anak anda agar tidak menggaruk
3. Untuk menghilangkan rasa gatal, mandikan anak anda dengan air hangat dan oleskan iotion kelamina pada kulit
4. obat anthistamin yang diminum akan sangat membantu mengurangi rasa gatal dan iritasi, obat ini membuat anak anda mengantuk dan cara ini terbaik agar anak anda dapat tidur nyeyak

Tindakan dan Pencegahanya
• Jarang terjadi komplikasi berupa radang otak, jika muncul demam tinggi, prostasi, temui tenaga kesehatan terdekat missal bidan, maupun pukesmas terdekat
• Cacar air mungkinterinfeksi yang ditandai dengan semakin banyaknya bercak –bercak kemerahan, peningkatan rasa sakit dan pembentukan nanah, tetapi jika bintil- bintil cacar airya menjadi kemerahan dan lunak mungkin telah terjadi infeksi sekunder
• Jangan mengoleskan calamine dengan fenol 
• Ketika anak anda dimandikan, keringkan tubuh anak dengan perlahan agar lepuh tidak pecah
• Jika terjadi memar spontan dan pecahnya pembuluh darah dibawah kulit, segara temui dokter

Untuk Terhindar dari Penyakit Cacar Air ?
  Mengimunisasikan anak anda ke Bidan atau Dokter anda
• Vaksinya Vaksin Strain Oka
  Vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin MMR,Polio Oral,DTwp dll.
• Vaksin ini diperkirakan memberikan kekebalan hingga 10 tahun
• Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang menderita leukemia, atau sakit serius dan ibu hamil






Dartar Pustaka 
1. Edward Martin, 2000. “Penyakit anak sehari -hari dan tindakan darurat “ Gramedia : Jakarta
2. Umar fahmi Ahmad, 2006. “ Imunisasi mengapa perlu” Kompas:Jakarta

PROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN

PROSES KONSEPSI DAN 
PERTUMBUHAN JANIN 

 
 
Spermatogenesis 
Sperma diproduksi di spermatogonia (sel epidermis tubulus seminiferus 
testis. Hormon yang berpengaruh: 1) Hormon Gonadotropin, FSH, LH, 
Testoteron. Proses pembentukan melalui mitosis untuk menghasilkan 
spermatosid primer yang selanjutnya melakukan pembelahan meiosis 
sehingga menghasilkan spermatid yang kemudian berdiferensiasi 
menjadi sperma. 
 
 
Oogenesis 
Ovum diproduksi di ovarium. Pada embrio terdapat sekitar 600.000 buah 
sel induk telur (oogonium). Pada usia 5 bulan oogonium akan bermitosis 
sehingga menghasilkan 7 juta oosit primer dan pada ssat lahir jumlah 
oosit primer tinggal 2 juta yang bertahan samapai masa pubertas. 
Oogonium dan oosit ini terdapat di folikel telur yang pertumbuhannya 
dari folikel primer, sekunder, tersier dipengaruhi oleh FSH. Pada ssat 
ovulasi, folikel tersier berubah menjadi folikel de graff. Ovum terbentuk 
setelah oosit primer bermeiosis menjadi ovum. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Proses Konsepsi dan Pertumbuhan Janin 
Konsepsi menyangkut fertilisasi dan pelekatan embrio pada dinding 
uterus. Fertilisasi adalah peleburan inti sel sperma dan inti sel telur yang 
terjadi di saluran telur (oviduk) atau di uterus. Pada saat fertilisasi kepala 
sel sperma menembus dinding sel telur sedang ekor tertinggal di luar 
membentuk zigot (2n) yang terus membelah mitosis menjadi 32 sel 
(morula). Morula berkembang menjadi blastula. Bagian dalam blastula 
akan membentuk janin sedang bagian luarnya membentuk trofoblast 
(bagian dinding untuk menyerab makanan dan akan berkembang 
menjadi plasenta. Pada usia hari ke 4-5 setelah ferlitilasi blastula  
bergerak ke uterus dan melakukan implantasi (pelekatan) di uterus pada 
hari ke-6. Balastula kemudian berkembang menjadi grastula (punya 
lapisan ektodermis, mesodermis, dan endodermis). Selanjutnmya 
gastrula berkembang menjadi embrio setelah melalui peristiwa 
diferensiasi, spesilisasi, dan organogenesis. Ektodermis akan 
membentuk susunan saraf, hidung, mata, epidermis, kelenjar kulit. 
Mesodermis akan membentuk jaringan tulang, otot jantung, pembuluh 
darah, limfa, ginjal, klenjar kelamin. Endodermis akan membentuk 
kelenjar gondok, hati, pankreas, kandung kemih, saluran pencernaan, 
saluran pernapasan. 
 
 
 
 
 
 
  
Manusia merupakan makhluk hidup berumah dua (diaseus) karena 
satu individu hanya mempunyai satu jenis kelamin. Manusia juga 
termasuk jenis vivipar yaitu makhluk hidup yang beranak.  
Laki-laki mempunyai testis yang tersimpan di dalam skrotum. 
Penyimpanan testis di dalam skrotum dimaksudkan untuk 
mengoptimumkan suhu spermatogenesis. Hal ini dikarenakan pada suhu 
yang tinggi akan menganggu spermatogenesis. Di dalam testis terdapat 
tubulus seminiferus yang terdiri dari jaringan epithelium dan jaringan ikat. 
Di dalam jaringan epithelium terdapat sel spermatogonium (calon 
sperma), sel sertoli (pemberi makan spermatozoa), dan sel leydig 
(menghasilkan testoteron). 
 
Spermatogenesis 
1. Mitosis pada sel spermatogonium (2n) menghasilkan 
spermatogonium (2n) dengan jumlah yang banyak sekali 
2. Selanjutnya sebagian spermatogonium akan mengalami mitosis I 
dan spermatogonium lainnya membesar menjadi spermatosit 
primer (2n)  
3. Spermatosit primer kemudian mengalami meiosis tahap 1 menjadi 
2 spermatosit sekunder (n) yang selanjutnya mengalami meiosis 
tahap 2 dan menghasilkan 4 spermatosid sekunder (n).  
4. Spermatosid sekunder selanjutnya mengalami diferensiasi menjadi 
spermatozoa. 
 
Spermatozoa terdiri dari bagian kepala yang terdiri dari inti sel dan 
akrosom (bagian pelisis kulit telur), bagian badan yang kaya mitokondria 
dan bagian ekor yang kaya akan flagel. Selanjutnya spermatozoa 
menuju ke uretra di bantu oleh cairan (semen) dari vesicula seminalis 
(kantong sperma), kelenjar prostat, dan kelenjar cowper (bulbo). 3 ml 
semen mengandung 350-360 juta sperma. 
Spermatogenesis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu; 
1. Gonadotropin praduksi hipotalamus, hormon ini merangsang produksi 
FSH dan LH oleh kelenjar hipofisa. 
2. Folicle Stimulating Hormon (FSH) selanjutnya merangsang sel sertoli 
untuk memproduksi ABP/Androgen Binding Protein yang akan memicu 
pembentukan sperma. 
3. Luteinizing Hormon (LH) selanjutnya merangsang produksi testoteron 
(androgen) oleh Sel Leydig. 


4. Testoteron selanjutnya akan merangsang perkembangan seks primer 
dan seks sekunder dan juga merangsang spermatogenesis. Jika 
spermatozoa sudah terbentuk, maka Sel Sertoli akan menghasilkan  
hormon inhibin yang akan menghambat hipofisa memproduksi FSH 
dan LH. 
 





 
OOGENESIS 
1. Pada saat embrio, seorang wanita mempunyai 600.000 oogonium 
(calon ovum) yang kemudian membelah secara mitosis menjadi 7 
juta oogonium pada saat embrio berusia 5 bulan, tetapi menurun 
menjadi 2 juta oogonium pada saat embrio tersebut neonatus.  
2. Selang 6 bulan berikutnya terjadi meiosis I tahap I yang berhenti 
pada profase I. Pada usia 7 tahun terjadi lanjutan meiosis I 
(metafase I, anafase I, dan telofase I) yang menghasilkan 300.000-
400.000 oosit primer.  
3. Pada masa pubertas terjadi meiosis I tahap II (profase II, metafase 
II, anafase II, dan telofase II), dan bersamaan menjelang ovulasi 
akan dihasilkan oosit sekunder dan badan polar I, badan polar I 
kemudian mebelah menjadi 2 badan polar.  
4. Selanjutnya oosit sekunder mengalami meiosis II yang berhenti 
pada metafase II sebelum ovulasi. Setelah ovulasi dan ada 
penetrasi sperma, maka meiosis II dilanjutkan yang menghasilkan 
ootid dan badan polar II.  
5. Ootid kemudian berdiferensiasi menjadi ovum pada saat 
menjelang pelburan inti sel sperma dan ovum. 3 badan polar 
menempel di ovum dan berdegenerasi. 
 
 
 




PENGARUH HORMON DALAM OOGENESIS 
1. Pada saat pascamenstruasi (dimana pegaruh`progesteron sudah 
tidak ada) hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin  
menyebabkan hipofisa menghasilkan FSH dan LH. 
 
2. FSH menyebabkan folikel berkembang (dari folikel primer  
folikel sekunder folikel de graaf). 
3. Folikel de graaf memfasilitasi ovulasi dengan produksi satu 
ovum. Terjadinya ovulasi juga diransang oleh LH pada hari ke-
14 fase estrus. 
 
4. Di sisi lain folikel de graaf juga menghasilkan estrogen yang 
menyebabkan penebalan endomentrium dan mempengaruhi 
hipofisa untuk menghentikan produksi FSH dan LH. 
5. Folikel de graff yang telah mengeluarkan satu ovum (folikel 
kosong) akan membentuk korpus luteum (badan kuning) yang 
mampu menghasilkan progesteron. 
6. Progesteron selanjutnya menghambat hipofisa memproduksi FSH 
dan LH yang menyebabkan ovulasi berikutnya dihambat untuk 
sementara. Di sisi lain progesteron juga menyebabkan munculnya 
fase luteal (hari ke-10 pasca ovulasi, endomentrium tebal, lembut, 
dan kaya akan pembuluh darah). 
7. Jika ovulasi gagal korpus luteum dan endomentrium 
berdegenerasi yang menyebabkan pendarahan (menstruasi) pada 
hari ke-28 setelah ovulasi. Degerasi korpus luteum juga 
menyebabkan produksi progresteron tidak ada sehingga 
hipotalamus dapat memproduksi gonadotropin yang akan 
meransang mengulang siklus ovulasi tahap berikutnya. 
 
PERKEMBANGAN EMBRIO 
1. Terjadinya fertilisasi (inti sperma + inti ovum) zigot Embrio 
(32 Sel, Morula)  
2. Morula Blastula (hari ke-4 pasca fertilisasi, ada 2 lapisan sel: sel 
luar/trofoblas yang nantinya akan menjadi ari-ari yang berfungsi 
untuk menyerap makanan,Sel dalam/embrioblas) 
3. Blastula menuju ke uterus untuk melekat (konsepsi) pada hari ke-6. 
4. Konsepsi (nidasi) kuat terjadi pada hari ke- 12 14 kehamilan. 
Pada fase ini embrioblas berkembang menjadi 2 lapisan yaitu 
ektodermis dan endodermis. 
5. Blastula Gastrula pada hari ke-21. Gastrula mempunyai 3 
lapisan yaitu ektodermis, mesodermis (ektodermis yang 
berinvaginasi) dan endodermis. 
6. Embrio 5 minggu mempunyai panjang 1 cm, kuncup tangan, mata, 
jantung, hati tumbuh.
 
 
 
 
 
 
 7. Embrio 14 minggu mempunyai panjang 6 cm, organ lengkap sudah 
terbentuk. 
8. Embrio 20 minggu mempunyai panjang 30 cm, organ lengkap 
semakin tumbuh dengan sempurna. 
9. Embrio 38 minggu mempunyai panjang 45 cm dengan berat 3 Kg. 
Embrio pada tahap perkembangan dilapisi oleh 4 membran yaitu: 
a. Kandung kuning telur (tidak berkembang) 
b. Amnion (cairan ketuban 800 ml yang melindungi embrio 
dari tekanan dan benturan) 
c. Alantois (rudimenter) 
d. Korion plasenta (benrtuk cakram dengan diameter 20 cm 
tebal 2,5 cm) 
10. Menjelang kelahiran, kadar estrogen meningkat yang 
menyebabkan kontraksi uterus meningkat dan produksi prolaktin 
oleh hipofisa meningkat yang meransang kelenjar susu. 
 
 
Gambar Perkembangan embrio pada 5,14,20 minggu 
 
 
 
Gambar bayi kembar dengan amnion masing-masing 
 


KONTRASEPSI  
(PENCEGAHAN KONSEPSI) 
 
A. Permanen 
1. Tubektomi (tuba fallopi atau oviduk dipotong atau diikat) 
2. vasektomi (vasdeferens dipotong atau diikat) 
B. Non Permanen 
1. Tanpa alat bantu 
a. Memperpanjang masa menyusui. Hal ini dikarenakan prolaktin 
yang dihasilkan oleh hipofisa akan menghambat produksi FSH 
dan LH oleh hipofisa. 
b. Pantang berkala  
Sistem kalender: tidak bercoitus pada 3 hari sebelum dan 
sesudah ovulasi atau 14 hari sebelum menstruasi yang akan 
datang (jika siklus menstruasi normal tiap bulan dengan siklus 
28 hari). 3 hari sebelum ovulasi merupakan waktu dimana 
sperma masih mungkin hidup dan 3 hari sesudah menstruasi 
merupakan waktu dimana ovum masih hidup. 
Jika siklus haidd tidak normal, maka lama siklus haid 
ditentukan minimal dalam jangka waktu 6 bulan untuk 
mengetahui siklus haid terpanjang dan terpendek. Misal 
siklus haid terpanjang 35 hari dan terpendek 25 hari, maka 
penentuan masa subur adalah sebagai berikut: 
35 (masa terpanjang) 11 (bilangan standar) = 24 
25 (masa terpanjang) 18 (bilangan standar) = 7 
sehingga masa suburnya adalah hari ke-7 sampai dengan 
ke-24 dari haid I. 
 
Sistem billing: tidak bercoitus pada saat sekret/lendir paling 
panjang) 
c. Coitus interuptus (sengama terputus, pada saat ejakulasi  
sperma dibuang di luar vagina) 
2. Dengan Alat bantu 
a.Menghalangi ovulasi dengan estrogen atau progesteron. Hal ini 
dikarenakan estrogen dan progesteron akan menghambat 
hipofisa memproduksi FSH. Misalnya pil KB, suntik KB, susuk 
KB. 
b. Menghalangi fertilisasi , misalnya kondom, jelly, tablet busa, 
spons (mengandung germisida), diafragma (dari mangkok karet 
yang menutupi porsio). 
c. Menghalangi nidasi (konsepsi, implantasi), misalnya IUD (Intra 
Uterine Device, spiral) yang dipasang di uterus. 










 
 
 
 
 
 


 
 
 


PROSES KONSEPSI DAN 
PERTUMBUHAN JANIN 
Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes. 
 
 
Spermatogenesis 
Sperma diproduksi di spermatogonia (sel epidermis tubulus seminiferus 
testis. Hormon yang berpengaruh: 1) Hormon Gonadotropin, FSH, LH, 
Testoteron. Proses pembentukan melalui mitosis untuk menghasilkan 
spermatosid primer yang selanjutnya melakukan pembelahan meiosis 
sehingga menghasilkan spermatid yang kemudian berdiferensiasi 
menjadi sperma. 
 
 
Oogenesis 
Ovum diproduksi di ovarium. Pada embrio terdapat sekitar 600.000 buah 
sel induk telur (oogonium). Pada usia 5 bulan oogonium akan bermitosis 
sehingga menghasilkan 7 juta oosit primer dan pada ssat lahir jumlah 
oosit primer tinggal 2 juta yang bertahan samapai masa pubertas. 
Oogonium dan oosit ini terdapat di folikel telur yang pertumbuhannya 
dari folikel primer, sekunder, tersier dipengaruhi oleh FSH. Pada ssat 
ovulasi, folikel tersier berubah menjadi folikel de graff. Ovum terbentuk 
setelah oosit primer bermeiosis menjadi ovum. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Proses Konsepsi dan Pertumbuhan Janin 
Konsepsi menyangkut fertilisasi dan pelekatan embrio pada dinding 
uterus. Fertilisasi adalah peleburan inti sel sperma dan inti sel telur yang 
terjadi di saluran telur (oviduk) atau di uterus. Pada saat fertilisasi kepala 
sel sperma menembus dinding sel telur sedang ekor tertinggal di luar 
membentuk zigot (2n) yang terus membelah mitosis menjadi 32 sel 
(morula). Morula berkembang menjadi blastula. Bagian dalam blastula 
akan membentuk janin sedang bagian luarnya membentuk trofoblast 
(bagian dinding untuk menyerab makanan dan akan berkembang 
menjadi plasenta. Pada usia hari ke 4-5 setelah ferlitilasi blastula  
bergerak ke uterus dan melakukan implantasi (pelekatan) di uterus pada 
hari ke-6. Balastula kemudian berkembang menjadi grastula (punya 
lapisan ektodermis, mesodermis, dan endodermis). Selanjutnmya 
gastrula berkembang menjadi embrio setelah melalui peristiwa 
diferensiasi, spesilisasi, dan organogenesis. Ektodermis akan 
membentuk susunan saraf, hidung, mata, epidermis, kelenjar kulit. 
Mesodermis akan membentuk jaringan tulang, otot jantung, pembuluh 
darah, limfa, ginjal, klenjar kelamin. Endodermis akan membentuk 
kelenjar gondok, hati, pankreas, kandung kemih, saluran pencernaan, 
saluran pernapasan. 
 
 
 
 
 
 
  
Manusia merupakan makhluk hidup berumah dua (diaseus) karena 
satu individu hanya mempunyai satu jenis kelamin. Manusia juga 
termasuk jenis vivipar yaitu makhluk hidup yang beranak.  
Laki-laki mempunyai testis yang tersimpan di dalam skrotum. 
Penyimpanan testis di dalam skrotum dimaksudkan untuk 
mengoptimumkan suhu spermatogenesis. Hal ini dikarenakan pada suhu 
yang tinggi akan menganggu spermatogenesis. Di dalam testis terdapat 
tubulus seminiferus yang terdiri dari jaringan epithelium dan jaringan ikat. 
Di dalam jaringan epithelium terdapat sel spermatogonium (calon 
sperma), sel sertoli (pemberi makan spermatozoa), dan sel leydig 
(menghasilkan testoteron). 
 
Spermatogenesis 
1. Mitosis pada sel spermatogonium (2n) menghasilkan 
spermatogonium (2n) dengan jumlah yang banyak sekali 
2. Selanjutnya sebagian spermatogonium akan mengalami mitosis I 
dan spermatogonium lainnya membesar menjadi spermatosit 
primer (2n)  
3. Spermatosit primer kemudian mengalami meiosis tahap 1 menjadi 
2 spermatosit sekunder (n) yang selanjutnya mengalami meiosis 
tahap 2 dan menghasilkan 4 spermatosid sekunder (n).  
4. Spermatosid sekunder selanjutnya mengalami diferensiasi menjadi 
spermatozoa. 
 
Spermatozoa terdiri dari bagian kepala yang terdiri dari inti sel dan 
akrosom (bagian pelisis kulit telur), bagian badan yang kaya mitokondria 
dan bagian ekor yang kaya akan flagel. Selanjutnya spermatozoa 
menuju ke uretra di bantu oleh cairan (semen) dari vesicula seminalis 
(kantong sperma), kelenjar prostat, dan kelenjar cowper (bulbo). 3 ml 
semen mengandung 350-360 juta sperma. 
Spermatogenesis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu; 
1. Gonadotropin praduksi hipotalamus, hormon ini merangsang produksi 
FSH dan LH oleh kelenjar hipofisa. 
2. Folicle Stimulating Hormon (FSH) selanjutnya merangsang sel sertoli 
untuk memproduksi ABP/Androgen Binding Protein yang akan memicu 
pembentukan sperma. 
3. Luteinizing Hormon (LH) selanjutnya merangsang produksi testoteron 
(androgen) oleh Sel Leydig. 


4. Testoteron selanjutnya akan merangsang perkembangan seks primer 
dan seks sekunder dan juga merangsang spermatogenesis. Jika 
spermatozoa sudah terbentuk, maka Sel Sertoli akan menghasilkan  
hormon inhibin yang akan menghambat hipofisa memproduksi FSH 
dan LH. 
 





 
OOGENESIS 
1. Pada saat embrio, seorang wanita mempunyai 600.000 oogonium 
(calon ovum) yang kemudian membelah secara mitosis menjadi 7 
juta oogonium pada saat embrio berusia 5 bulan, tetapi menurun 
menjadi 2 juta oogonium pada saat embrio tersebut neonatus.  
2. Selang 6 bulan berikutnya terjadi meiosis I tahap I yang berhenti 
pada profase I. Pada usia 7 tahun terjadi lanjutan meiosis I 
(metafase I, anafase I, dan telofase I) yang menghasilkan 300.000-
400.000 oosit primer.  
3. Pada masa pubertas terjadi meiosis I tahap II (profase II, metafase 
II, anafase II, dan telofase II), dan bersamaan menjelang ovulasi 
akan dihasilkan oosit sekunder dan badan polar I, badan polar I 
kemudian mebelah menjadi 2 badan polar.  
4. Selanjutnya oosit sekunder mengalami meiosis II yang berhenti 
pada metafase II sebelum ovulasi. Setelah ovulasi dan ada 
penetrasi sperma, maka meiosis II dilanjutkan yang menghasilkan 
ootid dan badan polar II.  
5. Ootid kemudian berdiferensiasi menjadi ovum pada saat 
menjelang pelburan inti sel sperma dan ovum. 3 badan polar 
menempel di ovum dan berdegenerasi. 
 
 
 




PENGARUH HORMON DALAM OOGENESIS 
1. Pada saat pascamenstruasi (dimana pegaruh`progesteron sudah 
tidak ada) hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin  
menyebabkan hipofisa menghasilkan FSH dan LH. 
 
2. FSH menyebabkan folikel berkembang (dari folikel primer  
folikel sekunder folikel de graaf). 
3. Folikel de graaf memfasilitasi ovulasi dengan produksi satu 
ovum. Terjadinya ovulasi juga diransang oleh LH pada hari ke-
14 fase estrus. 
 
4. Di sisi lain folikel de graaf juga menghasilkan estrogen yang 
menyebabkan penebalan endomentrium dan mempengaruhi 
hipofisa untuk menghentikan produksi FSH dan LH. 
5. Folikel de graff yang telah mengeluarkan satu ovum (folikel 
kosong) akan membentuk korpus luteum (badan kuning) yang 
mampu menghasilkan progesteron. 
6. Progesteron selanjutnya menghambat hipofisa memproduksi FSH 
dan LH yang menyebabkan ovulasi berikutnya dihambat untuk 
sementara. Di sisi lain progesteron juga menyebabkan munculnya 
fase luteal (hari ke-10 pasca ovulasi, endomentrium tebal, lembut, 
dan kaya akan pembuluh darah). 
7. Jika ovulasi gagal korpus luteum dan endomentrium 
berdegenerasi yang menyebabkan pendarahan (menstruasi) pada 
hari ke-28 setelah ovulasi. Degerasi korpus luteum juga 
menyebabkan produksi progresteron tidak ada sehingga 
hipotalamus dapat memproduksi gonadotropin yang akan 
meransang mengulang siklus ovulasi tahap berikutnya. 
 
PERKEMBANGAN EMBRIO 
1. Terjadinya fertilisasi (inti sperma + inti ovum) zigot Embrio 
(32 Sel, Morula)  
2. Morula Blastula (hari ke-4 pasca fertilisasi, ada 2 lapisan sel: sel 
luar/trofoblas yang nantinya akan menjadi ari-ari yang berfungsi 
untuk menyerap makanan,Sel dalam/embrioblas) 
3. Blastula menuju ke uterus untuk melekat (konsepsi) pada hari ke-6. 
4. Konsepsi (nidasi) kuat terjadi pada hari ke- 12 14 kehamilan. 
Pada fase ini embrioblas berkembang menjadi 2 lapisan yaitu 
ektodermis dan endodermis. 
5. Blastula Gastrula pada hari ke-21. Gastrula mempunyai 3 
lapisan yaitu ektodermis, mesodermis (ektodermis yang 
berinvaginasi) dan endodermis. 
6. Embrio 5 minggu mempunyai panjang 1 cm, kuncup tangan, mata, 
jantung, hati tumbuh.
 
 
 
 
 
 
 7. Embrio 14 minggu mempunyai panjang 6 cm, organ lengkap sudah 
terbentuk. 
8. Embrio 20 minggu mempunyai panjang 30 cm, organ lengkap 
semakin tumbuh dengan sempurna. 
9. Embrio 38 minggu mempunyai panjang 45 cm dengan berat 3 Kg. 
Embrio pada tahap perkembangan dilapisi oleh 4 membran yaitu: 
a. Kandung kuning telur (tidak berkembang) 
b. Amnion (cairan ketuban 800 ml yang melindungi embrio 
dari tekanan dan benturan) 
c. Alantois (rudimenter) 
d. Korion plasenta (benrtuk cakram dengan diameter 20 cm 
tebal 2,5 cm) 
10. Menjelang kelahiran, kadar estrogen meningkat yang 
menyebabkan kontraksi uterus meningkat dan produksi prolaktin 
oleh hipofisa meningkat yang meransang kelenjar susu. 
 
 
Gambar Perkembangan embrio pada 5,14,20 minggu 
 
 
 
Gambar bayi kembar dengan amnion masing-masing 
 


KONTRASEPSI  
(PENCEGAHAN KONSEPSI) 
 
A. Permanen 
1. Tubektomi (tuba fallopi atau oviduk dipotong atau diikat) 
2. vasektomi (vasdeferens dipotong atau diikat) 
B. Non Permanen 
1. Tanpa alat bantu 
a. Memperpanjang masa menyusui. Hal ini dikarenakan prolaktin 
yang dihasilkan oleh hipofisa akan menghambat produksi FSH 
dan LH oleh hipofisa. 
b. Pantang berkala  
Sistem kalender: tidak bercoitus pada 3 hari sebelum dan 
sesudah ovulasi atau 14 hari sebelum menstruasi yang akan 
datang (jika siklus menstruasi normal tiap bulan dengan siklus 
28 hari). 3 hari sebelum ovulasi merupakan waktu dimana 
sperma masih mungkin hidup dan 3 hari sesudah menstruasi 
merupakan waktu dimana ovum masih hidup. 
Jika siklus haidd tidak normal, maka lama siklus haid 
ditentukan minimal dalam jangka waktu 6 bulan untuk 
mengetahui siklus haid terpanjang dan terpendek. Misal 
siklus haid terpanjang 35 hari dan terpendek 25 hari, maka 
penentuan masa subur adalah sebagai berikut: 
35 (masa terpanjang) 11 (bilangan standar) = 24 
25 (masa terpanjang) 18 (bilangan standar) = 7 
sehingga masa suburnya adalah hari ke-7 sampai dengan 
ke-24 dari haid I. 
 
Sistem billing: tidak bercoitus pada saat sekret/lendir paling 
panjang) 
c. Coitus interuptus (sengama terputus, pada saat ejakulasi  
sperma dibuang di luar vagina) 
2. Dengan Alat bantu 
a.Menghalangi ovulasi dengan estrogen atau progesteron. Hal ini 
dikarenakan estrogen dan progesteron akan menghambat 
hipofisa memproduksi FSH. Misalnya pil KB, suntik KB, susuk 
KB. 
b. Menghalangi fertilisasi , misalnya kondom, jelly, tablet busa, 
spons (mengandung germisida), diafragma (dari mangkok karet 
yang menutupi porsio). 
c. Menghalangi nidasi (konsepsi, implantasi), misalnya IUD (Intra 
Uterine Device, spiral) yang dipasang di uterus. 










 
 
 
 
 
PROSES KONSEPSI DAN 
PERTUMBUHAN JANIN 
Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes. 
 
 
Spermatogenesis 
Sperma diproduksi di spermatogonia (sel epidermis tubulus seminiferus 
testis. Hormon yang berpengaruh: 1) Hormon Gonadotropin, FSH, LH, 
Testoteron. Proses pembentukan melalui mitosis untuk menghasilkan 
spermatosid primer yang selanjutnya melakukan pembelahan meiosis 
sehingga menghasilkan spermatid yang kemudian berdiferensiasi 
menjadi sperma. 
 
 
Oogenesis 
Ovum diproduksi di ovarium. Pada embrio terdapat sekitar 600.000 buah 
sel induk telur (oogonium). Pada usia 5 bulan oogonium akan bermitosis 
sehingga menghasilkan 7 juta oosit primer dan pada ssat lahir jumlah 
oosit primer tinggal 2 juta yang bertahan samapai masa pubertas. 
Oogonium dan oosit ini terdapat di folikel telur yang pertumbuhannya 
dari folikel primer, sekunder, tersier dipengaruhi oleh FSH. Pada ssat 
ovulasi, folikel tersier berubah menjadi folikel de graff. Ovum terbentuk 
setelah oosit primer bermeiosis menjadi ovum. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Proses Konsepsi dan Pertumbuhan Janin 
Konsepsi menyangkut fertilisasi dan pelekatan embrio pada dinding 
uterus. Fertilisasi adalah peleburan inti sel sperma dan inti sel telur yang 
terjadi di saluran telur (oviduk) atau di uterus. Pada saat fertilisasi kepala 
sel sperma menembus dinding sel telur sedang ekor tertinggal di luar 
membentuk zigot (2n) yang terus membelah mitosis menjadi 32 sel 
(morula). Morula berkembang menjadi blastula. Bagian dalam blastula 
akan membentuk janin sedang bagian luarnya membentuk trofoblast 
(bagian dinding untuk menyerab makanan dan akan berkembang 
menjadi plasenta. Pada usia hari ke 4-5 setelah ferlitilasi blastula  
bergerak ke uterus dan melakukan implantasi (pelekatan) di uterus pada 
hari ke-6. Balastula kemudian berkembang menjadi grastula (punya 
lapisan ektodermis, mesodermis, dan endodermis). Selanjutnmya 
gastrula berkembang menjadi embrio setelah melalui peristiwa 
diferensiasi, spesilisasi, dan organogenesis. Ektodermis akan 
membentuk susunan saraf, hidung, mata, epidermis, kelenjar kulit. 
Mesodermis akan membentuk jaringan tulang, otot jantung, pembuluh 
darah, limfa, ginjal, klenjar kelamin. Endodermis akan membentuk 
kelenjar gondok, hati, pankreas, kandung kemih, saluran pencernaan, 
saluran pernapasan. 
 
 
 
 
 
 
  
Manusia merupakan makhluk hidup berumah dua (diaseus) karena 
satu individu hanya mempunyai satu jenis kelamin. Manusia juga 
termasuk jenis vivipar yaitu makhluk hidup yang beranak.  
Laki-laki mempunyai testis yang tersimpan di dalam skrotum. 
Penyimpanan testis di dalam skrotum dimaksudkan untuk 
mengoptimumkan suhu spermatogenesis. Hal ini dikarenakan pada suhu 
yang tinggi akan menganggu spermatogenesis. Di dalam testis terdapat 
tubulus seminiferus yang terdiri dari jaringan epithelium dan jaringan ikat. 
Di dalam jaringan epithelium terdapat sel spermatogonium (calon 
sperma), sel sertoli (pemberi makan spermatozoa), dan sel leydig 
(menghasilkan testoteron). 
 
Spermatogenesis 
1. Mitosis pada sel spermatogonium (2n) menghasilkan 
spermatogonium (2n) dengan jumlah yang banyak sekali 
2. Selanjutnya sebagian spermatogonium akan mengalami mitosis I 
dan spermatogonium lainnya membesar menjadi spermatosit 
primer (2n)  
3. Spermatosit primer kemudian mengalami meiosis tahap 1 menjadi 
2 spermatosit sekunder (n) yang selanjutnya mengalami meiosis 
tahap 2 dan menghasilkan 4 spermatosid sekunder (n).  
4. Spermatosid sekunder selanjutnya mengalami diferensiasi menjadi 
spermatozoa. 
 
Spermatozoa terdiri dari bagian kepala yang terdiri dari inti sel dan 
akrosom (bagian pelisis kulit telur), bagian badan yang kaya mitokondria 
dan bagian ekor yang kaya akan flagel. Selanjutnya spermatozoa 
menuju ke uretra di bantu oleh cairan (semen) dari vesicula seminalis 
(kantong sperma), kelenjar prostat, dan kelenjar cowper (bulbo). 3 ml 
semen mengandung 350-360 juta sperma. 
Spermatogenesis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu; 
1. Gonadotropin praduksi hipotalamus, hormon ini merangsang produksi 
FSH dan LH oleh kelenjar hipofisa. 
2. Folicle Stimulating Hormon (FSH) selanjutnya merangsang sel sertoli 
untuk memproduksi ABP/Androgen Binding Protein yang akan memicu 
pembentukan sperma. 
3. Luteinizing Hormon (LH) selanjutnya merangsang produksi testoteron 
(androgen) oleh Sel Leydig. 


4. Testoteron selanjutnya akan merangsang perkembangan seks primer 
dan seks sekunder dan juga merangsang spermatogenesis. Jika 
spermatozoa sudah terbentuk, maka Sel Sertoli akan menghasilkan  
hormon inhibin yang akan menghambat hipofisa memproduksi FSH 
dan LH. 
 





 
OOGENESIS 
1. Pada saat embrio, seorang wanita mempunyai 600.000 oogonium 
(calon ovum) yang kemudian membelah secara mitosis menjadi 7 
juta oogonium pada saat embrio berusia 5 bulan, tetapi menurun 
menjadi 2 juta oogonium pada saat embrio tersebut neonatus.  
2. Selang 6 bulan berikutnya terjadi meiosis I tahap I yang berhenti 
pada profase I. Pada usia 7 tahun terjadi lanjutan meiosis I 
(metafase I, anafase I, dan telofase I) yang menghasilkan 300.000-
400.000 oosit primer.  
3. Pada masa pubertas terjadi meiosis I tahap II (profase II, metafase 
II, anafase II, dan telofase II), dan bersamaan menjelang ovulasi 
akan dihasilkan oosit sekunder dan badan polar I, badan polar I 
kemudian mebelah menjadi 2 badan polar.  
4. Selanjutnya oosit sekunder mengalami meiosis II yang berhenti 
pada metafase II sebelum ovulasi. Setelah ovulasi dan ada 
penetrasi sperma, maka meiosis II dilanjutkan yang menghasilkan 
ootid dan badan polar II.  
5. Ootid kemudian berdiferensiasi menjadi ovum pada saat 
menjelang pelburan inti sel sperma dan ovum. 3 badan polar 
menempel di ovum dan berdegenerasi. 
 
 
 




PENGARUH HORMON DALAM OOGENESIS 
1. Pada saat pascamenstruasi (dimana pegaruh`progesteron sudah 
tidak ada) hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin  
menyebabkan hipofisa menghasilkan FSH dan LH. 
 
2. FSH menyebabkan folikel berkembang (dari folikel primer  
folikel sekunder folikel de graaf). 
3. Folikel de graaf memfasilitasi ovulasi dengan produksi satu 
ovum. Terjadinya ovulasi juga diransang oleh LH pada hari ke-
14 fase estrus. 
 
4. Di sisi lain folikel de graaf juga menghasilkan estrogen yang 
menyebabkan penebalan endomentrium dan mempengaruhi 
hipofisa untuk menghentikan produksi FSH dan LH. 
5. Folikel de graff yang telah mengeluarkan satu ovum (folikel 
kosong) akan membentuk korpus luteum (badan kuning) yang 
mampu menghasilkan progesteron. 
6. Progesteron selanjutnya menghambat hipofisa memproduksi FSH 
dan LH yang menyebabkan ovulasi berikutnya dihambat untuk 
sementara. Di sisi lain progesteron juga menyebabkan munculnya 
fase luteal (hari ke-10 pasca ovulasi, endomentrium tebal, lembut, 
dan kaya akan pembuluh darah). 
7. Jika ovulasi gagal korpus luteum dan endomentrium 
berdegenerasi yang menyebabkan pendarahan (menstruasi) pada 
hari ke-28 setelah ovulasi. Degerasi korpus luteum juga 
menyebabkan produksi progresteron tidak ada sehingga 
hipotalamus dapat memproduksi gonadotropin yang akan 
meransang mengulang siklus ovulasi tahap berikutnya. 
 
PERKEMBANGAN EMBRIO 
1. Terjadinya fertilisasi (inti sperma + inti ovum) zigot Embrio 
(32 Sel, Morula)  
2. Morula Blastula (hari ke-4 pasca fertilisasi, ada 2 lapisan sel: sel 
luar/trofoblas yang nantinya akan menjadi ari-ari yang berfungsi 
untuk menyerap makanan,Sel dalam/embrioblas) 
3. Blastula menuju ke uterus untuk melekat (konsepsi) pada hari ke-6. 
4. Konsepsi (nidasi) kuat terjadi pada hari ke- 12 14 kehamilan. 
Pada fase ini embrioblas berkembang menjadi 2 lapisan yaitu 
ektodermis dan endodermis. 
5. Blastula Gastrula pada hari ke-21. Gastrula mempunyai 3 
lapisan yaitu ektodermis, mesodermis (ektodermis yang 
berinvaginasi) dan endodermis. 
6. Embrio 5 minggu mempunyai panjang 1 cm, kuncup tangan, mata, 
jantung, hati tumbuh.
 
 
 
 
 
 
 7. Embrio 14 minggu mempunyai panjang 6 cm, organ lengkap sudah 
terbentuk. 
8. Embrio 20 minggu mempunyai panjang 30 cm, organ lengkap 
semakin tumbuh dengan sempurna. 
9. Embrio 38 minggu mempunyai panjang 45 cm dengan berat 3 Kg. 
Embrio pada tahap perkembangan dilapisi oleh 4 membran yaitu: 
a. Kandung kuning telur (tidak berkembang) 
b. Amnion (cairan ketuban 800 ml yang melindungi embrio 
dari tekanan dan benturan) 
c. Alantois (rudimenter) 
d. Korion plasenta (benrtuk cakram dengan diameter 20 cm 
tebal 2,5 cm) 
10. Menjelang kelahiran, kadar estrogen meningkat yang 
menyebabkan kontraksi uterus meningkat dan produksi prolaktin 
oleh hipofisa meningkat yang meransang kelenjar susu. 
 
 
Gambar Perkembangan embrio pada 5,14,20 minggu 
 
 
 
Gambar bayi kembar dengan amnion masing-masing 
 


KONTRASEPSI  
(PENCEGAHAN KONSEPSI) 
 
A. Permanen 
1. Tubektomi (tuba fallopi atau oviduk dipotong atau diikat) 
2. vasektomi (vasdeferens dipotong atau diikat) 
B. Non Permanen 
1. Tanpa alat bantu 
a. Memperpanjang masa menyusui. Hal ini dikarenakan prolaktin 
yang dihasilkan oleh hipofisa akan menghambat produksi FSH 
dan LH oleh hipofisa. 
b. Pantang berkala  
Sistem kalender: tidak bercoitus pada 3 hari sebelum dan 
sesudah ovulasi atau 14 hari sebelum menstruasi yang akan 
datang (jika siklus menstruasi normal tiap bulan dengan siklus 
28 hari). 3 hari sebelum ovulasi merupakan waktu dimana 
sperma masih mungkin hidup dan 3 hari sesudah menstruasi 
merupakan waktu dimana ovum masih hidup. 
Jika siklus haidd tidak normal, maka lama siklus haid 
ditentukan minimal dalam jangka waktu 6 bulan untuk 
mengetahui siklus haid terpanjang dan terpendek. Misal 
siklus haid terpanjang 35 hari dan terpendek 25 hari, maka 
penentuan masa subur adalah sebagai berikut: 
35 (masa terpanjang) 11 (bilangan standar) = 24 
25 (masa terpanjang) 18 (bilangan standar) = 7 
sehingga masa suburnya adalah hari ke-7 sampai dengan 
ke-24 dari haid I. 
 
Sistem billing: tidak bercoitus pada saat sekret/lendir paling 
panjang) 
c. Coitus interuptus (sengama terputus, pada saat ejakulasi  
sperma dibuang di luar vagina) 
2. Dengan Alat bantu 
a.Menghalangi ovulasi dengan estrogen atau progesteron. Hal ini 
dikarenakan estrogen dan progesteron akan menghambat 
hipofisa memproduksi FSH. Misalnya pil KB, suntik KB, susuk 
KB. 
b. Menghalangi fertilisasi , misalnya kondom, jelly, tablet busa, 
spons (mengandung germisida), diafragma (dari mangkok karet 
yang menutupi porsio). 
c. Menghalangi nidasi (konsepsi, implantasi), misalnya IUD (Intra 
Uterine Device, spiral) yang dipasang di uteri
 


 
 
 

MAKALAH PSIKOLOGI TENTANG PERKEMBANGAN ANAK NORMAL DAN KEBIASAAN-KEBIASAANNYA

MAKALAH PSIKOLOGI TENTANG PERKEMBANGAN ANAK NORMAL DAN KEBIASAAN-KEBIASAANNYA

PERKEMBANGAN ANAK NORMAL DAN KEBIASAAN-KEBIASAANNYA

Setiap individu akan mengalami proses perkembangan yang tidak akan dapat ditolak, terlepas dari kehendak individu yang bersangkutan. Proses tersebut berjalan dengan kodrati dan melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan olehNya. Alloh berfirman dalam surat Al Mukminun 14 :
وقد خلقكم أطوارا !
Artinya : Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian ( Q.S. 71 : 14 )
Perkembangan individu merupakan suatu proses perubahan individu yang bersifat tetap menuju kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Menurut Werner (1969) yang dikutip oleh Monks dkk dalam buku psikologi perkembangan menyatakan bahwa pengertian perkembangan individu menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja diulang kembali. Perkembangan individu menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diulang kembali ( Monks Dkk : 2004 : 1 )
Proses perkembangan selalu menuju proses differensiasi dan integrasi. Proses differensiasi artinya ada prinsip totalitas pada diri individu. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya menjadi sangat nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Setiap individu akan mengalami proses perkembangan yang berlangsung melalui tahapan-tahapan perkembangan secara berantai. Walaupun tidak ada pemisah yang jelas antara masing-masing tahapan tersebut, proses perkemangan ini bersifat universal.
Dalam proses perkembangan dikenal adanya irama atau naik turunnya proses perkembangan. Artinya proses perkembangan manusia itu tidak konstan terkadang naik terkadang turun. Pada suatau saat individu mengalami perkembangan yang tenang pada saat lain ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan. ( Alex sobur : 2003 : 143 )
Menurut para ahli psykologi individu biasanya mengalami dua masa pancaroba atau krisis yang biasanya disebut Trotz. Masa ini terjadi dalam periode :
1. Periode pertama : terjadi pada usia 2 – 3 tahun dengan ciri utama anak menjadi egois, selalu mendahulukan kepentingan diri sendiri.
2. Periode kedua : Terjadi pada usia antara 14 – 17 tahun dengan ciri utama sering membantah orang tuanya dan cenderung mencari identitas diri.
Tentang Trotz yang kedua diatas perlu digaris bawahi bahwa usia 14 – 17 tahun bukanlah harga mati. Artinya rentang usia remaja yang mengalami krisis tahap kedua ini dimasing-masing daerah mungkin berbeda boleh jadi lebih cepat atau lebih lambat.
Proses perkembangan individu memiliki karakter kecepatan yang bervariasi. Dengan kata lain ada individu memiliki tingkat perkembangan cepat, sedang dan lambat. Tingkat proses perkembangan individu tersebut diakibatkan oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya.

A. Perkembangan Anak
Makna perkembangan pada seorang anak adalah terjadinya perubahan yang besifat terus nenerus dari keadaan sederhana ke keadaan yang lebih lengkap, lebih komleks dan lebih berdiferensiasi (Berk, 2003). Jadi berbicara soal perkembangan anak yang dibicarakan adalah perubahan. Pertanyaannya adalah perubahan apa saja yang terjadi pada diri seorang anak dalam proses perkembangan ? Untuk menjawab pertanyaan itu maka perlu dipahami tentang aspek-aspek perkembangan.
1. Aspek-Aspek Perkembangan
a. Perkembangan fisik yaitu perubahan dalam ukuran tubuh, proporsi anggota badan, tampang, dan perubahan dalam fungsi-fungsi dari sistem tubuh seperti perkembangan otak, persepsi dan gerak (motorik), serta kesehatan.
b. Perkembangan kognitif yaitu perubahan yang bervariasi dalam proses berpikir dalam kecerdasan termasuk didalamnya rentang perhatian, daya ingat, kemampuan belajar, pemecahan masalah, imajinasi, kreativitas, dan keunikan dalam menyatakan sesuatu dengan mengunakan bahasa.
c. Perkembangan sosial-emosional yaitu perkembangan berkomunikasi secara emosional, memahami diri sendiri, kemampuan untuk memahami perasaan orang lain, pengetahuan tentang orang lain, keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain, menjalin persabatan, dan pengertian tentang moral
Harus dipahami dengan sungguh sungguh bahwa ketiga aspek perkembangan itu merupakan satu kesatuan yang utuh (terpadu), tidak terpisahkan satu sama lain. Setiap aspek perkembangan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek lainnya. Sebagai contoh perkembangan fisik seorang anak seperti meraih, duduk, merangkak, dan berjalan sangat mempengaruh terhadap perkembangan kognitif anak yaitu dalam memahami lingkungan sekitar di mana ia berada. Ketika seorang anak mencapai tingkat perkembangan tertentu dalam berpikifr (kognitif) dan lebih terampil dalam bertindak, maka akan mendapat respon dan stimulasi lebih banyak dari orang dewasa, seperti dalam melakukan permaianan, percakapan dan berkomunikasi sehingga anak dapat mencapai keterampilan baru (aspek sosial-emosional). Hal seperti ini memperkaya pengalaman dan pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya semua aspek perkembangan secara menyeluruh. Dengan kata lain perkembangan itu tidak terjadi secara sendiri-sendiri.
2. Periode Perkembangan
Para peneliti biasanya membagi segmen perkembangan anak ke dalam lima periode (Berk, 2003). Ketika anak mencapai perkembangan pada periode tertentu maka akan dipereroleh kemampuan dan pengalaman sosial-emosional yang baru. Periode pra-lahir : sejak masa konsepsi sampai lahir. Pada periode ini terjadi perubahan yang paling cepat. Periode masa bayi dan kanak-kanak: Sejak lahir sampai usia 2 tahun. Pada periode ini terjadi perubahan badan dan pertumbuhan otak yang dramatis, mendukung terjadinya saling berhubungan antara kemampuan gerak, persepsi, kapasitas kecerdasan, bahasa dan terjadi untuk pertama kali berinteraksi secara akrab dengan orang lain. Masa bayi dihabiskan pada tahun pertama sedanga masa kanak-anak dihabiskan pada tahun kedua.
Periode awal masa anak : dari usia 2 tahun sampai 6 tahun. Pada periode ini ukuran badan menjadi lebih tinggi, keterampilan motorik menjadi lebih luwes, mulai dapat mengontrol diri sendiri dan dapat memenuhi menjadi lebih luas. Pada masa ini anak mulai bermain dengan membentuk kelompok teman sebaya. Periode masa anak-anak: dari usia 6 sampai 11 tahun. Pada masa ini anak belajar tentang dunianya lebih luas dan mulai dapat menguasai tanggung jawab, mulai memahami aturan, mulai menguasai proes berpikir logis, mulai menguasai keterampilan baca tulis, dan lebih maju dalam memahami diri sendiri, dan pertemanan. Periode masa remaja: dari usia 11-20 tahun. Periode ini adalah jembatan antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Terjadi kematangan seksual, berpikir menjadi lebih abstrak dan idealistik
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Untuk melihat faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan seorang anak, maka muncul pertanyaan: apakah perkembangan itu prasyarat untuk bisa belajar atau perkembangan itu hasil dari proses belajar ? Pertanyaan itu bisa dijawab ya, bahwa perkembangan itu prasyarat untuk bisa belajar. Artinya jika seorang anak belajar perlu didasari oleh kesiapan (kematangan) yang dicapai dalam perkembangan. Misalnya seorang anak tidak mungkin akan bisa belajar bahasa dan bicara jika belum mencapai kesiapan (kematangan), meskipun lingkungan diciptakan sedemikian rupa agar anak dapat belajar bahasa dan bicara. Sebaliknya, pertanyaan itu bisa dijawab ya bahwa perkembangan itu adalah hasil belajar. Artinya perubahan yang terjadi pada diri seorang anak diperoleh melaui proses interaksi dengan lingkungannya. Misalnya meskipun setiap anak memiliki potensi untuk belajar bahasa dan bicara dan telah mencapai kematangan untuk siap belajar, tetapi anak tersebut sama sekali tidak mendapatkan rangsangan dari luar (lingkungan) untuk belajar, maka anak itu tidak akan memperoleh keterampilan berbahasa.
Oleh karena itu terdapat hubungan timbal balik atau saling mempenagruhi antara proses belajar dalam lingkungan dengan kematangan perkembangan. Dengan kata lain pada saat tetentu belajar ditentukan oleh kematangan perkembangan, tetapi pada saat yang lain perkembangan adalah hasil dari proses belajar. Konsekuensi dari keadaan ini maka jika seorang anak mengalami hambatan dalam mencapai kematangan perkembangan karena ada gangguan pada aspek fisik atau kognitif atau sosial-emosional maka dapat dipastikan akan mengalami hambatan belajar, dan anak yang mengalami hambatan belajar akan mengalami hamabtan perkembangan. Anak yang mengalami hambatan belajar dan atau hambatan perkembangan, memerlukan layanan khusus dalam pendidikan dan disebut anak berkebutuhan khusus.

Tahap perkembangan berdasarkan psikologi Para ahli yang menggunakan aspes psikologi sebagai landasan dalam menganalisis tahap perkembangan, mencari pengalaman-pengalaman psikologis mana yang khas bagi individu pada umumnya dapat digunakan sebagai masa perpindahan dari fase yang ada ke fase yang lain. Dalam pekembangannya para ahli berpendapat bahwa dalam perkembangan pada umumnya individu mengalami masa-masa kegoncangan. Apabila perkembangan itu dapat dilukiskan sebagai proses evaluasi, maka pada masa kegoncangan itu evaluasi berubah menjadi revolusi. Kegoncangan psikis itu dialami hamper semua orang, karena itu dapat digunakans ebagai perpindahan darimasa satu kemasa yang lain dalam proses perkembangan. Oswald Kroc mendasarkan pembagian masa perkembangan pada krisis-krisis atau kegoncangan-kegoncangan yang dialami anak dalam proses perkembangannya, yang disebutnya dengan dengan istilah Trotz periode. Menurutnya sepanjang kehidupan ini terdapat tiga kali masa Trotz yaitu :
a. Trotz – periode I, anak mengalami masa krisis pertama ketika ia berusia 3,0 – 5,0 tahun, masa ini disebut juga asa anak-anak awal.
b. Trotz – periode II, anak mengalami masa krisis kedua ketika ia berusia 11 – 12 tahun, masa ini termasuk masa kerahasiaan bersekolah.
c. Trotz – periode III, terjadi pada akhir masa remaja dan lebih tepat disebut dengan masa kematangan diri pada masa kritis.

Sifat-sifat anak trotz ini adalah meraja-raja, egosentris, keras kepala, pembangkang dan sebagainya. Hal itu mereka lakukan dengan tujuan memperoleh kebebasan dan perhatian. Memperhatikan periodesasi yang dikemukakan para ahli diatas baik dari segi biologi, didaktis maupun psikologis, maka dalam makalah ini ditulis urutan-urutan periodesasi sebagai berikut :
1. Masa intra – uterin (masa dalam kandungan) dan masa bayi
2. Masa anak kecil
3. Masa anak sekolah
4. Masa remaja
5. Masa dewasa

B. Kriteria Penahapan Perkembangan Individu Perkembangan manusia
Sejak konsepsi sampai masa prosesnya terjadi secara bertahap melalui berbagai tahapan perkembangan, dimana dalam setiap tahapan perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelum dan sesudahnya. Untuk memudahkan kita memahami tahapan perkembangan tersebut Ellizabeth Hurlock secara lengkap telah membagi tahapan perkembangan manusia dalam sepuluh tahapan / masa perkembangan, yaitu :
a. Masa sebelum lahir (Prenatal) selama 280 hari
b. Masa bayi baru lahir (new born) 0,0 – 2,0 minggu
c. Masa bayi ( baby hood ) 2 minggu – 2,0 tahun
d. Masa kanak-kanak awal (early childhood) 2,0 – 6,0 tahun
e. Masa kanak-kanak akhir (later childhood) 6,0 – 12,0 tahun
f. Masa puber (puberty) 11,0 / 12,0 – 15,0 / 16,0
g. Masa remaja (adolescence) 15,0 / 16,0 – 21,0 tahun
h. Masa dewasa awal (early adulthood) 21,0 – 40,0 tahun
i. Masa dewasa madya (middle adulthood) 40,0 – 60,0 tahun 10) Masa usia lanjut (later adulthood) 60,0 - …
Dari pembagian tahapan perkembangan diatas berarti bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan anak itu berlangsung sejak masa prenatal sampai anak selesai remaja.

C. Tugas-tugas Perkembangan Individu (Kebiasaan)Tugas perkembangan
adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada setiap tahapan atau periode kehidupan tertentu. Apabila ia berhasil ia mencapainya maka ia bahagia, tetapi sebaliknya apabila ia gagal akan kecewa dan dicela oleh orang tua atau masyarakatnya serta proses perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Menurut Robert Y.Havighust, tokoh yang merumuskan konsep ini mengemukakan banwa yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan terseut adalah : kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai serta aspirasi individu. Pembagian tugas-tuhgas pekembangan serta masing-masing fase atau tahapan adalah sebagai berikut :
a. Masa bayi dan anak kecil Untuk Belajar berjalan untuk Belajar makan makanan padat, Belajar berbicara, belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh Mencapai stabilitas fisiologi,Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga dan orang-orang luar, Belajar mengetahui mana yang benar dan masa yang slah serta mengembangkan kata hati.
b. Masa anak sekolah Belajar ketangkasan untuk Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh, Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya, Belajar peran jenis kelamin untuk Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis dan berhitung untuk Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-hari, Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai, Belajar membebaskan ketergantungan diri untuk Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembaga-lembaga.
c. Masa remaja untuk Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif untuk Menerima peranan social jenis kelamin sebagai pria atau wanita untuk Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab social untuk Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki untuk Perkembangan skala nilai untuk Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih akurat untuk Persiapan mandiri secara ekonomi untuk Pemilihan dan latihan jabatan untuk Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
Setiap perkembangan manusia berlangsung secara bertahap sejak konsepsi sampai mati. Agar setiap tugas perkembangan, anak dapat menyelesaikan setiap tugas perkembangan dengan baik diperlukan bantuan/bimbingan yang lebih baik, diperlukan bantuan/bimbingan yang lebih baik dari pihak pendidik.(orang tua dan guru) oleh karena itu setiap pendidik harus mengetahui tugas-tugas perkembangan yangharus diselesaikan anak pada setiap tahap perkembangannya.

Kesimpulan
“Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis (perubahan yang bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara satu bagian dengan bagian lainnya, baik fisik maupun psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis), progresif (perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan meluas, baik secara kuantitatif/fisik mapun kualitatif/psikis), dan berkesinambungan (perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan) dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya”. (Yusuf, 2003:15). Setiap individu akan mengalami proses perkembangan yang berlangsung melalui tahapan-tahapan perkembangan secara berantai.

Referensi :
Zaenal Aliminhttp://www.blogger.com/profile/
Agustiani. Hendriati ( 2006 ) Psykologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja. Bandung. Refika Aditama.
Yusuf Syamsu ( 2007 ) Psykologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. Rosdakarya

makalah aborsi

BAB I

PENDAHULUAN

 
LATAR BELAKANG

Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.

Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.

Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan.

Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi (tergantung kondisi masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman, dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar.
BATASAN MASALAH

Dalam makalah ini saya akan membahas masalah-masalah dalam dunia aborsi. Dalam masalah-masalah ini terdapat dua sudut pandang, yaitu dari segi masyarakat dan dari Gereja Katolik.

Dalam segi/aspek masyarakat, masalah yang saya angkat ialah sebagai berikut:

Apakah definisi/pengertian dari aborsi?

Apa yang sebenarnya terjadi dalam masalah aborsi ?

Apa akibat aborsi ini untuk hidup manusia secara keseluruhan?

Bagaimana reaksi manusia tentang aborsi?

Mengapa masalah ini sangat serius dan membahayakan?

 

Dalam segi/aspek Gereja Katolik, masalah yang saya angkat ialah sebagai berikut:

Apa yang dikatakan Alkitab mengenai kasus aborsi?

Apa yang dikatakan oleh ajaran dogma Gereja Katolik?

Apa tanggapan Gereja tentang kasus aborsi?

Apakah kesulitan yang dihadapi Gereja berkaitan dengan kasus aborsi?

 
TUJUAN

Dalam pembuatan makalah ini, saya akan menjelaskan masalah-masalah dalam segi/aspek masyarakat yang akan saya uraikan dalam bab II – bab IV, dan masalah-masalah dalam segi/aspek Gereja Katolik yang akan saya uraikan dalam bab V.

Dalam bab II – IV, saya akan menjelaskan secara mendetail apa itu aborsi, metode-metode yang digunakan, efek-efek dan resiko-resiko, jenis-jenis aborsi, dan alasan dilakukannya aborsi.

Akhir bab, saya akan memberikan tanggapan dan solusi mencegah terjadinya aborsi, yang akan saya uraikan dalam bab VI.

Untuk data real, saya menyajikannya pada bagian lampiran yang berada pada akhir bab.

 

BAB II

ABORSI

 
PENGERTIAN

Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.

Jadi, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan).
PENYEBAB ABORTUS

Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu :

Maternal.

Penyebab secara umum

1. Infeksi akut

• virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis

• Infeksi bakteri, misalnya streptokokus

• Parasit, misalnya malaria

2. Infeksi kronis
Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
Tuberkulosis paru aktif.
Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll

Janin

Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta.

 
ALASAN ABORTUS PROVOKATUS

Abortus Provokatus ialah tindakan memperbolehkan pengaborsian dengan syarat-syarat sebagai berrikut:

Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).

Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.

Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.

Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.

Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.

Telah berulang kali mengalami operasi caesar.

Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.

Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll.

Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.

Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.

Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini sebelum melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan psikiater.

 

 

BAB III

ABORSI DITINJAU DARI

SUDUT MEDIS DAN

ETIKA KRISTIANI 

 
ABORSI DARI SUDUT MEDIS

Menurut batasan atau definisi, aborsi adalah pengeluaran buah kehamilan dimana buah kehamilan itu tidak mempunyai kemungkinan hidup di luar kandungan. Sedangkan dunia kedokteran berpendapat bahwa janin yang lahir dengan berat badan yang sama atau kurang dari 500 gram tidak mungkin hidup di luar kandungan, meskipun ada laporan kedokteran yang menyatakan bahwa ada janin di bawah 500 gram yang dapat hidup. Karena janin dengan berat badan 500 gram sama dengan usia kehamilan 20 minggu, maka kelahiran janin dibawah 20 minggu tersebut sebagai aborsi.

Ada negara tertentu yang memakai batas 1000 gram sebagai aborsi, menurut Undang-Undang di Indonesia, kematian janin di bawah 1000 gram tidak perlu dilaporkan dan dapat dikuburkan di luar Tempat Pemakaman Umum.

Dari cara terjadinya aborsi, ada dua macam aborsi, aborsi spontan (abortus spontaneus) dan aborsi buatan (abortus provocatus). Aborsi spontan terjadi sendiri tanpa campur tangan manusia, sedang aborsi buatan adalah hasil dari perbuatan manusia yang dengan sengaja melakukan perbuatan pengguguran. Abortus yang terjadi pada usia kehamilan di bawah 12 minggu disebut abortus dini.

Abortus Spontaneus

Insiden abortus spontan diperkirakan 10% dari seluruh kehamilan. Namun angka ini mempunyai dua kelemahan, yaitu kegagalan untuk menghitung abortus dini yang tidak terdeteksi, serta aborsi ilegal yang dinyatakan sebagai abortus spontan.

Insiden abortus spontan sulit untuk ditentukan secara tepat, karena sampai sekarang belum diterapkan kapan sebenarnya dimulainya kehamilan? Apakah penetrasi sperma kedalam sel telur sudah merupakan kehamilan? Apakah pembelahan sel telur yang telah dibuahi berarti mulainya kehamilan? Atau kehamilan dimulai setelah blastocyst membenamkan diri kedalam decidua? Atau setelah janin “bernyawa”?

Dengan pemeriksaan tes yang dapat mendeteksi Human Chorionic Gonadotropin maka frekuensi abortus akan menjadi lebih tinggi (20% - 62%).

1. Penyebab abortus spontan 

Lebih dari 80% abortus terjadi pada usia kehamilan 12 minggu. Setengah di antaranya disebabkan karena kelainan kromosom. Resiko terjadinya abortus meningkat dengan makin tingginya usia ibu serta makin banyaknya kehamilan. Selain itu kemungkinan terjadinya abortus bertambah pada wanita yang hamil dalam waktu tiga bulan setelah melahirkan.

Pada abortus dini, pengeluaran janin/embrio biasanya didahului dengan kematian janin/embrio. Sedangkan abortus pada usia yang lebih lanjut, biasanya janin masih hidup sebelum dikeluarkan.

Kelainan Pertumbuhan Zygote.

Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta. Ternyata 50% - 60% dari abortus ini berhubungan dengan kelainan kromosom.

Faktor Ibu.

Penyakit pada ibu biasanya terjadi pada janin dengan kromosom yang normal, paling banyak pada usia kehamilan 13 minggu. Beberapa macam infeksi bakteria atau virus dapat menyebabkan abortus. Penyakit ibu yang kronis biasanya tidak menyebabkan abortus, meskipun dapat menyebabkan kematian janin pada usia yang lebih lanjut atau menyebabkan persalinan prematur. Kelainan pada uterus (rahim) dapat menyebabkan abortus spontan.

 

2. Pembagian abortus spontan 

Abortus Imminens (threatened abortion), yaitu adanya gejala-gejala yang mengancam akan terjadi aborsi. Dalam hal demikian kadang-kadang kehamilan masih dapat diselamatkan.

Abortus Incipiens (inevitable abortion), artinya terdapat gejala akan terjadinya aborsi, namun buah kehamilan masih berada di dalam rahim. Dalam hal demikian kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.

Abortus Incompletus, apabila sebagian dari buah kehamilan sudah keluar dan sisanya masih berada dalam rahim. Pendarahan yang terjadi biasanya cukup banyak namun tidak fatal, untuk pengobatan perlu dilakukan pengosongan rahim secepatnya.

Abortus Completus, yaitu pengeluaran keseluruhan buah kehamilan dari rahim. Keadaan demikian biasanya tidak memerlukan pengobatan.

Missed Abortion. Istilah ini dipakai untuk keadaan dimana hasil pembuahan yang telah mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Penderitanya biasanya tidak menderita gejala, kecuali tidak mendapat haid. Kebanyakan akan berakhir dengan pengeluaran buah kehamilan secara spontan dengan gejala yang sama dengan abortus yang lain.

Abortus Therapeuticus

Abortus therapeuticus adalah pengakhiran kehamilan pada saat dimana janin belum dapat hidup demi kepentingan mempertahankan kesehatan ibu. Menurut Undang-Undang di Indonesia tindakan ini dapat dibenarkan. Keadaan kesehatan ibu yang membahayakan nyawa ibu dengan adanya kehamilan adalah penyakit jantung yang berat, hypertensi berat, serta beberapa penyakit kanker.

Di beberapa negara, termasuk dalam kategori ini adalah kehamilan akibat perkosaan atau insect, dan pada keadaan dimana bayi yang dikandungnya mempunyai cacat fisik atau mental yang berat. Di negara-negara Eropa, aborsi diperbolehkan apabila ibu menderita campak Jerman (German Measles) pada trimester pertama.

Elective Abortion

Aborsi sukarela adalah pengakhiran kehamilan pada saat janin belum dapat hidup namun bukan karena alasan kesehatan ibu atau janin. Pada masa kini, aborsi jenis inilah yang paling sering dilakukan. Di Amerika Serikat, terjadi satu aborsi sukarela untuk tiap 3 janin lahir hidup.

Eugenic Abortion:

pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat

 
ABORSI DARI SUDUT ETIKA KRISTIANI

Etika Kristen dalam melihat masalah aborsi harus dilandasi oleh sikap yang etis dan kristiani, bukan sikap kebencian apalagi mengutuk dan juga dilandasi oleh sikap empati, kasih, bukan hukuman atau penghakiman. Celakanya masalah aborsi telah terbungkus oleh banyak label, mitos. Kita tidak tahu apa sebenarnya masalah yang esensial, sehingga kita juga tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Aborsi tidak sama dengan membunuh, dan dalam prakteknya aborsi telah menjadi pertengkaran ideologi, yaitu antara ideologi konservatif fundamentalis dan liberalis. Substansi permasalahan sudah tertutup dengan label atau cap-cap. Misalnya, pemberitaan-pemberitaan di media massa menyudutkan bahwa yang melakukan aborsi sebagai pembunuh berdarah dingin, atau membunuh secara sederhana.

Antara dua kutub yang anti dan pro tidak ada titik temu. Namun kedua belah pihak pada dasarnya tidak setuju aborsi, tetapi ada kasus-kasus atau situasi yang dianggap perkecualian. Memang ada perbedaan di antara dua kutub.

1. Perbedaan Pandangan

Perbedaan pandangan mengenai relasi atau hubungan antara sang ibu dengan janin yang dikandung. Bilamana janin itu sepenuhnya bagian tubuh sang ibu maka yang “anti” aborsi menganggap aborsi melanggar hak-hak ibu. Atau sebaliknya kalau sang ibu itu hanya alat/instrumental saja selama 9 bulan 10 hari, maka ibu tidak mempunyai hak. Namun yang pasti secara teologis semuanya adalah hak Allah.

2. Perbedaan Paham

Perbedaan paham mengenai kapan dimulainya kehidupan manusia. Pembuahan terjadi di rahim, di situlah kehidupan dimulai. Tapi belum menjadi manusia. Jadi mempunyai potensi menjadi calon siapa. Kapan terjadi manusia, ada beberapa hipotesa, yaitu :

Minggu ke-12, karena setelah bulan ke tujuh telah terbentuk kortek yang akan menjadi manusia.

Hari yang ke-12, karena sebelum hari ke-12 belum terjadi individu alisasi.

Hari ke-6 atau ke-7 setelah haid terakhir sel tersebut berkembang menjadi janin.

Sejauh pembuahan sudah berkembang menjadi manusia.

Dari keempat hipotesa tersebut disimpulkan bahwa, semakin tua usia janin semakin komplek masalahnya bila melakukan aborsi. Bahwa benar atau salah melakukan tindakan aborsi, yang pasti salah.

Dalam kehidupan kita yang dipengaruhi oleh dosa, kita tidak jarang didorong atau dipaksa untuk melakukan perbuatan yang salah/dosa. Tetapi dalam alasan-alasan yang positif dan dapat dipertanggungjawabkan aborsi dapat dilakukan, misalnya untuk hal-hal yang jika tidak dilakukan akan mengakibatkan sesuatu yang sangat merugikan.

Dalam pemahaman seperti itu, aborsi mungkin dilakukan apabila:

Demi keselamatan jiwa ibu.

Kalau probabilitas (kemungkinan) bayi yang akan dilahirkan akan cacat.

Keluarga-keluarga yang memang beban ekonominya sangat berat sekali dan usia janin tersebut masih sangat muda sekali.

Namun ini bukan berarti saya menyetujui tindakan aborsi, karena aborsi tetap akan berlangsung terus. Justru masyarakat juga harus diberi terapi. Orang-orang yang mendorong aborsi itu yang harus diperhatikan juga. Oleh karena itu saya menegaskan bahwa etika menjadi efektif kalau tidak dilihat secara normatif semata, namun harus melihat realitas yang ada.

Permasalahannya bukan boleh atau tidak boleh, benar atau tidak benar. Prinsip etika harus dikaitkan dengan kenyataan hidup. Realitas dosa inilah yang menyebabkan masalah aborsi tidak dapat dilihat secara “hitam” dan “putih”.

 

 

 

BAB IV

METODE-METODE, EFEK

DAN RESIKO ABORSI

 
METODE-METODE ABORSI

Urea

Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus dibarengi dengan asupan hormon oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena endometriosis/peradangan dinding rahim.

Prostaglandin

Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup. Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim.

Partial Birth Abortion

Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan bantuan alat USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke dalam rahim, lalu janin ditangkap dengan forsep itu. Tubuh janin ditarik keluar dari jalan lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam keadaan hidup. Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk menusuk kepala bayi itu agar terjadi lubang yang cukup besar. Setelah itu, kateter penyedot dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi. Kepala yang hancur lalu dikeluarkan dari dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin yang lebih dahulu ditarik keluar.

Histerotomy

Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim.

Metode Penyedotan (Suction Curettage) 

Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi.

Metode D&C - Dilatasi dan Kerokan

Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini lebih banyak dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim (seperti pendarahan rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain robeknya dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing.

Pil RU 486

Masyarakat menamakannya “Pil Aborsi Perancis”. Teknik ini menggunakan 2 hormon sintetik yaitu mifepristone dan misoprostol untuk secara kimiawi menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di Amerika Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari klinik aborsi yang mengharuskan kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut. Pada kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa dengan seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi (seperti perokok berat, penyakit asma, darah tinggi, kegemukan, dll) yang malah dapat mengakibatkan kematian pada wanita hamil itu, maka ia diberikan pil RU 486.

Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron yang berfungsi vital untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar. Karena pemblokiran ini, maka janin tidak mendapatkan makanannya lagi dan menjadi kelaparan. Pada kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam setelah kunjungan pertama, wanita hamil ini diberikan suntikan hormon prostaglandin, biasanya misoprostol, yang mengakibatkan terjadinya kontraksi rahim dan membuat janin terlepas dari rahim. Kebanyakan wanita mengeluarkan isi rahimnya itu dalam 4 jam saat menunggu di klinik, tetapi 30% dari mereka mengalami hal ini di rumah, di tempat kerja, di kendaraan umum, atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang perlu menunggu hingga 5 hari kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan kira-kira 2 minggu setelah pengguguran kandungan, untuk mengetahui apakah aborsi telah berlangsung. Jika belum, maka operasi perlu dilakukan (5-10 persen dari seluruh kasus). Ada beberapa kasus serius dari penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi hingga 44 hari kemudian, pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa sakit hingga kematian. Sedikitnya seorang wanita Perancis meninggal sedangkan beberapa lainnya mengalami serangan jantung.

Suntikan Methotrexate (MTX)

Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini disuntikkan ke dalam badan. MTX pada mulanya digunakan untuk menekan pertumbuhan pesat sel-sel, seperti pada kasus kanker, dengan menetralisir asam folat yang berguna untuk pemecahan sel. MTX ternyata juga menekan pertumbuhan pesat trophoblastoid - selaput yang menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal bakal plasenta. Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai ’sistim penyanggah hidup’ untuk janin yang sedang berkembang, mengambil oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta membuang karbondioksida dan produk-produk buangan lainnya, tetapi juga memproduksi hormon hCG (human chorionic gonadotropin), yang memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus memproduksi hormon progesteron yang berguna untuk mencegah gagal rahim dan keguguran.
MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang menopang, melindungi dan menyuburkan pertumbuhan janin, dan karena kekurangan nutrisi, maka janin menjadi mati. 3-7 hari kemudian, tablet misoprostol dimasukkan ke dalam kelamin wanita hamil itu untuk memicu terlepasnya janin dari rahim. Terkadang, hal ini terjadi beberapa jam setelah masuknya misoprostol, tetapi sering juga terjadi perlunya penambahan dosis misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi dengan menggunakan suntikan MTX dapat berlangsung berminggu-minggu. Si wanita hamil itu akan mendapatkan pendarahan selama berminggu-minggu (42 hari dalam sebuah studi kasus), bahkan terjadi pendarahan hebat. Sedangkan janin dapat gugur kapan saja - di rumah, di dalam bis umum, di tempat kerja, di supermarket, dsb. Wanita yang kedapatan masih mengandung pada kunjungan ke klinik aborsi selanjutnya, mau tak mau harus menjalani operasi untuk mengeluarkan janin itu. Bahkan dokter-dokter yang bekerja di klinik aborsi seringkali enggan untuk memberikan suntikan MTX karena MTX sebenarnya adalah racun dan efek samping yang terjadi terkadang tak dapat diprediksi. 

Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala, rasa sakit, diare, penglihatan yang menjadi kabur, dan yang lebih serius adalah depresi sumsum tulang belakang, kekuragan darah, kerusakan fungsi hati, dan sakit paru-paru. Dalam bungkus MTX, pabrik pembuat menuliskan peringatan keras bahwa MTX memang berguna untuk pengobatan kanker, beberapa kasus artritis dan psoriasis, “kematian pernah dilaporkan pada orang yang menggunakan MTX”, dan pabrik itu menyarankan agar hanya para dokter yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang terapi antimetabolik saja yang boleh menggunakan MTX. Meski para dokter aborsi yang menggunakan MTX menepis efek-efek samping MTX dan mengatakan MTX dosis rendah baik untuk digunakan dalam proses aborsi, dokter-dokter aborsi lainnya tidak setuju, karena pada paket injeksi yang digunakan untuk aborsi juga tertera peringatan bahaya racun walau MTX digunakan dalam dosis rendah
EFEK ABORSI

1. Efek Jangka Pendek

Rasa sakit yang intens

Terjadi kebocoran uterus

Pendarahan yang banyak

Infeksi

Bagian bayi yang tertinggal di dalam

Shock/Koma

Merusak organ tubuh lain

Kematian

2. Efek Jangka Panjang

Tidak dapat hamil kembali

Keguguran Kandungan

Kehamilan Tubal

Kelahiran Prematur

Gejala peradangan di bagian pelvis

Hysterectom
RESIKO ABORSI

Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan aborsi ia ” tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang “. 

Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis. Risiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah ; 

Kematian mendadak karena pendarahan hebat.

Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.

Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.

Rahim yang sobek (Uterine Perforation).

Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.

Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).

Kanker indung telur (Ovarian Cancer).

Kanker leher rahim (Cervical Cancer).

Kanker hati (Liver Cancer).

Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.

Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).

Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).

Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam ” Psychological Reactions Reported After Abortion ” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review. 

Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar.

BAB V

ABORSI DAN AGAMA

 
“APA KATA ALKITAB MENGENAI ABORSI?”

Alkitab tidak pernah secara khusus berbicara mengenai soal aborsi. Namun demikian, ada banyak ajaran Alkitab yang membuat jelas apa pandangan Allah mengenai aborsi. Yeremia 1:5 memberitahu kita bahwa Allah mengenal kita sebelum Dia membentuk kita dalam kandungan. Mazmur 139:13-16 berbicara mengenai peran aktif Allah dalam menciptakan dan membentuk kita dalam rahim. Keluaran 21:22-25 memberikan hukuman yang sama kepada orang yang mengakibatkan kematian seorang bayi yang masih dalam kandungan dengan orang yang membunuh. Hal ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Allah memandang bayi dalam kandungan sebagai manusia sama seperti orang dewasa. Bagi orang Kristiani, aborsi bukan hanya sekedar soal hak perempuan untuk memilih. Aborsi juga berkenaan dengan hidup matinya manusia yang diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26-27; 9:6).

Argumen pertama yang selalu diangkat untuk menentang posisi orang Kristiani dalam hal aborsi adalah, “Bagaimana dengan kasus pemerkosaan dan/atau hubungan seks antar saudara.”. Betapapun mengerikannya hamil sebagai akibat pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara, apakah membunuh sang bayi adalah jawabannya? Dua kesalahan tidak menghasilkan kebenaran. Anak yang lahir sebagai hasil pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara dapat saja diberikan untik diadopsi oleh keluarga yang tidak mampu memperoleh anak – atau anak tsb dapat dibesarkan oleh ibunya. Sekali lagi sang bayi tidak seharusnya dihukum karena perbuatan jahat ayahnya.

Argumen kedua yang biasanya diangkat untuk menentang posisi orang Kristiani dalam hal aborsi adalah, “Bagaimana jikalau hidup sang ibu terancam?”. Pertama-tama perlu diingat bahwa situasi semacam ini hanya kurang dari 1/10 dari 1 persen dari seluruh aborsi yang dilakukan di dunia saat ini. Jauh lebih banyak perempuan yang melakukan aborsi karena mereka tidak mau “merusak tubuh mereka” daripada perempuan yang melakukan aborsi untuk menyelamatkan jiwa mereka. Kedua, mari kita mengingat bahwa Allah kita adalah Allah dari mujizat. Dia dapat menjaga hidup dari ibu dan anak sekalipun secara medis hal itu tidak mungkin. Akhirnya, keputusan ini hanya dapat diambil antara suami, isteri dan Allah. Setiap pasangan yang menghadapi situasi yang sangat sulit ini harus berdoa minta hikmat dari Tuhan (Yakobus 1:5) untuk apa yang Tuhan mau mereka buat.

Pada 99% dari aborsi yang dilakukan sekarang ini alasannya adalah “pengaturan kelahiran secara retroaktif”. Perempuan dan/atau pasangannya memutuskan bahwa mereka tidak menginginkan bayi yang dikandung. Maka mereka memutuskan untuk mengakhiri hidup dari bayi itu daripada harus bertanggung jawab. Ini adalah kejahatan yang terbesar. Bahkan dalam kasus 1% yang sulit itu, aborsi tidak sepantasnya dijadikan opsi pertama. Hidup dari manusia dalam kandungan tu layak untuk mendapatkan segala usaha untuk memastikan kelahirannya.
Bagi mereka yang telah melakukan aborsi, dosa aborsi tidaklah lebih sulit diampuni dibanding dengan dosa-dosa lainnya. Melalui iman dalam Kristus, semua dosa apapun dapat diampuni (Yohanes 3:16; Roma 8:1; Kolose 1:14). Perempuan yang telah melakukan aborsi, atau laki-laki yang mendorong aborsi, atau bahkan dokter yang melakukan aborsi, semuanya dapat diampuni melalui iman di dalam Yesus Kristus. 

 
AJARAN AGAMA

Pada prinsipnya, umat Kristen Katolik percaya bahwa semua kehidupan adalah kudus sejak dari masa pembuahan hingga kematian yang wajar, dan karenanya mengakhiri kehidupan manusia yang tidak bersalah, baik sebelum ataupun sesudah ia dilahirkan, merupakan kejahatan moral. Gereja mengajarkan, “Kehidupan manusia adalah kudus karena sejak awal ia membutuhkan ‘kekuasaan Allah Pencipta’ dan untuk selama-lamanya tinggal dalam hubungan khusus dengan Penciptanya, tujuan satu-satunya. Hanya Allah sajalah Tuhan kehidupan sejak awal sampai akhir: tidak ada seorang pun boleh berpretensi mempunyai hak, dalam keadaan mana pun, untuk mengakhiri secara langsung kehidupan manusia yang tidak bersalah”.

Seturut wahyu, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, dengan penekanan khusus pada misteri inkarnasi, Gereja Katolik Roma mengutuk praktek aborsi. Beberapa contoh ajaran dalam rentang waktu tiga ratus tahun pertama sejak berdirinya Gereja meliputi yang berikut ini: “Didache” (“Ajaran dari Keduabelas Rasul,” thn 80 M) menegaskan, “Engkau tidak boleh melakukan abortus dan juga tidak boleh membunuh anak yang baru dilahirkan.” “Surat Barnabas” (thn 138) juga mengutuk aborsi. Athenagoras (thn 177) dalam tulisannya “Pembelaan Atas Nama Umat Kristen” (suatu pembelaan terhadap paham kafir) menegaskan bahwa umat Kristen menganggap para wanita yang menelan ramuan atau obat-obatan untuk menggugurkan kandungannya sebagai para pembunuh; ia mengutuk para pembunuh anak-anak, termasuk anak-anak yang masih ada dalam rahim ibu mereka, “di mana mereka telah menjadi obyek penyelenggaraan ilahi.” Tertulianus (thn 197) dalam “Apologeticum” menegaskan hal serupa, “mencegah kelahiran adalah melakukan pembunuhan; tidak banyak bedanya apakah orang membinasakan kehidupan yang telah dilahirkan ataupun melakukannya dalam tahap yang lebih awal. Ia yang bakal manusia adalah manusia.” Pada tahun 300, Konsili Elvira, suatu konsili gereja lokal di Spanyol, mengeluarkan undang-undang khusus yang mengutuk aborsi (Kanon 63).

Setelah pengesahan kekristenan pada tahun 313, Gereja tetap mengutuk aborsi. Sebagai contoh, St. Basilus dalam sepucuk suratnya kepada Uskup Amphilochius (thn 374) dengan tegas menyatakan ajaran Gereja: “Seorang wanita yang dengan sengaja membinasakan janin haruslah diganjari dengan hukuman seorang pembunuh” dan “Mereka yang memberikan ramuan atau obat-obatan yang mengakibatkan aborsi adalah para pembunuh juga, sama seperti mereka yang menerima racun itu guna membunuh janin.”

Poin utamanya adalah Gereja Katolik Roma sejak dari awal secara terus-menerus menjunjung tinggi kekudusan hidup dari bayi yang belum dilahirkan dan mengutuk tindakan aborsi langsung (abortus langsung, artinya abortus yang dikehendaki baik sebagai tujuan maupun sebagai sarana). Menentang ajaran ini berarti menyangkal ilham Kitab Suci dan Tradisi kristiani. Kita, sebagai umat Kristen Katolik, patut berdoa demi berubahnya hati nurani umat manusia dan dengan gagah berani mengajarkan, mempertahankan serta membela kekudusan hidup manusia, teristimewa bayi-bayi tak dilahirkan yang tak berdaya dan tak bersalah.
TANGGAPAN GEREJA

Gereja Katolik merupakan satu-satunya lembaga keagamaan yang dengan lantang menentang aborsi. Untuk Gereja Katolik, aborsi adalah pembunuhan atas manusia tak berdosa dan yang dalam dirinya tak bisa membela diri. Maka sangat jelas bahwa Gereja Katolik mengerti tindakan mengaborsi bukanlah hak azasi melainkan sebaliknya adalah kejahatan azasi. Hak azasi dalam pengertian Gereja Katolik selalu mengarah kepada kehidupan dan bukan kepada kematian. Aborsi adalah suatu tindakan yang mengarah pada kematian dan hanya dilakukan oleh orang yang mencintai kematian.

Paus Benedictus XVI dalam kunjungannya ke Austria, dengan tegas mengumandangkan kembali ajaran Gereja bahwa aborsi adalah dosa besar dan aborsi sama sekali bukan hak azasi. Pernyataan Paus tersebut disambut gembira oleh pencinta kehidupan dan di lain pihak disambut dengan protes keras oleh para pencinta kematian. Sebab memang kata-kata Johannes Paulus II, sangatlah benar, beliau mengatakan bahwa zaman ini sangat diwarnai oleh “budaya kematian” (the culture of death). Manusia atas nama kesenangan yang sifatnya sangat sementara dan sangat egois mengorbankan kehidupan.

Dalam Gereja Katolik, aborsi hanya layak dibenarkan dalam dua kasus dilematis berikut: kasus dilematis pertama, yakni situasi dimana jelas bahwa janin akan mati bersama ibunya apabila tidak dilaksanakan pengguguran. Dan kasus dilematis kedua, yakni situasi dimana ibu akan meninggal bila janin tidak digugurkan. Bahkan dalam kasus kedua itu beberapa ahli moral masih meragukan apakah hidup ibu selalu layak lebih diutamakan dibandingkan dengan hidup janin.

Jikalau ada kelainan pada janin, Gereja tetap tidak memperbolehkan adanya aborsi. Gereja hanya menerima kedua kasus dilematis yang tadi telah dijelaskan. Kecuali kalau kelainan itu mengakibatkan masalah dilematis seperti diatas tadi.

Jikalau seseorang menjadi korban pemerkosaan, dan ia takut kalau anak yang dilahirkannya dilecehkan oleh masyarakat, ia tetap tidak boleh melakukan tindakan aborsi. Tetapi Gereja akan membantu menyiapkan proses kematangan jiwa sang ibu misalnya melalui pendampingan oleh para suster sehingga sang ibu mau melahirkan anak dan membatalkan niat pengguguran. Gereja menyiapkan mental/kejiwaan si korban perkosaan melalui pendampingan (konseling) yang bisa dilakukan oleh pastor dan suster.

 
KESULITAN GEREJA

Gereja Katolik saat ini masih kesulitan untuk mengatasi masalah aborsi yang masih tinggi. Diantaranya seperti sebuah kebijakan-kebijakan Negara, dimana Negara tersebut masih memperbolehkan diadakannya aborsi.

Dalam perintah Allah yang ke-5 berbunyi “Jangan Membunuh”, gereja masih bertanya-tanya, dalam situasi dan kondisiyang rumit, apakah perintah ini masih berlaku? Dan kalau kita melihat konteksnya, maka perintah ini ditujukan untuk manusia. Dan sekarang yang menjadi masalah utama adalah tentang status fetus/janin itu sendiri;

Apakah fetus atau janin itu manusia atau bukan?

Syarat apakah yang harus dimiliki “sesuatu” supaya dapat dianggap seorang manusia, jelasnya supaya memiliki hak hidup?

Jika kita menganggap bayi yang belum dilahirkan bukan manusia, tetapi hanya benda, kapankah fetus itu dapat menikmati statusnya sebagai seorang manusia atau pribadi?

Jika janin itu belum mempunyai status sebagai manusia, maka Abortus tidak dapat dicap sebagai pembunuhan, dan masalah kita dapat diselesaikan, tetapi jika itu adalah manusia yang sedang mengalami proses pertumbuhan secara kontiniu, maka ini jelas merupakan suatu pembunuhan.

BAB VI

PENUTUP

 
TANGGAPAN

Setelah saya membaca kasus-kasus yang terlampir pada lampiran, kasus aborsi sampai saat ini sangatlah serius dan membahayakan bagi umat manusia. Menurut data, sampai saat ini ternyata kasus mengenai aborsi masih sangat tinggi, bahkan sampai remaja pun telah melakukan tindakan aborsi. Walaupun banyak Negara telah menyerukan program KB dan banyak Negara telah menyarankan untuk memakai kondom sebagai pilihan alternative program KB, tetapi hasilnya di dunia ini masih tinggi akan kasus aborsi.

Saya menanggapi bahwa perbuatan aborsi dengan tujuan dan maksud tertentu memang ada yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan. Tujuan dan maksud tersebut memang boleh dilakukannya tindakan aborsi, apabila dalam situasi janin akan mati bersama ibunya apabila tidak dilaksanakan pengguguran dan situasi dimana ibu akan meninggal bila janin tidak digugurkan. Tetapi tindakan aborsi tidak diperkenankan apabila seorang wanita malu menanggung resiko mempunyai anak diluar nikah ataupun di dalam situasi perkawinan dimana seorang ibu yang hamil dan mempunyai banyak anak, tetapi ibu tersebut tidak menginginkan kehadiran anaknya didalam kehamilanya, maka ibu tersebut tidak boleh melakukan tindakan aborsi.

Kita seharusnya menghargai sebuah kehidupan. Janin di dalam kandungan merupakan anugrah yang diberikan Allah kepada kita. Kita tidak boleh merampas hak dari janin tersebut untuk hidup. Jika kita akan melakukan hubungan sex terhadap pasangan kita (di dalam maupun diluar perkawinan), maka kita harus menanggung resiko untuk mempunyai anak. Kita tidak boleh lepas begitu saja untuk menggugurkan janin tersebut.

Allah Bapa sangatlah baik. Dia masih memaafkan orang yang melakukan tindakan aborsi dan yang membantu lancarnya jalannya aborsi, jika mereka telah melakukan pertobatan kepada Allah. Dalam pengertian saya ini, bukan berarti kita seenaknya melakukan tindakan aborsi lalu bertobat. Apabila kita melakukan aborsi lalu kita meninggal sebelum melakukan pertobatan, hal ini akan dipertanyakan oleh Allah pada hari penantian.

 
SOLUSI

Memang kasus aborsi tidak dapat kita hentikan. Tetapi kita dapat mencegah meningkatnya kasus aborsi dengan cara kita sadar akan tindakan aborsi tersebut tidaklah baik. Solusi saya agar kita sadar bahwa aborsi itu dosa ialah beriman yang diwujudkan dengan:

Sikap hormat terhadap kehidupan manusia sebagai ciptaan Tuhan yang ”serupa dengan citra Allah” (Berdasarkan Kej 1:26) 

Taat kepada perintah Allah khususnya perintah cinta / hukum cinta yaitu Cinta Kepada Tuhan dan sesama.

Taati perintah ke -5 : ”Jangan Membunuh”

Setia kepada ajaran Gereja yang melarang keras Aborsi (humanae Ultae).

Pembinaan kaum muda: Memberi Katekese (pelajaran) mengenai seks dan seksualitas.

Kursus persiapan perkawinan.

Saya berharap, dengan solusi yang telah saya berikan berguna bagi kita semua. Saya berharap agar kita semua menjadi sadar dan tidak melakukan tindakan aborsi.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Pencarian dari www.google.com yang diakses pada tanggal 7 Desember 2007, dengan rincian sebagai berikut:

http://abortus.blogspot.com/2007/11/metode-metode-aborsi.html

http://abortus.blogspot.com/search/label/Abortus

http://abortus.blogspot.com/search/label/Resiko

http://gemawarta.wordpress.com/2005/11/24/aborsi-pro-life-atau-pro-choice/

http://mathiasdarwin.wordpress.com/2007/09/08/apakah-aborsi-salah-satu-hak-azasi-manusia/

http://yesaya.indocell.net/id560.htm 

http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/p4/bk/aborsi.htm

http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0609/15/020926.