Rabu, 20 Mei 2009

Hipertensi dengan Kehamilan

Hipertensi dengan Kehamilan

Berdasarkan pengalaman klinik dalam penanggulangan hi-
pertensi dengan kehamilan di Indonesia dengan penyesuaian
terhadap lingkungan dan fasilitas yang tersedia bagi sebagian
besar dokter di Indonesia, dirasakan perlu adanya suatu upaya
klasifikasi baru mengenai hipertensi dengan kehamilan. Tujuan
klasifikasi baru ini adalah untuk mempermudah diagnostik
dengan memberikan beberapa tolok ukur klinik dan untuk me-
nyeragamkan catatan medik agar dapat membantu epidemio-
logi dan penanggulangan hipertensi dengan kehamilan dimasa
depan.
Dalam Kongres Internasional Society of Hypertension in
Pregnancy' , diusulkan suatu kiasifikasi klinis yang dirasakan
cocok untuk negara kita. Makalah ini berusaha menyebarluas-
kan klasifikasi baru ini untuk mendapatkan umpan balik dari
pembaca.
BEBERAPA TOLOK UKUR KLINIS
Di masa lalu yang segala keadaan yang berhubungan
dengan hipertensi dengan kehamilan digabungkan dalam istilah
toksemia kehamilan dengan trias hipertensi, proteinuria dan
edema. Pada saat ini, istilah toksemia kehamilan tidak dianjur-
kan lagi, demikian juga berpuluh-puluh istilah lain. Yang di-
pakai adalah data klinis yang ditemukan pada satu kali peme-
riksaan. Edema yang penilaiannya sangat subjektif, terutama
dalam derajat dan patologinya tidak lagi dipakai sebagai tolok
ukur. Tolok ukur yang dipergunakan hanya tinggal dua, yaitu
hipertensi dan proteini ria bermakna.
Hipertensi dinyatakan dan apabila tekanan diastolik sama
atau lebih dari 90 mmHg, yang diperiksa dua kali berturutturut
dengan selang waktu 4 jam atau bila tekanan diastolik sama
atau lebih dari 100 mm Hg pada waktu pemeriksaan. Penilaian
tekanan darah dilakukan dalam keadaan berbaring miring,
dalam posisi setengah. duduk (1530 derajat dari bidang
mendatar). Tekanan diastolik diukur berdasarkan bunyi
Korotkoff 4, yaitu pada saat bunyi terdengar melemah.
Proteinuria bermakna dinyatakan ada bila didapatkan:
a) derajat 2+ pada urin sewaktu dengan memakai cara clean
catch atau urin kateter yang diperiksa dengan metode kertas
reagen (strip) atau metode sulfosalisilat. Pemeriksaan ini harus
dilakukan dua kali dengan selang waktu 4 jam.
b) atau didapatkan jumlah protein sama atau lebih dari 300 mg
pada urin 24 jam yang terkumpul sempurna. Pemeriksaan ini
cukup dilakukan satu kali saja.
Kedua tolok ukur ini dapat diperiksa secara objektif dan pada
umumnya dapat dilakukan di seluruh Indonesia.
BEBERAPA ISTILAH
Istilah hipertensi proteinuria dengan kehamilan dipakai
sebagai istilah umum, yang menggambarkan adanya hipertensi
proteinuria dan adanya kehamilan tanpa menjelaskan hubung-
annya.
Istilah hipertensi proteinuria pada kehamilan dipakai -bila
diperkirakan hipertensi dan proteinuria disebabkan oleh he-
hamilan itu sendiri.
Pada umumnya keadaan ini timbul setelah kehamilan ber-
langsung 20 minggu atau lebih, waktu persalinan ataupun 2
hari masa nifas.
Istilah hipertensi proteinuria dan kehamilan dipakai bila:
a)
Keadaan ini telah diketahui sebelum kehamilan atau
b)
Keadaan ini timbul sebelum kehamilan 20 minggu, dan
c)
Keadaan ini tetap ada setelah habis masa nifas. Jadi hiper-
tensi / proteinuria telah ada sebelum hamil dan tetap ada
sesudah nifas.
KLASIFIKASI HIPERTENSI DENGAN KEHAMILAN
1.
Hipertensi pada kehamilan.
2.
Hipertensi dan kehamilan
3.
Hipertensi dengan kehamilan tidak terklasifikasi.
Hipertensi pada kehamilan
Golongan ini dibagi dalam :
a. hipertensi pada kehamilan > 20 minggu / persalinan / 2 hari
masa nifas.
Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 19
b.
Proteinuria pada kehamilan > 20 minggu / persalinan / 2
hari masa nifas.
c.
Proteinuria dan hipertensi pada kehamilan > 20 minggu /
persalinan / 2 hari masa nifas = (preeklampsia).
·
Hipertensi pada kehamilan adalah :
hipertensi yang timbul pada kehamilan yang hilang/menjadi
normotensif pada masa nifas.
·
Proteinuria pada kehamilan bisa disebabkan :
1.
orthostatic proteinuria
2.
pyuria
3.
kehamilan sendiri (preeklampsia)
4.
penyakit ginjal baik akut maupun kronik.
Orthostatik proteinuria dan pyuria dapat di diagnosis dengan
mudah, sedangkan proteinuria yang disebabkan kehamilan
sendiri dan proteinuria pada penyakit ginjal baik akut maupun
kronik sering barn bisa diketahui secara pasti pasca persalinan.
Proteinuria ini akan menghilang pada masa nifas.
Proteinuria dan hipertensi pada kehamilan pada umumnya
merupakan pertanda preeklampsia. Kadang-kadang nefritis
akut bisa muncul pertama kali dalam kehamilan dengan gejala
hipertensi danproteinuria,tapi kejadian ini jarang sekali.
Hipertensi dan kehamilan
Keadaan ini meliputi :
a.
hipertensi kronik
b.
penyakit ginjal kronik
c.
hipertensi dengan preeklampsia (superimposed)
·
Hipertensi kronik pada umumnya adalah hipertensi essen-
sial yang terdapat bersama dengan kehamilan.
Hipertensi sekunder pun bisa ditemukan sesuai dengan fre-
kuensinya pada masyarakat.
·
Penyakit ginjal kronik disamping yang jelas dapat
diketahui, dianggap ada bila ditemukan proteinuria bermakna
sebelum kehamilan 20 minggu.
·
Timbulnya proteinuria pada hipertensi kronik selama masa
kehamilan menunjukkan timbulnya preeklampsia, yang disertai
kenaikan jumlah kematian perinatal.
Hipertensi dan/atau proteinuria yang tidak dapat
diklafikasi-kan.
Hal ini terutama terjadi bila hipertensi dan/atau proteinuria
didapatkan pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu tanpa
ada didapatkan riwayat kadaan ini sebelumnya. Klasifikasi
diadakan sesudah persalinan. Bila hipertensi dan/atau protei-
nuria menghilang setelah persalinan, keadaan ini termasuk
hipertensi/proteinuria pada kehamilan. Bila hipertensi ini/ atau
proteinuria tetap ada sesudah 2 hari masa nifas, keadaan ini
termasuk hipertensi/proteinuria dan kehamilan.
KEUNTUNGAN KLASIFIKASI BARU
1.
Bersifat murni klinis.
2.
Klasifikasi didasarkan saat timbulnya kelainan sewaktu
kehamilan, persalinan atau dalam 2 hari masa nifas.
3.
Klasifikasi ini membuka kesempatan untuk reklasifikasi
selambat-lambatnya sampai akhir masa nifas.
Klasifikasi ini sangat sederhana praktis dan kami anjurkan
dipakai oleh para ahli sesuai sikon di Indonesia.
Masih banyak kelemahan-kelemahan, yang juga terbukti

PENGGUNAAN METILDOPA PADA IBU HAMIL DENGAN HIPERTENSI KRONIK

PENGGUNAAN METILDOPA PADA IBU HAMIL DENGAN HIPERTENSI KRONIK

Masa kehamilan adalah kondisi yang memerlukan perhatian khusus akan kesehatan ibu dan janin atau bayi. Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit umum yang didefinisikan secara sederhana sebagai peningkatan tekanan darah. Penyakit tersebut dapat menjadi penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian baik pada ibu dan janin/ bayi yang dilahirkan. Wanita hamil dengan hipertensi memiliki resiko terjadinya komplikasi lebih, seperti penyakit pembuluh darah dan organ, sedangkan janin atau bayi berisiko terkena komplikasi penghambatan pertumbuhan. Oleh karena itu, perlu adanya penatalaksanaan khusus pada ibu hamil.

Sebagian besar ibu hamil tidak menyadari bahwa mereka mengalami hipertensi karena ibu hamil terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Oleh karena itu diperlukan monitoring terhadap tekanan darah, yang dapat diukur menggunakan tensimeter. Pada kehamilan normal tekanan sistolik sedikit berubah, sedangkan tekanan diastolik menurun kurang lebih 10 mmHg pada awal kehamilan (minggu ke 13-20) dan akan naik kembali pada trimester ketiga. Hipertensi pada kehamilan digambarkan sebagai kondisi dengan variasi tekanan darah yang besar. Dalam melakukan penatalaksanaan ini, perlu dipahami klasifikasi hipertensi pada kehamilan. Menurut laporan National High Blood Pressure Education Program Working Group tahun 2000 tentang hipertensi pada kehamilan, terdapat klasifikasi hipertensi pada ibu hamil yaitu hipertensi kronik, hipertensi gestasional, dan preeklamsia.

Diagnosis hipertensi kronik didasarkan pada riwayat hipertensi sebelum kehamilan atau kenaikan tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg sebelum kehamilan minggu ke-20 dengan minimal dua kali pengukuran menunjukkan hasil yang relatif sama. Hipertensi kronik sendiri dibagi menjadi dua yaitu hipertensi kronik ringan dengan tekanan diastolik kurang dari 110 mmHg dan hipertensi kronik parah dengan tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih. Wanita hamil dengan hipertensi kronik ini dapat meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia, pengasaran plasenta, morbiditas dan mortalitas bayi, penyakit kardiovaskuler dan ginjal. Hipertensi gestasional sendiri merupakan perkembangan peningkatan tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg tanpa gejala preeklamsia, setelah kehamilan minggu ke-20. Umumnya tekanan darah akan kembali normal tanpa terapi obat. Preeklamsia digambarkan sebagai kejadian hipertensi, udem, dan proteinuria (protein dalam urin) setelah kehamilan minggu ke-20 dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan parah. Preeklamsia disebabkan oleh kegagalan perpindahan trompoblastik ke arteri uterus sehingga terjadi kerusakan pada plasenta dan kegagalan adaptasi sistem kardiovaskuler (peningkatan volume plasma dan penurunan resistensi pembuluh sistemik). Perubahan tersebut menyebabkan pengurangan perfusi pada plasenta, ginjal, liver, dan otak. Resiko preeklamsia pada ibu hamil adalah kejang, hemoragi otak, pengasaran plasenta, udem pada paru, gagal ginjal, hemoragi hati dan kematian. Pada bayi dapat beresiko pertumbuhan yang lambat, hipoksemia, asidosis, prematur, dan kematian.

Oleh karena hipertensi kronik ini dapat berkembang menjadi preeklamsia atau lebih parah, maka deteksi dini dan pengobatan pada keadaan ini diperlukan. Sasaran terapi dalam pengobatan hipertensi kronik pada kehamilan adalah tekanan darah. Tujuan terapi adalah untuk menurunkan tekanan darah pada level tekanan darah diastolik dibawah 110 mmHg, yang akan mengurangi morbiditas dan mortalitas, menurunkan insiden preeklamsia, pengasaran plasenta, kematian janin/ bayi dan ibu, komplikasi strok dan kardiovaskuler. Strategi terapi dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologi maupun terapi farmakologi. Terapi nonfarmakologis merupakan terapi tanpa obat yang umum dilakukan pada wanita hamil, terutama pada hipertensi kronik ringan (tekanan diastolik kurang dari 110 mmHg). Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain pembatasan aktivitas, banyak istirahat, pengawasan ketat, pembatasan konsumsi garam, mengurangi makan makanan berlemak, tidak merokok, dan menghindari minuman beralkohol. Terapi farmakologis dapat dilakukan dengan penggunaan obat-obatan antihipertensi golongan α2-agonis sentral (metildopa), β-bloker (labetalol), vasodilator (hidralazin), dan diuretik (tiazid). Obat antihipertensi golongan Angiotensin-Converting Enzym Inhibitor (ACE Inhibitor) dan Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs) mutlak dikontraindikasikan pada ibu hamil dengan hipertensi. Meskipun ACE Inhibitor dan ARBs memiliki factor resiko kategori C pada kehamilan trimester satu, dan kategori D pada trimester dua dan tiga, namun obat tersebut berpotensi menyebabkan tetatogenik.

Dari beberapa obat yang telah disebutkan diatas, metildopa merupakan obat pilihan utama untuk hipertensi kronik parah pada kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin. Obat ini termasuk golongan α2-agonis sentral yang mempunyai mekanisme kerja dengan menstimulasi reseptor α2-adrenergik di otak. Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik dari pusat vasomotor di otak. Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan parasimpatik akan menurunkan denyut jantung, cardiac output, resistensi perifer, aktivitas renin plasma, dan refleks baroreseptor. Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah digunakan dalam jangka waktu yang lama dan belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Metildopa memiliki faktor resiko B pada kehamilan.

Metildopa

Nama Dagang: Dopamet (Alpharma) tablet salut selaput 250 mg, Medopa (Armoxindo) tablet salut selaput 250 mg, Tensipas (Kalbe Farma) tablet salut selaput 125 mg, 250 mg, Hyperpax (Soho) tablet salut selaput 100 mg

Indikasi: Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek segera.

Kontraindikasi: depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas

Efek samping: mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan hati, anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung tersumbat

Peringatan: mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal, disarqankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi

Dosis dan aturan pakai: oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari, infus intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia) 2000, 47-49, 57, DepKes RI, Jakarta

Anonim, 2007, ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia) Volume 42, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta

Lacy, C.F., et all, 2006, Drug Information Hanbook 14th edition, 1034, 1921, Lexi Company,USA

Saseen, J.J, dan Carter, B.L., 2005, Hypertension, in DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., (Eds.), Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 6th Edition, 202-210, McGraw-Hill Companies, USA

Sibai, B.M., 1996, “Treatment of Hypertension in Pregnant Women”, The New England Journal of Medicine, Volume 335, 257-265

Sibai, B.M., dan Chames, M., 2003, “Treatment of Hypertension in Pregnant Women”, The Journal of Family Practice, Volume 15

Rubin, P., 1998, “Drug treatment during pregnancy”, British Medical Journal, 1-7

Hipertensi saat kehamilan

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seorang wanita, terutama pada waktu dia hamil memiliki banyak sekali beban yaitu bagaimana dia merawat keluarganya, kehamilannya dan dirinya sendiri. Sebab dalam kehamilan banyak faktor-faktor yang harus terpenuhi dari kebutuhan ibu hamil. Bahkan kebutuhan tersebut bisa dua kali lebih banyak dari kebutuhan biasanya. Misalnya kebutuhan istirahat yang cukup, gizi yang seimbang dan banyak lagi yang lainnya. Bila kebutuhan tersebut tidak baik atau tercukupi maka akan berdampak yang kurang baik bagi kesehatan ibu dan janinnya. Dan hal tersebut bisa timbul berbagai penyakit yang akhirnya mengganggu kondisi ibu dan perkembangan kehamilannya seperti penyakit hipertensi. Maka dari itu makalah ini kami buat untuk mengetahui seberapa bahayanya penyakit yang timbul pada ibu hamil tersebut.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
Untuk mengetahui bahayanya penyakit hipertensi pada kehamilan.
untuk mengetahui pengaruh hipertensi pada kehamilan
untuk mengetahui hal-hal yang harus dilakukan oleh penderita penyakit hipertensi.
Permasalahan
Dari pembuatan makalah saya ini, ada beberapa masalah yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini, misalnya mencari teori dan beberapa sumber dan bahsan yang saya cari sulit yaitu bahasan yang harus menunjukkan teori biokimia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Mengenai Penyebab Hipertensi karena kehamilan
Setiap teori yang memuaskan harus memperhitungkan hasil pengamatan barikut ini. Setiap teori yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan lebih mungkin terjadi pada wanita yang (1) terpapar Vili Korialis untuk pertama kalinya, (2) terpapar Vili Korialis yang terdapat dengan jumlah yang sangat berlimpah, (3) maempunyai riwayat penyakit Vaskuler atau (4) mempunyai kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi dalam kehamilan.
Resiko hipertensi karena kehamilan dipertinggi pada keadaan dimana pembentukan antibodi penghambat terhadap tempat-tempat yang bersifat antigen pada plasenta terganggu. Kekurangan nutrisi juga menjadi penyebab terjadinya eklamsia yaitu makanan yang kuarang mengandung protein.
B. Hepar
Pada preeklamsia berat kadangkala dijumpai perubahan pada hasil tes faal hepar dan keutuhan hepar, yang mencakup kelambatan ekskresi Dromosulfoftalein dan peningkatan kadar enzim asparat Aminotrans Ferase dalam serum. Sebagian besar peningkatan Alkalifosfatase serum berasal dari alkali fosfatase tahan panas, yang paling besar kemungkinannya berasal dari plasenta.
Lesi yang paling besar kemungkinannya sebagai penyebab peningkatan kadar enzim hepar dalam serun adalah Nekrosis hemorhagika periportal pada bagian perifer lobulus hepar.
C. Proteinuria
Pada wanita hamil dengan hipertensi, harus terdapat proteinuira dengan kadar yang cukup agar diagnosis preeklamsia-eklamsia dapat dibuat secara akurat. Namun, karena proteinuria biasanya timbul belakngan dalam perjalanan penyakit, wanita tersebut kemungkinan sudah melahirkan bayinya sebelum proteinuria diketahui, dan demikian wanita itu menderita preeklamsia yang sejati tanpa proteinuria.
Pengguna istilah albuminuria untuk menerangkan proteinuria pada preeklamsia adalah tidak tepat. Seperti pada glomerulopati lain, terdapat peningkatan permeabilitas terhdap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi, karena itu ekskresi abnormal albumin akan disertai dengan protein lain misalnya hemoglobin, globulin dan transferin. Dalam keadaan normal, molekul protein yang besar tidak melewati filtrasi glomerolus, sehingga keberadaaanya dalam urin menunjukkan adanya suatu proses glomerulopati. Beberapa molekul protein yang lebih kecil dan biasanya lolos dari filtrasi glomerolus tapi kemudian di resorpsi, ditemukan pula didalam urin.
D. Diuretik dan Pembatasan Natrium
Obat-obatan natriuretik, seperti klorotiazid dan sejenisnya pernah digunakan terlalu berlebihan pada masa lalu meskipun diuretik tanpa yang nyata pernah dianggap mampu mencegah timbulnya preeklamsia, namun hasil beberapa panelitian meragukan nilai sesungguhnya pada preparat tersebut.
Preparat diuretik tiazid dan senyawa yang serupa, tidak digunakan untuk pengobatan ataupun pencegahan preeklamsia. Meskipun tidak terdapat bukti nyata yang menunjukkan bahwa preparat diuretik memiliki arti yang penting, namun obat tersebut terbukti dapat mengurangi perfusi ginjal.
Preparat tiazid dapat mengakibatkan kekurangan natrium dan kalium yang berat, pankreatitis hemorganik dan trombositopenia berat pada sebagian bayi baru lahir.
E. Preeklamsia Berat
Pada kasus preeklamsia berat dan eklamsia, preparat magnesium sulfat yang diberikan secara parenteral merupakan anti konvulsan yang paling berhasiat seperti dibuktikan oleh pengalaman pada banyak klinik selama bertahun-tahun. Magnesium sulfat dapat diberikan intramuskuler secara intermitten atau intravena melalui infus. Jadwal pemberian untuk preeklamsia yang berat sama seperti untuk eklamsia. Pada masa persalinan lebih besar kemungkinannya untuk timbul kejang, maka pada wanita hamil yang dicurigai menderita hipertensi karena kehamilan diobati dengan magnesium sulfat i.m selama persalinan dan 24 jam sesudahnya. Hidralin i.v dengan dosis intermiten yang sesuai, terbukti merupakan antihipertensi yang efektif dan aman.
F. Hipertensi Kronis Berat
Prognosis hasil akhir kehamilan yang didahului oleh hipertensi berhubungan dengan beratnya penyakit sebelum kehamilan. Para wanita hamil hipertensi ini diobati dengan - metil dopa selama kehamilan awal telah dipertanyakan, karena diamati adanya lingkar kepala yang lebih kecil pada bayi laki-laki dari ibu hamil yang mendapat obat antara minggu ke 16 dan 20 kehamilan.
G. Pemilihan Obat Anti Virus
Meskipun di peroleh hasil yang relatif baik pada pengangguran - metil dopa dan hasil sebanding yang diperoleh tanpa obat anti hipertensi. Obat-obat penghambat adrenergik saat ini sedang diuji secara luas di Inggris, Skotlandia dan di Australia. Hasil awal pengobatan dengan labetalol. Suatu kombinasi antara penghambat dan adrenergik, kombinasi antara penghambat dan adregerik, kionsisten dengan pendapat yang menyatakan bahwa obat tersebut tidak menawarkan keuntungan lebih daripada yang diberikan oleh preparat - metil dopa.
H. Terapi Obat
Terapi anti hipertensi cukup bermanfaat apabila terdapat preeklamsia yang cukup berat dan dini, sehingga pengakhiran kehamilan dapat membahayakan keselamatan janin. Namun penanganan yang didasarkan pada pengendalian hipertensi maternal dengan menggunakan obat seperti metil dopa atau hidralazin, dapat membawa bencana.
Perkembangan obat-obat - bloker telah membangkitkan perhatian kembali kepada pengendalian tekanan darah ibu guna memperbaiki hasil akhir kehamilan. Gallery dkk, (1979) membandingkan terapi metil dopa dengan oksiprenolol dan menyatakan bahwa terapi oksiprenolol mempunyai keuntungan tersendiri karena bayi yang dilahirkan dari ibu yang mendapat terapi oksiprenolol memiliki berat badan yang lebih tinggi.
I. Bersihan Dehidrot Soandrosteron Sulfat.
Kecepatan bersihan dehidrolsoan drosteron sulfat melalui perubuhan didalam plasenta menjadi estradiol-17B, merupakan gambaran akurat yang mencerminkan fungsi perfusi plasenta material. Dalam keadaan normal, dengan bertambahnya usia kehamilan, kecepatan bersihan dehidroisoandrosteron sulfat dari plasma ibu melalui pembentukan estradiol-17B meningkat dengan tajam. Pada wanita yang nantinya akan menderita hipertensi karena kehamilan kecepatan bersihannya lebih besar pada saat sebelum timbulnya hipertensi.
J. Tinjauan Terhadap Hasil Penelitian
Redman dkk. (1976) mengobati sekelompok wanita hipertensi dengan preparat - metil dopa dan membandingkan hasilnya dengan kelompok yang tidak mendapat pengobatan. Mereka memilih pasien dengan tekanan darah ≥140/90 mm/hg, dan dengan kehamilan < 28 minggu, sejumlah 101 waniota mendapat - metil dopa, dan 107 wanita tidak memperolehnya. Preparat diuretik tidak diberikan dan kedua kelompok wanita melahirkan secara dini pada minggu ke 37-38. pada kelompok kontrol terdapat 1 kasus lahir mati akibat kehamilan yang dipersulit oleh superim posed eclamsia, dan kasus 1 kematian neonatal yang kemungkinan disebabkan oleh asfiksia serta trauma lahir. Pada kelompok yang memperoleh pengobatan terdapat 1 kasus lahir mati pada kehamilan yang dipersulit dengan superimposed eclamsia. Berat badan lahir dan nilai laboratorium rata-rata pada dasarnya sama untuk kedua kelompok.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembuatan makalah yang saya susun dapat disimpulkan :
Bahwa penyakit hipertensi dapat membahayakan ibu hamil terutama pada janin yang dikandungnya.
Hipertensi memiliki pencegahan, terapi, obat anti hipertensi yang berbeda-beda.
Saran/Rekomendasi
Saran dari pembuatan makalah tersebut adalah :
Agar ibu hamil dan kita semua menjaga gizi yang baik yang mengandung protein supaya terhindar dari penyakit hipertensi.
lebih baik kita dan ibu hamil mencegah terjadinya hypertensi daripada mengobatinya sebab bisa berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul-Karim R, Assali NS : Pressor response to in pregnant and nonpregnant women. J obstet gynecol 82 : 246, 1961
Altura BM, Altura Bt, Carella A : Magnesium deficiency-induced spasms of umbilical vessels : Relation to preeclamsia, hypertension, growth retardation. Science 221 :376, 1983
we instein L : Preeclamsia-eclampsia witj hemolysis, elevated liver enzymes, and thrombocytopenia. Obstet Gynecol 66 : 657, 1985

bahan makalah Diabetes melitus

Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis adalah penyakit yang sering diderita dan dapat menyebabkan kelainan yang cukup serius pada mata yaitu Retinopati Diabetik (RD). Di Negara maju Retinopati Diabetik (RD) merupakan salah satu penyebab kebutaan utama pada usia produktif. Resiko kebutaan akan semakin meningkat sejalan dengan lamanya menderita DM. oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mengenal lebih baik komplikasi DM pada mata dan mengetahui usaha-usaha apa saja ynga dapat dilakukan sehingga dapat mengurangi resiko kebutaan karena Retinopati Diabetik
Penelitian menemukan bahwa lamanya menderita DM adalah faktor penting untuk resiko terjadinya RD. DM selama 17-25 tahun punya resiko 90% untuk terjadinya Retinopati Diabetik. Faktor-faktor yang merupakan faktor resiko adalah hipertensi, merokok, penyakit ginjal dan anemia. Dan diabetes sendiri dapat menyebabkan beberapa penyakit mata lainnya seperti katarak dan galukoma.
Kontrol ketat kadar gula darah mengurangi progresitifitas RD. Tekanan darah yang terkontrol dengan baik dan fungsi ginjal yang baik dapat juga turut memperbaiki keadaan retinopati. Selain itu pengobatan laser sangat penting. Tujuannya adalah untuk menstabilkan dan mencegah progresitifitas penyakit menjadi lebih buruk. Maka pengobatan laser dan operasi dapat sangat efektif pada RD.

Diabetes Melitus dan Komplikasinya pada Mata
Diabetes dapat disebabkan oleh dua kemungkinan yaitu ketidakmampuan tubuh dalam menghasilkan insulin atau insulin yang dihasilkan tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya. Di dalam tubuh, insulin sangat berperan dalam penyerapan gula sederhana (hasil pencernaan) oleh sel otot untuk disimpan sebagai cadangan energi.
Penyakit ini jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan timbulnya penyakit lain, seperti : kebutaan, jantung, penyakit pada pembuluh darah, stroke, gagal ginjal, dan kerusakan syaraf. Diabetes pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko kelahiran bayi cacat. Komplikasi Diabetes Melitus (DM) pada mata dapat terjadi pada kornea, lensa, retina, dan Nervus Optikus. Komplikasi retina (Retinopati Diabetik) merupakan penyebab kebutaan sekitar 12 – 21% dari seluruh kasus kebutaan di Amerika Serikat.
Diabetik Retinopati digolongkan menjadi dua jenis, yaitu :
Retinopati Diabetik Non Poliferatif dengan gejala klinik sebagai berikut :
1. Kelainan bentuk kantong pada kapiler pembuluh retina (Mikroaneurisma)
2. Pecahnya pembuluh kapiler yang menyebabkan pendarahan retina
3. Edema Retina. Edema pada makula menyebabkan penurunan penglihatan hingga kebutaan
4. Eksudat keras merupakan pengumpulan lemak ekstrasel akibat bocornya pembuluh yang abnormal
5. Eksudat lunak atau bercak kapas yang merupakan infark mikro dari lapisan serabut retina
6. Pelebaran dan pelekukkan pembuluh vena
7. Penyumbatan kapiler
8. Kapiler yang melebar dengan dinding yang rapuh (Intra Retinal Microvascular Abnormlities)
Retinopati Diabetik Poliferatif dengan gejala klinik sebagai berikut :
1. Kapiler yang melebar dengan dinding yang rapuh (Intra Retinal Microvascular Abnormlities)
2. Neovaskularisasi pada Papil Nervus Optikus
3. Pecahnya neovaskularisasi yang rapuh dan mengakibatkan pendarahan vitreous
4. Proliferasi vitreo retinal
5. Pelepasan retina akibat penarikan oleh jaringan proliferasi
Kebutaan oleh Retinopati Diabetik terjadi akibat keterlambatan penanganan pada penderita diabetes melitus. Usaha yang dilakukan untuk mencegah kebutaan oleh retinopati diabetik diantaranya :
Fotokoagulasi merupakan usaha pengobatan menggunakan sinar laser. Sinar laser yang biasa digunakan adalah Argon biru, argon hijau, krypton kuning, dan dye laser. Fotokoagulasi ditujukan untuk pembuluh darah yang bocor pada Retinopati Diabetik Non Poliferatif dan memperbaiki kondisi aliran dan pertukaran oksigen di daerah pusat retina pada Retinopati Diabetik Poliferatif. Fotokoagulasi dapat mempertahankan dan memperbaiki ketajaman penglihatan penderita serta mencegah kebutaan.
Vitrektomi dilakukan pada penderita Retinopati Diabetik Poliferatif yang tidak dapat diatasi dengan fotokoagulasi. Pada operasi vitrektomi, jaringan serat dan darah dalam vitreous dipotong dan diganti dengan cairan tertentu.
Vitrektomi dengan endolaser merupakan vitrektomi yang dibantu dengan penyinaran laser sehingga mempermudah pada saat operasi vitreous.
Pengobatan Retinopati Diabetik dengan Laser
Pada mata penderita RD terdapat Macula yang menghalangi chaya jatuh pada retina. Macula ini berisi darah dengan kadar gula berlebih. Untuk kembali menstabilkan fungsi mata pada penglihatan normal Macula ini dipotong dengan Cutting Laser. Cutting Laser yang digunakan untuk proses pemotongan ini adalah Nd-Yag. Setelah Macula langkah selanjutnya adalah pembakaran darah dengan kadar gula berlebih yang terdapat pada retina mata. Tujuan dari proses pembakaran dengan laser ini tentunya untuk menstabilkan kembali kondisi retina mata (menghilangkan RD) dan tentunya mencegah terjadinya kebutaan. Untuk proses pembakaran ini laser yang digunakan adalah sinar laser argon hijau. Tetapi pada makalah kali ini pemakalah tidak memaparkan proses pembakaran diabetes pada mata dengan laser tetapi hanya terbatas unuk mencoba memaparkan sedikit laser Nd-Yag yang digunakan untuk pemotongan Macula pada retina mata.

Prinsip Kerja Sinar Laser Nd-Yag

Material proses merupakan hal terpenting dalam pembentukan sinar laser. Material yang dipakai dalam pembuatan laser akan menentukan fungsi dan prinsip kerja laser tersebut. Laser Nd-Yag memiliki panjang gelombang 1064 dengan daya mencapai 2 . Karena interaksi laser dengan zat lain tergantung pada panjang gelombang maka penggunaan Nd-Yag akan lebih efektif bila digabung dengan laser . Dan laser sendiri memiliki panjang gelombang 10.6 dengan daya mencapai 25 . Resonator Nd-Yag dilengkapi dengan Q-switch yang dapat menaikkan daya hingga mencapai 250 daya puncak per pulsa. Kadar pengulangan berkisar 0-1
Karakteristik Laser Nd:YAG :

Daya keluaran : 80 W
Rentang daya : 0 – 80 W
Frekuensi pulsa : 0 – 1 kHz
Daya efektik puncak : 250 kW pada 1 kHz
Durasi pulsa : 60 ns pada 1 kHz
Diameter sinar : 3,0 mm

Delivery System
Sistem pengantaran laser dari mulai terbentuknya laser hingga laser sampai pada titik yang diinginkan ada mata terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
1. Slit Lamp
2. Indirect opthacmoscopy
3. Endolaser

Slit Lamp

1. Difusi:
Iluminasi difusi atau penyebaran sinar (wide beam) bertujuan unutk menerangi mata agar kita dapat melihat struktur mata sebanayak mungkin.
Sinar lebar diteruskan ke kornea pada sudut aproksimasi 45 derajat. Mikroskop diletakkan di depan mata dan difokuskan tepat di hadapan kornea Dengan begitu struktur mata hingga luka yang terdapat di dalamnya dapat terlihat.
Dengan bantuan filter kobalt biru kita dapat melihat posisi dari lensa kontak untuk kemudian laser ditembakkan melalui lensa kontak tepat ke bagian retina yang hendak dipotong gumpalan darah dan membakar jaringan diabetesnya.

2. Direct Focal
a. Optic Section
Langkah pertama untuk menentukan letak kornea, konjuktiva atau lokasi dari lensa mata.
b. Conical Beam
Grading Cells and Flare
Grade Aqueous Cells Grade Flare
0 None 0 Optically Empty Compared Bilaterally
1 2-5 Cells Seen in 45 Seconds or One Minute 1 Faint: Haze or Not Equal Bilaterally
2 5-10 Cell Seen at Once 2 Moderate: But Iris Detail Still Clear
3 Cells Scattered Through Out Beam 20 or More 3 Marked: Iris Details Becoming Hazy
4 Dense Cells in Beam, More Than You Can Count 4 Dense Haze: With Obvious Fibrin Collecting on Iris
READ VOL. 4 - CHAPTER 32 IN "DUANES' CLINICAL OPHTHALMOLOGY
Grading the Consensual Pain Reflex
Grade Patient Response
1 To 1+ Definite Pain Without Acute Distress
2 To 2+ Causes Wincing or Complaint of Pain
3 To 3+ Causes Withdrawal From the Light
4 To 4+ Severe Allows No Light in the Eye

c. Parallelelepiped
3. Retro-Illumination
4. Sclerotic Scatter
5. Indirect-Lateral-Proximal

6. Specular Refection

Indirect Ophtalmoscopy
Adalah sebuah prosedur OPD untuk memeriksa retina menggunakan alat yang dipakai di kepala (head mounted instrument). Metode ini adalah cara terbaik untuk melihat daerah tepi mata unutk lubangm air mata, dan pemisahan retina. Digunakan untuk operasi pemisahan. Keuntungan dari metode ini adalah memperbesat pandangan sehingga bagian terbesar dari retina dapat terlihat.
Hal ini penting untuk memperbesar pupil untuk tes ini. Karena perbesaran ini, tingkat kesilauan meningkat, terutama pada matahari. Objek terdekat terlihat kabur selama 4-6 jam.

Endolaser Venous Therapy
EndoLAser Venous Therapy (ELVT), adalah laser yang bersifat menyerang penutupan oleh pembuluh darah vena yang lebih besar.
Prinsip kerjanya ialah, laser dilewati melalui kateter kecil yang dimasukkan kedalam pembuluh darah vena yang lebih besar. Pada saat laser diaktifkan, dihasilkan panas yang menyebabkan adanya reaksi pada dinding vena yang membuat keduanya menyatu. Pembuluh nadi yang terhubung dengan vena kemudian menghilang.

REFERENSI

Dr. Jonggi Panggabean Sp.M
Siegman, Anthony E. (1986). Lasers. University Science Books. ISBN 0-935702-11-3.
Yariv, Amnon (1989). Quantum Electronics, 3rd Edition, Wiley. ISBN 0-471-60997-8.
http://www.google.co.id
http://www.wikipedia.com
http://www.howstuffworks.com

Imunisasi dan jenis-jenisnya

IMUNISASI

1. Imunisasi

a. Pengertian imunisasi

Kata imun berasal dari bahasa Latin (immunitas) yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular (Theophilus, 2000; Mehl dan Madrona, 2001).

Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh. Kuman termasuk antigen yang masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai “pengalaman”. Pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, perlu dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal (Gordon, 2001).

Di Indonesia imunisasi mempunyai pengertian sebagai tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak, agar terlindung dan terhindar dari penyakit-penyakit menular dan berbahaya bagi bayi dan anak (RSUD DR. Saiful Anwar, 2002).

b. Jenis imunisasi wajib

Berdasarkan program pengembangan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang diwajibkan dan Program Imunisasi Non PPI yang dianjurkan. Wajib jika kejadian penyakitnya cukup tinggi dan menimbulkan cacat atau kematian. Sedangkan imunisasi yang dianjurkan untuk penyakit-penyakit khusus yang biasanya tidak seberat kelompok pertama. Jenis imunisasi wajib terdiri dari: (Sri Rezeki, 2005)

1). BCG (Bacille Calmette Guerin)

Imunisasi BCG berguna untuk mencegah penyakit tuberkulosis berat. Misalnya TB paru berat. Imunisasi ini sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia 2 – 3 bulan. Dosis untuk bayi kurang setahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. Disuntikkan secara intra dermal di bawah lengan kanan atas. BCG tidak menyebabkan demam. Tidak dianjurkan BCG ulangan. Suntikan BCG akan meninggalkan jaringan parut pada bekas suntikan.

BCG tidak dapat diberikan pada pasien pengidap leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pengidap HIV. Apabila BCG diberikan pada usia lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.

2). Hepatitis B

Imunisasi Hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir. Pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir harus berdasarkan apakah ibu mengandung virus Hepatitis B aktif atau tidak pada saat melahirkan. Ulangan imunisasi Hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun. Apabila sampai usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B maka diberikan secepatnya.

Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia yang disebabkan virus Hepatitis B. Penyakit ini sangat menular dan disebabkan virus yang menimbulkan peradangan pada hati. Pada bayi respon imun alami tidak dapat membersihkan virus dari dalam tubuh. Kurang lebih 90 persen bayi dan 5 persen orang dewasa akan terus membawa virus ini dalam tubuhnya setelah masa akut penyakit ini berakhir.

Seorang wanita hamil pembawa virus Hepatitis B atau menderita penyakit itu selama kehamilannya, maka dia dapat menularkan penyakit itu pada anaknya. Paling tidak 3,9 persen ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi maternal kurang lebih sebesar 45 persen. Karena itu, vaksinasi hepatitis B merupakan cara terbaik untuk memastikan bayi terlindungi dari Hepatitis B. Jika tidak dilakukan, hati akan mengeras dan menimbulkan kanker hati di kemudian hari.

3). DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

Imunisasi DPT untuk mencegah bayi dari tiga penyakit, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri Corynebacteriumdiphtheriae yang sangat menular. Dimulai dengan gangguan tenggorokan dan dengan cepat menimbulkan gangguan pernapasan dengan terhambatnya saluran pernapasan oleh karena terjadi selaput di tenggorokan dan menyumbat jalan napas, sehingga dapat menyebabkan kematian. Selain itu juga menimbulkan toksin atau racun yang berbahaya untuk jantung.

Batuk rejan yang juga dikenal Pertusis atau batuk 100 hari, disebabkan bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini membuat penderita mengalami batuk keras secara terus menerus dan bisa berakibat gangguan pernapasan dan saraf. “Bila dibiarkan berlarut-larut, pertusis bisa menyebabkan infeksi di paru-paru.” Selain itu, karena si penderita mengalami batuk keras yang terus menerus, membuat ada tekanan pada pembuluh darah hingga bisa mengakibatkan kerusakan otak.

Tetanus merupakan penyakit infeksi mendadak yang disebabkan toksin dari clostridium tetani, bakteri yang terdapat di tanah atau kotoran binatang dan manusia. Kuman-kuman itu masuk ke dalam tubuh melalui luka goresan atau luka bakar yang telah terkontaminasi oleh tanah, atau dari gigi yang telah busuk atau dari cairan congek. Luka kecil yang terjadi pada anak-anak pada saat bermain dapat terinfeksi kuman ini. Apabila tidak dirawat penyakit ini dapat mengakibatkan kejang dan kematian. Manusia tidak mempunyai kekebalan alami terhadap tetanus sehingga perlindungannya harus diperoleh lewat imunisasi.

Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak anak umur dua bulan dengan interval 4 – 6 minggu. DPT 1 diberikan umur 2 – 4 bulan, DPT 2 umur 3 – 5 bulan, dan DPT 3 umur 4 – 6 bulan. Ulangan selanjutnya, yaitu DPT 4 diberikan satu tahun setelah DPT 3 pada usia 18 – 24 bulan, dan DPT 5 pada usia 5 – 7 tahun. Sejak tahun 1998, DPT 5 dapat diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar. Ulangan DPT 6 diberikan usia 12 tahun mengingat masih dijumpai kasus difteri pada umur lebih besar dari 10 tahun. Dosis DPT adalah 0,5 ml.

Imunisasi DPT pada bayi tiga kali (3 dosis) akan memberikan imunitas satu sampai 3 tahun. Ulangan DPT umur 18 – 24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun sampai umur 6-7 tahun. Dosis toksoid tetanus kelima (DPT/DT 5) bila diberikan pada usia masuk sekolah akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi, yaitu sampai umur 17-18 tahun. Imunisasi ini akan melindungi bayi dari tetanus apabila anak-anak tersebut sudah menjadi ibu kelak. Dosis toksoid tetanus tambahan yang diberikan tahun berikutnya akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi.

4). Polio

Untuk imunisasi dasar (3 kali pemberian) vaksin diberikan 2 tetes per oral dengan interval tidak kurang dari dua minggu. Mengingat Indonesia merupakan daerah endemik polio, sesuai pedoman PPI imunisasi polio diberikan segera setelah lahir pada kunjungan pertama. Dengan demikian diperoleh daerah cakupan yang luas.

Pemberian polio 1 saat bayi masih berada di rumah sakit atau rumah bersalin dianjurkan saat bayi akan dipulangkan. Maksudnya tak lain agar tidak mencemari bayi lain oleh karena virus polio hidup dapat dikeluarkan melalui tinja. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisai polio 4. Selanjutnya saat masuk sekolah usia 5-6 tahun.

5). Campak

Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0,5 ml pada usia 9 bulan. Hanya saja, mengingat kadar antibodi campak pada anak sekolah mulai berkurang, dianjurkan pemberian vaksin campak ulangan pada saat masuk sekolah dasar pada usia 5-6 tahun. Biasanya melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).


C. Manfaat imunisasi

Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit, cacat dan kematian. Sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Di dunia selama tiga dekade United Nations Childrens Funds (UNICEF) telah menggalakkan program vaksinasi untuk anak-anak di negara berkembang dengan pemberian bantuan vaksinasi Dipteria, Campak, Pertusis, Polio, Tetanus, dan TBC. Bila dibandingkan, risiko kematian anak yang menerima vaksin dengan yang tidak menerima vaksin kira-kira 1: 9 sampai 1: 4 (Nyarko et al., 2001).

Di Amerika Imunisasi pada masa anak-anak merupakan salah satu sukses terbesar dari sejarah kesehatan masyarakat Amerika pada abad 20. Sejarah mencatat di Amerika Serikat terdapat empat jenis imunisasi yang berhasil, seperti: Dipteri, Pertussis, Polio, dan Campak (Baker, 2000).

bahan maklah TBC

Di Indonesia, penyakit TBC memang masih menjadi momok. Maklum saja, karena negara kita tercinta ini termasuk daerah endemis TBC. Anak kurus, susah/tidak mau makan, berat badan seret naik atau malah tidak naik-naik, acapkali dicurigai mengidap TBC. Orangtua mana sih, yang tidak gelisah ketika berat badan anaknya yang masih batita, stagnan di kilogram tertentu.

Dapat dimaklumi kalau orangtua sangat menaruh perhatian (malah kadang berlebihan) pada hal yang satu ini, karena kenaikan berat badan merupakan salah satu indikator tumbuh kembang anak, utamanya balita. Tetapi penyebab mandeknya kenaikan berat badan anak bukan monopoli TBC, lho! Ada banyak penyakit selain TBC, yang menyebabkan berat badan anak terganggu.


Sedihnya, masih banyak anak di republik ini yang ’didiagnosis’ sakit TBC padahal penyakit sebenarnya bukan itu. Akibatnya, anak jadi memperoleh pengobatan yang salah. Tentu kita tidak mau dong, hal itu terjadi pada si kecil. Karena itu, ngga ada salahnya orangtua belajar untuk mengenal serba-serbi penyakit ini. Bukan untuk berlagak atau sok-sokan menjadi dokter, lho...... Tetapi menambah pengetahuan merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesehatan diri dan keluarga.

What is TBC?
Tuberculosis – yang disingkat TBC atau TB - adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut dengan Pulmonary TB. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian/organ lain dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari pulmonary TB. Bila kuman TB menyerang otak dan sistem saraf pusat, akan menyebabkan meningeal TB. Bila (kuman TB) menginfeksi hampir seluruh organ tubuh, seperti ginjal, jantung, saluran kencing, tulang, sendi, otot, usus, kulit, disebut miliary TB atau extrapulmonary TB.
Kuman TB berbentuk batang dan memiliki sifat khusus, yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, sehingga sering disebut juga sebagai Basil/bakteri Tahan Asam (BTA). Bakteri TB akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung. Tetapi dalam tempat yang lembab, gelap, dan pada suhu kamar, kuman dapat bertahan hidup selama beberapa jam. Dalam tubuh, kuman ini dapat tertidur lama (dorman) selama beberapa tahun.

Bagaimana TB Menular?
Bakteri TB menyebar bila orang dewasa penderita TB aktif yang tidak tertangani dengan baik (baca: memperoleh pengobatan), bersin atau batuk sehingga mengeluarkan sputum droplet (percikan dahak) yang mengandung kuman TB. Bila kuman terhirup oleh orang dewasa lain, anak atau bayi yang sehat, menyebabkan mereka terinfeksi M. tuberculosis. Secara umum, hanya TBC paru-paru (pulmonary TB) yang menular. Namun orang yang tertular tidak selalu akan sakit TBC paru-paru juga, tergantung bagian tubuh (organ) mana yang diserang oleh bakteri TB. Selain dari droplet dahak penderita TBC aktif, kuman TB juga dapat masuk ke tubuh manusia dari susu sapi murni yang tidak diolah (dimasak) dengan sempurna.

Meskipun menular, tetapi orang tertular tuberculosis tidak semudah tertular flu. Penularan penyakit ini memerlukan waktu pemaparan yang cukup lama dan intensif dengan sumber penyakit (penular). Menurut Mayoclinic, seseorang yang kesehatan fisiknya baik, memerlukan kontak dengan penderita TB aktif setidaknya 8 jam sehari selama 6 bulan, untuk dapat terinfeksi. Sementara masa inkubasi TB sendiri, yaitu waktu yang diperlukan dari mula terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.

Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TB, lalu menjadi sakit TB. Menurut TB/HIV Clinical Manual hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi, berlanjut menjadi penderita TB (TB aktif). Kelompok yang paling rawan terinfeksi bakteri TB adalah bayi dan anak usia kurang dari 1 tahun. Setelah itu, tingkat kerawanannya menurun. Bahkan pada kisaran usia 5-9 tahun, anak-anak memiliki tingkat resiko terinfeksi yang paling rendah. Usia 10 tahun ke atas, tingkat kerawanan infeksi itu kemudian akan meningkat kembali, meskipun tidak setinggi kelompok usia 0-1 tahun.

Anak-anak yang sakit TBC tidak dapat menularkan kuman TB ke anak lain atau ke orang dewasa. Sebab, pada anak biasanya TB bersifat tertutup. Kalaupun ada sekresi dahak, konsentrasi atau jumlah bakteri dalam droplet cenderung sedikit. Jadi kalau ada anak yang terinfeksi TBC, sudah pasti sumber penularnya adalah orang dewasa yang ’dekat’ dengannya.

Orang dewasa penderita TB aktif yang telah menjalani pengobatan selama 2 minggu juga sudah aman. Dalam arti, ia sudah tidak menularkan kuman TB lagi. Meski demikian, yang bersangkutan tetap harus meneruskan terapi obatnya hingga selesai, untuk menghindari MDR (multi-drugs resistant) TB atau kuman TB yang resisten terhadap obat anti TB.

Bagaimana Mendiagnosa TB Pada Anak ?
Sesungguhnya mendiagnosa tuberculosis pada anak, terlebih pada anak-anak yang masih sangat kecil, sangat sulit. Diagnosa tepat TBC tak lain dan tak bukan adalah dengan menemukan adanya Mycobacterium tuberculosis yang hidup dan aktif dalam tubuh suspect TB atau orang yang diduga TBC. Caranya? Yang paling mudah adalah dengan melakukan tes dahak. Pada orang dewasa, hal ini tak sulit dilakukan. Tapi lain ceritanya, pada anak-anak karena mereka, apalagi yang masih usia balita, belum mampu mengeluarkan dahak. Karenanya, diperlukan alternatif lain untuk mendiagnosa TB pada anak.

Kesulitan lainnya, tanda-tanda dan gejala TB pada anak seringkali tidak spesifik (khas). Cukup banyak anak yang overdiagnosed sebagai pengidap TB, padahal sebenarnya tidak. Atau underdiagnosed, maksudnya terinfeksi atau malah sakit TB tetapi tidak terdeteksi sehingga tidak memperoleh penanganan yang tepat. Diagnosa TBC pada anak tidak dapat ditegakkan hanya dengan 1 atau 2 tes saja, melainkan harus komprehensif.

dr. Davide Manissero dari WHO Indonesia (pada seminar PESAT 5 Jakarta, 4 Maret 2006) mengibaratkan diagnosa TBC itu bagaikan menggambar sekuntum bunga. Penyakit TBC diibaratkan sebagai putik bunga, sementara 4 mahkota bunga yang melingkupi putik adalah riwayat kontak/pemaparan dengan penderita TB aktif, gejala, tes Mantoux (uji Tuberkulin), dan foto rontgen. Kemudian, jika memungkinkan dilakukan uji bakteriologi (yang dilambangkan sebagai tangkai bunga) untuk menemukan ’biang keladinya’ alias kuman TBC.

Menurut dr. Bambang Supriyatno, SpAK dalam seminar Tuberculosis (24 Juni 2006), untuk memastikan apakah anak benar sakit TBC, dokter memerlukan satu alat diagnostik gabungan, yaitu sistem pembobotan (scoring). Ikatan Dokter Anak Indonesia telah mengeluarkan standar untuk sistem scoring ini. Memang hanya dokter yang berwenang untuk melakukan pembobotan (scoring). Namun demi kepentingan anak, sebaiknya orangtua juga proaktif berdiskusi dengan sang dokter dan membekali diri dengan pengetahuan tentang penyakit ini.

1. Riwayat Kontak atau Pemaparan
Penyakit TBC adalah penyakit infeksi. Artinya, pasti ada sumber penularnya. Karena penularan TB memerlukan waktu pemaparan (exposure) yang cukup lama, maka apabila anak menderita TBC pastilah ’sumbernya’ adalah orang yang sehari-hari dekat dengannya. Entah itu ayah, ibu, kakek, nenek, pengasuh, atau orang lain yang tinggal satu rumah dengan anak dalam waktu yang cukup lama. Maka dari itu, ketika seorang anak/bayi diduga menderita TB, semua orang yang sehari-hari dekat dengan si kecil harus dipastikan mengidap TBC atau tidak.

Tingginya prevalensi (angka kejadian) TBC di Indonesia, menyebabkan uji Tuberkulin (Mantoux test) tak lagi efektif untuk mendiagnosa TBC pada orang dewasa karena sebagian besar orang dewasa yang tinggal dan hidup di sini sudah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Pada orang dewasa, diagnosis TB dapat dilakukan melalui uji dahak (sputum test) dan foto rontgen paru-paru. Uji dahak dilakukan untuk mengetahui keberadaan BTA dalam dahak. Tempat yang tepat (dan murah) untuk melakukan uji ini adalah Puskesmas. Foto rontgen paru-paru dari orang dewasa yang mengidap TB aktif, memberikan gambaran yang sangat khas. Walaupun anak tak tampak sakit tapi bila terbukti ada orang dewasa (yang dekat dengan anak) yang sakit TBC, maka orangtua ’harus’ curiga anak terinfeksi TB dan membawanya ke dokter/RS/puskesmas agar anak mendapatkan penanganan yang tepat, untuk mencegahnya menjadi sakit TB.

Oleh sebab itu, sebelum mempekerjakan orang di rumah (pembantu rumah tangga, pengasuh anak, supir keluarga), sebaiknya orangtua memastikan lebih dulu kondisi kesehatan orang-orang tersebut. Karena mereka lah yang lebih banyak berada di sekitar anak, apalagi bila kedua orangtua (ayah dan ibu) bekerja penuh waktu.

2. Gejala
Tuberculosis pada anak-anak seringkali tidak menimbulkan gejala khusus. Gejala utama TB pada orang dewasa adalah batuk berdahak yang terus menerus selama 3 minggu atau lebih. Sayangnya, pada anak-anak, umumnya batuk lama bukan gejala utama TB. Batuk lama, juga bisa manifestasi dari alergi.

Menurut Pedoman Nasional Tuberkulosis (2002), gejala umum TB pada anak-anak adalah sebagai berikut :

Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas, setelah disingkirkan kemungkinan penyebab lainnya (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut). Dapat juga disertai keringat malam.
Pembesaran kelenjar getah bening yang tidak sakit, di leher, ketiak dan lipatan paha.
Gejala –gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), nyeri dada ketika bernafas atau batuk.
Apabila bakteri TB menyebar ke organ-organ tubuh yang lain, gejala yang ditimbulkan akan berbeda-beda. Misalnya;

Kaku kuduk, muntah-muntah, dan kehilangan kesadaran pada TBC otak & saraf (meningitis TB)
Gibbus, pembengkakan tulang pinggul, lutut, kaki dan tangan, pada TBC tulang & sendi
Namun harus dicermati pula bahwa gejala-gejala di atas bukan monopoli TBC, karena banyak juga jenis penyakit lain yang menimbulkan gejala serupa. Meski begitu, bila anak mengalami gejala-gejala seperti tersebut di atas, sah-sah saja bila orangtua curiga. Tetapi kecurigaan ini harus dimanisfestasikan secara rasional, dengan cara memastikan dengan sebenar-benarnya apakah anak mengidap TBC atau tidak. Terlebih bila ada orang dewasa (yang sehari-hari bergaul dekat dengan anak) yang sakit TBC, maka orangtua ’wajib’ memeriksakan kondisi kesehatan anak.

Berat badan tidak naik-naik misalnya, juga bisa disebabkan oleh banyak penyakit selain TBC. Antara lain gangguan pencernaan, infeksi saluran kemih (ISK), penyakit jantung bawaan (PJB), refluks, gangguan tiroid, atau lainnya. Karena itu, sebelum terburu-buru menduga anak mengidap TB, pastikan terlebih dahulu kemungkinan penyakit lain. Dibarengi dengan upaya perbaikan gizi selama 1 bulan. Bila setelah itu berat badan anak meningkat, berarti kemungkinan anak tidak mengidap TB. Namun apabila setelah upaya tersebut, berat badan anak tidak meningkat atau malah semakin turun dan terbukti tidak disebabkan oleh penyakit lain, maka orangtua ’wajib’ untuk curiga.

Juga harus dibedakan antara susah makan dengan kehilangan nafsu makan. Memang ada masanya dimana anak jadi susah makan, dan itu normal. Tetapi bila tiba-tiba anak sampai tidak mau makan sama sekali (anorexia) dan hal itu berlangsung lama, atau bahkan makin memburuk, maka orangtua harus ’khawatir’. Anak-anak usia balita juga seringkali mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di bagian belakang telinga. Karena hal itu menunjukkan sistem imun tubuhnya sedang ’dilatih’ menghadapi serangan mikroorganisme. Orangtua baru harus khawatir bila pembengkakan terjadi di leher (bukan bagian belakang telinga), ketiak dan paha, dan bengkaknya berukuran besar (diameternya lebih dari 1 cm).

Batuk lama. Orangtua harus benar-benar memastikan, apakah batuk anak berlangsung dalam waktu lama (tanpa jeda) ataukah berulang? Sebab, menurut dr. Bambang Supriyatno, SpAK dalam seminar Tuberkulosis (24 Juni 2006), jika anak menderita batuk berulang, maka orangtua harus ’mencurigai’ penyakit lain; seperti asma, atau sinusitis untuk anak usia di atas 5 tahun. Begitu pula dengan demam. Demam yang perlu dicurigai TB adalah demam tingkat rendah atau sumeng yang berlangsung lebih dari 2 minggu dan bukan disebabkan oleh tifus, ISK, malaria atau penyakit lain selain TBC.

Selain gejala-gejala tersebut di atas, orangtua juga harus mengamati perilaku sehari-hari anak. Anak-anak cenderung belum bisa menceritakan dengan jelas apa yang mereka rasakan. Rasa tidak enak badan, sakit, atau ketidaknyamanan yang mereka rasakan, cenderung dimanifestasikan melalui perubahan sikap, misalnya tiba-tiba rewel terus menerus, menjadi cengeng atau gampang marah.

3. Tes Mantoux atau Uji Tuberkulin
Karena tanda-tanda dan gejala TB pada anak sangat sulit dideteksi, satu-satunya cara untuk memastikan anak terinfeksi oleh kuman TB, adalah melalui uji Tuberkulin (tes Mantoux). Tes Mantoux ini hanya menunjukkan apakah seseorang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis atau tidak, dan sama sekali bukan untuk menegakkan diagnosa atas penyakit TB. Sebab, tidak semua orang yang terinfeksi kuman TB lalu menjadi sakit TB.

Sistem imun tubuh mulai menyerang bakteri TB, kira-kira 2-8 minggu setelah terinfeksi. Pada kurun waktu inilah tes Mantoux mulai bereaksi. Ketika pada saat terinfeksi daya tahan tubuh orang tersebut sangat baik, bakteri akan mati dan tidak ada lagi infeksi dalam tubuh. Namun pada orang lain, yang terjadi adalah bakteri tidak aktif tetapi bertahan lama di dalam tubuh dan sama sekali tidak menimbulkan gejala. Atau pada orang lainnya lagi, bakteri tetap aktif dan orang tersebut menjadi sakit TB.

Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml) kuman TBC, yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas (lapisan dermis) kulit pada lengan bawah. Lalu, 48 sampai 72 jam kemudian, tenaga medis harus melihat hasilnya untuk diukur. Yang diukur adalah indurasi (tonjolan keras tapi tidak sakit) yang terbentuk, bukan warna kemerahannya (erythema). Ukuran dinyatakan dalam milimeter, bukan centimeter. Bahkan bila ternyata tidak ada indurasi, hasil tetap harus ditulis sebagai 0 mm.

Secara umum, hasil tes Mantoux ini dinyatakan positif bila diameter indurasi berukuran sama dengan atau lebih dari 10 mm. Namun, untuk bayi dan anak sampai usia 2 tahun yang tanpa faktor resiko TB, dikatakan positif bila indurasinya berdiameter 15 mm atau lebih. Hal ini dikarenakan pengaruh vaksin BCG yang diperolehnya ketika baru lahir, masih kuat. Pengecualian lainnya adalah, untuk anak dengan gizi buruk atau anak dengan HIV, sudah dianggap positif bila diameter indurasinya 5 mm atau lebih.
Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil yang negatif palsu (anergi), artinya hasil negatif padahal sesungguhnya terinfeksi kuman TB. Anergi dapat terjadi apabila anak mengalami malnutrisi berat atau gizi buruk (gizi kurang tidak menyebabkan anergi), sistem imun tubuhnya sedang sangat menurun akibat mengkonsumsi obat-obat tertentu, baru saja divaksinasi dengan virus hidup, sedang terkena infeksi virus, baru saja terinfeksi bakteri TB, tata laksana tes Mantoux yang kurang benar. Apabila dicurigai terjadi anergi, maka tes harus diulang.

4. Foto Rontgen
Untuk memperkuat diagnosis, diperlukan foto rontgen paru-paru. Tapi masalahnya, gambar rontgen dari TBC paru pada anak umumnya tidak khas sehingga menyulitkan interpretasi foto. Diperlukan orang yang benar-benar ahli, untuk menghindari terjadinya overdiagnosis atau underdiagnosis.
Pada orang dewasa, kuman TBC membangun sarangnya pada paru-paru bagian atas, sehingga pada gambar rontgennya akan terlihat adanya infiltrat pada daerah tersebut. Sedangkan pada anak-anak, kuman TB membangun sarang di kelenjar getah bening yang lokasinya berdekatan dengan jantung. Jika hanya difoto dari depan akan sulit melihat adanya infiltrat, karena terutup oleh bayangan jantung. Oleh karena itu, untuk memperkuat diagnosis, foto rontgen juga harus dilakukan dari arah samping.

Dengan begitu, gambaran paru-paru tidak ’diganggu’ oleh bayangan jantung. Tetapi, lagi-lagi keberadaan infiltrat bukan mutlak menunjukkan anak mengidap TBC. Anak yang sedang batuk dengan dahak yang banyak, meski tidak mengidap TB bila difoto rontgen dadanya, bisa memberikan gambaran infiltrat. Oleh karenanya, foto rontgen harus dilakukan pada saat anak dalam kondisi terbaik. Paling baik memang setelah anak sembuh dari batuknya. Bila tidak memungkinkan, pilih waktu ketika batuknya minimal. Sekali lagi, foto rontgen saja tidak dapat digunakan sebagai alat untuk mendiagnosis TBC.

5. Uji Bakteriologi
Uji bakteriologi yang umum dilakukan adalah melalui pemeriksaan sampel dahak (tes dahak atau sputum test). Bila ditemukan adanya bakteri TB di dalam 2 sampel dari 3 sampel dahak seseorang, berarti orang tersebut dikatakan positif mengidap TBC paru aktif. Pendambilan sampel dilakukan secara SPS, maksudnya Sewaktu kunjungan pertama, esok Paginya, dan Sewaktu kunjungan berikut (kedua). Selain diperiksa melalui mikroskop, sampel dahak juga dapat diperiksa dengan cara dibiakkan dalam medium tertentu (tes kultur dahak). Tetapi tes ini memakan waktu yang lama, sementara tes dahak yang biasa hanya memakan waktu beberapa jam saja untuk mendapatkan hasilnya.

Namun tes dahak sangat sulit dilakukan pada anak-anak, karena mereka cenderung menelan dahaknya. Kalaupun ingin melakukan pemeriksaan mikroskopis BTA pada anak, caranya dengan menggunakan bilasan lambung anak. Tetapi cara ini dinilai menyakitkan bagi anak, sehingga tidak digunakan untuk deteksi dini. Bagi anak yang sudah mampu mengeluarkan dahaknya, maka tes dahak menjadi satu keharusan.

6. Tes Darah
Biasanya, parameter yang diuji pada pemeriksaan darah adalah LED (laju endap darah) dan kadar limfosit. Tetapi keduanya ini nilai diagnostiknya bahkan lebih rendah daripada foto rontgen, sehingga hanya dapat digunakan sebagai data pendukung. Nilai LED dan limfosit yang tinggi (di atas kadar normal) hanya menunjukkan terjadinya infeksi di dalam tubuh. Akan tetapi, semua jenis infeksi juga dapat meningkatkan nilai LED dan limfosit dalam darah.

Pengobatan TBC
Bila anak positif sakit TBC, maka harus diobati sampai benar-benar sembuh. Kombinasi obat anti TBC (OAT) untuk anak adalah Isoniasid (INH), Rifampisin, dan Pirazinamid. Ketiga obat tersebut diberikan selama 2 bulan pertama, lalu setelah itu, yaitu mulai bukan ketiga sampai keenam (4 bulan berikutnya) hanya diberikan kombinasi INH dan Rifampisin. Untuk bisa sembuh, anak (dan orang dewasa) penderita TB harus mengkonsumsi OAT secara teratur, setiap hari, dan dalam jangka waktu lama. Bakteri TB ini ’mati’ secara sangat perlahan. Butuh waktu minimal 6 bulan untuk ’membunuh’ semua bakteri Tb dalam tubuh. Setelah mengkonsumsi OAT selama 2 minggu, anak mungkin akan merasa lebih baik dan tampak sehat. Tetapi ia tetap harus mengonsumsi OAT sampai selesai masa pengobatannya, karena pada saat itu belum semua bakteri TB mati.

Pada anak, lamanya pengobatan TB ini tergantung dari jenis TB yang diderita. Untuk TB paru-paru (pulmonary TB), lama pengobatan cukup 6 bulan saja. Alasannya, kuman TB yang ’hidup’ dalam tubuh anak penderita TB aktif, jumlahnya jauh lebih sedikit daripada kuman yang ada dalam orang dewasa penderita TB aktif. Kenapa bisa begitu? Ini adalah berkat ’perlindungan’ dari imunisasi BCG. Sisa kuman yang masih ada setelah terapi pengobatan selesai, sudah tidak dapat berkembang biak lagi sehingga tidak berbahaya. Namun, untuk jenis TB yang lebih berat, yakni meningeal TB dan miliary TB, lamanya pengobatan setidaknya 9 bulan.

Bagaimana bila anak melewatkan dosis OAT-nya? Menurut dr. Davide dari WHO Indonesia pada seminar PESAT 5 (4 Maret 2006), apabila anak penderita TBC aktif melewatkan dosis OAT sampai maksimal 7 dosis (berarti 1 minggu), ia tidak perlu mengulang dari awal lagi, cukup meneruskan saja sisa masa terapinya. Karena jumlah kuman TB dalam tubuh anak jauh lebih sedikit daripada yang ada dalam tubuh orang dewasa, sehingga resistensi kuman juga menjadi jauh lebih rendah. Tetapi bila lewat lebih dari 1 minggu dan atau hal itu terjadi berulangkali, orangtua harus segera berkonsultasi dengan petugas kesehatan (dokter) yang berwenang.

Efek Samping OAT
Ketiga obat anti TBC tersebut sebenarnya bersifat racun bagi hati, apalagi karena harus dikonsumsi dalam jangka panjang. Oleh karena, setelah selesai masa pengobatan, biasanya dokter memeriksa fungsi kerja hati (SGOT/SGPT). Isoniazid atau INH juga dapat menimbulkan reaksi negatif berupa kesemutan, nyeri otot, bahkan gangguan kesadaran. Untuk mengurangi efek tersebut, diberikan suplemen vitamin B6 (piridoxin) selama masa pengobatan.

Obat anti TBC untuk orang dewasa, selain INH, Rifampisin dan Pirazinamid, juga ada satu jenis obat lagi yaitu etambutol. Tetapi, jenis obat yang satu ini tidak diberikan untuk anak-anak yang ’hanya’ sakit TB paru-paru. Karena efek samping etambutol pada anak berusia kurang dari 8 tahun adalah buta warna dan/atau pandangan terbatas (seperti memakai kacamata kuda). Meski demikian, pada anak dengan kasus sakit TB yang berat (TB meningitis atau milier), ’terpaksa’ harus menggunakan etambutol, dengan catatan dosisnya harus tepat.

Mengingat demikian beratnya efek samping OAT, sudah seharusnya bila orangtua benar-benar memastikan apakah anak sakit TB atau tidak. TB/HIV Clinical Manual yang diterbitkan oleh WHO menyebutkan bahwa inisiasi (pemulaian) pengobatan TBC pada anak merupakan proses aktif. Apabila secara umum anak tidak tampak ’sakit’, tak perlu terburu-buru untuk memulainya! Alih-alih demikian, sebaiknya orangtua bersama-sama dengan dokter yang menangani anak, melakukan pengamatan yang lebih mendalam lagi tentang kondisi anak. Ini karena kerja TBC pada anak tidak sama seperti TBC pada orang dewasa. Jumlah kuman TBC yang ada dalam tubuh anak jauh lebih sedikit dari jumlah yang ada dalam tubuh orang dewasa, dengan sendirinya perkembangan penyakit itu juga lebih lambat pada anak. Tapi lain ceritanya, bila kondisi anak terlihat parah – sampai tidak dapat bangun, misalnya – atau usia anak masih sangat muda (di bawah 1 tahun). Pada kondisi-kondisi tersebut, pengobatan mau tidak mau harus segera dimulai.

TB Laten. Apakah Itu?
Istilah laten TB atau TB laten ini sering kita temui di internet. Sesungguhnya, yang dimaksud dengan TB laten adalah orang yang terinfeksi bakteri TB tetapi tidak menjadi sakit TB (mengidap TB aktif). Dengan kata lain TB laten adalah infeksi TB. Dikatakan laten karena kuman TB tidak aktif tetapi juga tidak mati, melainkan tidur lama (dorman). TB pada kondisi ini tidak menular.

Orang dengan infeksi ini, tidak menunjukkan gejala-gejala TB dan sama sekali tidak merasa sakit. Bahkan foto rontgen paru-parunya normal dan bila dites dahaknya pun akan negatif. Keberadaan TB laten atau infeksi TB ini hanya bisa dideteksi melalui uji tuberkulin atau pemeriksaan darah khusus TB.
Karena sistem imun tubuhnya memang belum sempurna, maka anak-anak balita adalah kelompok yang paling rentan terinfeksi kuman TB. Tetapi berkat vaksin BCG yang diberikan segera setelah bayi lahir, membuat anak tidak berkembang menjadi sakit TB. Anak yang terinfeksi TB ini ibarat bom waktu, yang akan ’meledak’ sewaktu-waktu bila kondisinya tepat. Yang dimaksud dengan kondisi yang tepat adalah pada saat daya tahan tubuh anak sedang menurun karena sedang sakit berat (karena penyakit lain), atau bisa juga penyakit TBC-nya muncul setelah si anak tumbuh dewasa atau berusia lanjut.

Karenanya, apabila anak positif terinfeksi TB, walaupun tidak berkembang menjadi sakit TB, tetap perlu diberi pengobatan pencegahan (profilaksis). Jumlah bakteri TB dalam infeksi TB lebih sedikit dari TB aktif, sehingga penanganannya pun lebih mudah, cukup dengan satu jenis obat saja, yaitu INH (isoniazid). Lama pengobatan pencegahan ini, menurut Pedoman Nasional Tuberkulosis, berlangsung selama 6 bulan saja, tidak lebih! Akan tetapi, profilaksis hanya efektif bila anak berusia < 5 tahun. Pengobatan pencegahan TBC untuk orang dewasa yang tinggal di Indonesia, sama sekali tidak efektif alias percuma. Mengapa demikian? Karena negara Indonesia ini bisa dibaratkan sebagai reservoir besar kuman TB, sehingga bisa dikatakan sebagian besar orang dewasa di Indonesia sudah terinfeksi kuman TB.

Pencegahan Tuberculosis
Karena sumber penularan TB adalah orang-orang dewasa yang sehari-hari dekat dengan anak, maka mereka lah yang harus ditangani dengan baik dan benar. Jika orangtua mencurigai dirinya atau anggota keluarga (yang serumah) lain memiliki gejala-gejala TBC, segera periksakan ke dokter untuk memastikan apakah menderita TBC aktif atau tidak. Jika ternyata ada yang positif mengidap TBC aktif, tentunya anak harus diberi profilaksis INH, dan orang-orang lain yang tinggal serumah juga harus segera diperiksa kondisi kesehatannya. Sedangkan orang yang positif mengidap TBC aktif harus dipastikan mengkonsumsi OAT-nya secara teratur sampai masa pengobatannya selesai. Akan lebih baik apabila screening ini dilakukan sebelum bayi lahir atau bahkan sebelum ibu hamil.

Imunisasi dengan vaksin BCG sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit TBC. Vaksin ini akan memberi tubuh kekebalan aktif terhadap penyakit TBC. Vaksin ini hanya perlu diberikan sekali seumur hidup, karena pemberian lebih dari sekali pun tidak berpengaruh. Tetapi imunisasi BCG juga tidak sepenuhnya dapat melindungi manusia dari serangan TBC. Tingkat efektivitas vaksin BCG memang ’hanya’ 70-80 %. Beberapa negara maju menetapkan kebijakan tidak perlu imunisasi BCG, cukup mengawasi dengan ketat kelompok yang beresiko tinggi. Tetapi untuk Indonesia, vaksin ini masih sangat dibutuhkan, mengingat posisi Indonesia yang no 3 di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita TBC terbanyak.

Vaksin BCG akan sangat efektif bila diberikan segera setelah lahir atau paling lambat 2 bulan setelah lahir (dengan catatan selama itu bayi tidak kontak dengan pengidap TB aktif). Meskipun BCG tidak dapat 100% mencegah TBC paru-paru, tetapi pemberian vaksin ini akan melindungi anak dari bentuk-bentuk TBC yang lebih ganas (meningeal TB dan miliary TB). Anak yang sudah diimunisasi BCG, lalu terinfeksi kuman TB, umumnya tidak berkembang menjadi sakit. Kalaupun sampai berkembang menjadi TB aktif, biasanya perkembangbiakan kuman akan terlokalisir di paru-paru saja (pulmonary TB). Selain imunisasi, orangtua juga harus memperhatikan asupan gizi anak. Asupan gizi yang baik ditambah imunisasi BCG, diharapkan cukup ampuh menangkal serangan bakteri TB. Kalaupun anak sampai terinfeksi, dampaknya akan lebih ringan. (EG-index)

Daftar Kepustakaan :

Konsultasi dengan dr. Purnamawati S. Pujiarto, SpAK, MMPed dalam Cyberwoman tanggal 22 Februari 2005
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. 2002. Departemen Kesehatan RI.
Tuberculosis dalam www.infeksi.com
Tuberculosis dalam www.mayoclinic.com , www.aap.org
Tuberculosis dalam www.cdc.gov
Latent TB Infection dalam www.cdc.com
Tuberkulin Skin Testing dalam www.cdc.gov
TBC Anak oleh dr. Davide Manissero (WHO Indonesia). Materi Seminar Program Edukasi Orangtua Sehat ke-5, 4 Maret 2006. Jakarta
Tuberculosis oleh Gendi Jatikusumah. Materi Seminar Program Edukasi Orangtua Sehat ke-5 pada tanggal 4 Maret 2006. Jakarta.
”Flek Paru yang Mengecoh” dalam Intisari Edisi April 2005.
Tuberkulosis Anak oleh dr. Bambang Supriyatno, SpAK. Makalah Seminar Tuberkulosis 24 Juni 2006. Jakarta.
TBC di Indonesia oleh dr. Carmelia Basri. Makalah Seminar Tuberkulosis 24 Juni 2006. Jakarta

Makalah thypus

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Thypus
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
B. Pengertian Thypus Abdominalis
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% – 80% ), pada usia 30 – 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif 1999).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran.
Pada paratipus – jenis tipus yang lebih ringan – mungkin sesekali mengalami buang-buang air . Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut, mungkin muncul gejala kuning, sebab pada tipus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis. Pada tipus limpa juga membengkak.
Kuman tipus tertelan lewat makanan atau minuman tercemar. Bisa jadi sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tipus. Kuman bersarang di usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu tukak tipus bisa jebol, dan usus jadi bolong.
Ini komplikasi tipus yang paling ditakuti. Komplikasi tipus umumnya muncul pada minggu kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka sakitnya sudah menyembuh, namun denyut nadi meninggi, perut mulas melilit, dan pasien tampak sakit berat. Kondisi begini membutuhkan pertolongan gawat darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus secepatnya dibersihkan. Untuk tahu benar kena tipus harus periksa darah. Setelah minggu pertama demam tanda positif tipus baru muncul di darah (Uji Widal).
Pembawa kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yang kerjanya menyiapkan makanan dan minuman jajanan (food handler). Sekarang tipus bisa dicegah dengan imunitas tipus. Penyakit tipus di Indonesia masih banyak. Mereka yang punya risiko tertular, tidak salahnya ikut vaksinasi.
c. Etiologi
Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
1) antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
2) antigen H(flagella)
3) antigen V1 dan protein membrane hialin Salmonella parathypi A, Salmonella parathypi A,salmonella parathypi B,Salmonella parathypi C
Faces dan Urin dari penderita thypus

D. Patofisologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial
Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
E. Faktor Resiko
Penyakit Tipes dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar dengan kuman Tipes
Bila anda sering menderita penyakit ini kemungkinan besar makanan atau minuman yang Anda konsumsi tercemar bakterinya. Hindari jajanan di pinggir jalan terlebih dahulu. Atau telur ayam yang dimasak setengah matang pada kulitnya tercemar tinja ayam yang mengandung bakteri Tipes , Salmonella typhosa, kotoran, atau air kencing dari penderita Tipes.
F. Gejala – gejala
Panas badan yang semakin hari bertambah tinggi, terutama pada sore dan malam hari. Terjadi selama 7-10 hari, kemudian panasnya menjadi konstan dan kontinyu. Umumnya paginya sudah merasa baikan, namun ketika menjelang malam kondisi mulai menurun lagi.
Pada fase awal timbul gejala lemah, sakit kepala, infeksi tenggorokan, rasa tidak enak di perut, sembelit atau terkadang sulit buang air besar, dan diare.Pada keadaan yang berat penderita bertambah sakit dan kesadaran mulai menurun.
G. Upaya Pencegahan
Untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit ini kini sudah ada Vaksin Tipes atau Tifoid yang disuntikkan atau secara minum obat dan dapat melindungi seseorang dalam waktu 3 tahun. Mintalah Dokter anda memberikan imunisasi tersebut.Atau dapat dengan cara :
1) Usaha terhadap lingkungan hidup :
a) Penyediaan air minum yang memenuhi
b) Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB) yang hygiene
c) Pemberantasan lalat.
d) Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.
2) Usaha terhadap manusia.
a) Imunisasi
b) Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi personal hygiene
H. Teraphy / Pengobatan
Penyakit ini tidak terlalu parah, namun sangat dapat menganggu aktifitas kita. Yang sangat dibutuhkan adalah istirahat total selama beberapa minggu bahkan bulan. Bagi orang yang sangat aktif, hal ini sangat menderita. Anda terasa tidak bisa apa-apa ( setidaknya ini yang saya rasakan ketika menderita penyakit ini).
Yang perlu diperhatikan pasca terkena Tipes adalah pola makan yang benar. Misalnya harus lunak, ya terapkan makan lunak sampai batas yang telah ditentukan dokter, kemudian makanan yang berminyak, pedas, asam, spicy hindari. Kurangi kegiatan yang terlalu menguras tenaga. Kemudian untuk menjaga stamina bisa diberikan Kapsul Tapak ( sesuai ketentuan dokter) Liman 3 x 2 Kaps/hr, Kaps Daun sendok 3 x 2 Kaps.hr, dan Patikan Kebo 3 x 1 Kaps/hr. (untuk membantu mempercepat penyembuhan luka diusus akibat Typus).
Pengobatan pada penderita ini meliputi tirah baring, diet rendah serat – tinggi kalori dan protein, obat-obatan berupa antibiotika (dijelaskan pada paragraf berikutnya), serta pengobatan terhadap komplikasi yang mungkin timbulObat untuk penyakit Types adalah antibiotika golongan Chloramphenikol, Thiamphenikol, Ciprofloxacin dll yg diberikan selama 7 – 10 hari. Lamanya pemberian antibiotika ini harus cukup sesuai resep yg dokter berikan. Jangan dihentikan bila gejala demam atau lainnya sudah reda selama 3-4 hari minum obat. Obat harus diminum sampai habis ( 7 – 10 hari ). Bila tidak, maka bakteri Tipes yg ada di dalam tubuh pasien belum mati semua dan kelak akan kambuh kembali
I. Penatalaksanaan
a. Bed rest total (tirah baring absolut) sampai minimal 7 hari bebas panas atau selama 14 hari, lalu mobilisasi secara bertahap -> duduk -> berdiri -> jalan pada 7 hari bebas panas
b. Diet tetap makan nasi, tinggi kalori dan protein (rendah serat Medikamentosa):
c. Antipiretik (Parasetamol setiap 4-6 jam)
d. Roborantia (Becom-C, dll)
f. Antibiotika :
g. Kloramfenikol, Thiamfenikol : 4×500 mg, jika sampai 7 hari panas tidak turun (obat diganti)
h. Amoksilin/ampisilin : 1 gr/6 jam selama fase demam. Bila demam turun -> 750 mg/6 jam sampai 7 hari bebas panas
i. Kotrimoksasol : 2 X 960 mg Selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas panas. Jika terjadi leukopeni (obat diganti)
j. Golongan sefalospurin generasi III (mahal)
k. Golongan quinolon (bila ada MDR)

Catatan

Kortikosterroid: khusus untuk penderita yang sangat toksik (panas tinggi tidak turun-turun, kesadaran menurun dan gelisah/sepsis) :
Hari ke 1: Kortison 3 X 100 mg im atau Prednison 3 X 10 mg oral
Hari ke 2: Kortison 2 X 100 mg im atau Prednison 2 X 10 mg oral
Hari ke 3: Kortison 3 X 50 mg im atau Prednison 3 X 5 mg oral
Hari ke 4: Kortison 2 X 50 mg im atau Prednison 2 X 5 mg oral
Hari ke 5: Kortison 1 X 50 mg im atau Prednison 1 X 5 mg oral

Pada Anak
a. Klorampenikol : 50-100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas panas / minimal 14 hari. Pada bayi
b. Kotrimoksasol : 8-20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas panas / minimal 10 hari
c. Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain Kloramfenikol diterapi dengan Ampisilin 100 mg/ kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis
d. Bila dengan upaya-upaya tersebut panas tidak turun juga, rujuk ke RSUD

Perhatian :
Jangan mudah memberi golongan quinolon, bila dengan obat lain masih bisa diatasi (baca ulasan penulis dalam: Booming Cyprofloxacin)
Jangan mudah memberi Kloramfenikol bagi kasus demam yang belum pasti Demam Tifoid, mengingat komplikasi AgranulositotisTidak semua demam dengan leukopeni adalah Demam Tifoid.
J. Penatalaksanaan Kedua
Terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. Perawatan
b. Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.
c. Posisi tubuh harus diubah setiap dua jam untuk mencegah dekubitus
d. Mobilisasi sesuai dengan kondisi
e. Diet
f. Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakitnya (mula-mula air-lunak-makanan biasa)
g. Makanan mengandung cukup cairan, TKTP
h. Makanan harus menagndung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas

Obat

a. Anti mikroba
1) Kloramfenikol
2) Tiamfenikol
3) Co-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulkametoksazol)

b. Obat Symtomatik
1) Antiperitik
2) Kartikosteroid, diberikan pada pasien yang toksik.
3) Supportif : vitamin-vitamin.

Penenang :
diberikan pada pasien dengan gejala neuroprikiatri

Dengue

Apakah demam dengue?

Demam dengue umumnya menyerang orang yang kekebalan tubuhnya sedang menurun. Sebenarnya saat kita terkena infeksi dengue, tubuh akan memproduksi kekebalan terhadap tipe virus dengue tersebut, kekebalan ini akan berlangsung seumur hidup. Sayangnya, demam dengue disebabkan oleh banyak strain atau tipe virus sehingga walaupun kita kebal terhadap salah satu tipe namun kita masih dapat menderita demam dengue dari tipe virus yang lain.

Demam berdarah dengue atau DBD merupakan demam dengue dengan derajat yang lebih berat. Perbedaan yang paling utama adalah pada demam dengue tidak ditemukan manifestasi perdarahan pada pasien. Pada kulit pasien dengan demam dengue hanya tampak ruam kemerahan saja sementara pada pasien demam berdarah dengue akan tampak bintik bintik perdarahan. Selain perdarahan pada kulit, penderita demam berdarah dengue juga dapat mengalami perdarahan dari gusi, hidung, usus dan lain lain. Bila tidak ditangani segera, demam berdarah dengue dapat menyebabkan kematian.

Daerah mana saja yang mudah terjangkit demam dengue?

Demam dengue banyak terjangkit di daerah tropis dan subtropis. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam dengue tiap tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena curah hujan di Asia yang sangat tinggi terutama di Asia timur dan selatan ditambah dengan sanitasi lingkungan yang tidak bagus.

WHO memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50 juta kasus demam dengue memerlukan perawatan di rumah sakit. Lebih dari 40% penduduk dunia hidup di daerah endemis demam dengue.

Bagaimana penularan demam dengue?

Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya sudah menggigit orang yang terinfeksi dengue. Populasi nyamuk ini akan meningkat pesat saat musim hujan namun nyamuk Aedes aegypti juga dapat hidup dan berkembang biak pada bak bak penampungan air sepanjang tahun. Satu gigitan nyamuk yang telah terinfeksi sudah mampu untuk menimbulkan penyakit dengue pada orang yang sehat.

Penularan demam dengue tidak bisa langsung dari manusia ke manusia tetapi harus melalui perantara nyamuk sehingga kita tidak perlu khawatir kontak langsung dengan penderita demam dengue.

Apa saja gejala dan tanda demam dengue?

Setelah tergigit nyamuk pembawa virus, masa inkubasi akan berlangsung antara 3 sampai 15 hari sampai gejala demam dengue muncul. Gejala demam dengue akan diawali oleh perasaan menggigil, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung. Kesakitan pada tungkai dan sendi akan terjadi beberapa jam sejak gejala demam dengue mulai dirasakan. Suhu tubuh akan meningkat dengan cepat mencapai 40 derajat celcius dengan detak nadi yang normal serta tekanan darah yang cenderung turun. Bola mata akan tampak kemerahan. Kemerahan juga tampak pada wajah yang dengan cepat akan menghilang. Kelenjar pada leher dan tenggorokan terkadang ikut membesar.

Demam dan gejala lain dari demam dengue akan berlangsung selama 2 hari yang kemudian diikuti oleh penurunan suhu yang cepat dengan diiringi oleh produksi keringat yang meningkat. Periode penurunan suhu ini biasanya berlangsung sehari, selanjutnya suhu tubuh akan meningkat lagi dengan cepat. Saat ini seluruh tubuh pasien akan kemerahan kecuali pada wajah.

Bagaimana penanganan pasien demam dengue?

Karena demam dengue disebabkan oleh virus maka tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini termasuk penggunaan antibiotika. Umumnya pengobatan demam dengue hanya ditujukan untuk mengatasi gejala yang terjadi (simptomatis). Istirahat dan asupan cairan yang cukup merupakan dua hal yang sangat penting pada pasien demam dengue. Penggunaan aspirin dan NSAID harus dihindari. Penggunaan paracetamol terutama untuk mengatasi gejala demam dan sakit kepala yang terjadi.

Bagaimana kelanjutan pasien dengue?

Demam dengue tidak akan menyebabkan kematian. Pengalaman selama ini, kematian akibat demam dengue kurang dari 1% dari seluruh kasus yang terjadi. Perbaikan kondisi pasien akan berlangsung beberapa minggu.

Bagaimana dengan demam berdarah dengue?

Demam berdarah dengue atau DBD umumnya terjadi pada anak dibawah 10 tahun. Gejalanya antara lain nyeri pada perut, perdarahan, dan syok. Bila terjadi syok maka DBD sering disebut Dengue Syok Syndrome atau DSS. Pasien dengan DSS biasanya agak sulit untuk dipulihkan.

DBD dimulai dengan demam tinggi serta sakit kepala yang hebat. Terdapat gejala pada saluran nafas dan saluran pencernaan berupa nyeri menelan, batuk, mual, muntah dan nyeri perut. Syok dapat terjadi setelah 2 sampai 6 hari semenjak gejala DBD timbul. Gejala syok dimulai dengan penurunan suhu tubuh tiba tiba, akral dingin, nadi lemah, dan kebiruan pada bibir.

Pada DBD, terdapat perdarahan pada jaringan lunak, bintik perdarahan pada kulit, muntah darah, darah pada kotoran, gusi berdarah dan mimisan. Pada beberapa kasus dapat terjadi radang paru paru dan radang pada otot jantung atau miokarditis.

Pasien dengan DBD harus di monitor dengan ketat terutama pada hari ke empat sejak timbulnya gejala. Bila terjadi kebiruan atau sianosis maka pasien harus diberikan oksigen dan apabila terdapat kegagalan vaskuler maka pasien harus diinfus. Transfusi darah diperlukan untuk mengendalikan perdarahan.

Angka kematian pasien DBD sangat tinggi antara 3 sampai 30%. Sebagian besar kematian terjadi pada anak anak.

Bagaimana mencegah demam dengue?

Transmisi virus melalui nyamuk harus dihentikan untuk mencegah timbulnya demam dengue. Untuk melakukan ini maka pasien demam dengue harus dikelilingi oleh kawat nyamuk/kelambu sampai demam mereda.

Pencegahan demam dengue membutuhkan pengendalian atau eradikasi dari nyamuk pembawa virus. Lakukan 3 M (Menguras, Menutup dan Menimbun) tempat tempat yang disukai nyamuk untuk berkembang biak. Peranan pemerintah sangat diperlukan sebagai motivator disamping peranan masyarakat sebagai pelaksana.

Sampai saat ini belum ada vaksin yang pas untuk demam dengue, sehingga hanya pencegahan terpadulah yang bisa dilakukan.

gejala penyakit demam berdarah:

Ada beberapa gejala penyakit demam berdarah:

1. Bintik Merah
Seringkali di awal demam, tidak ada bintik merah. Ada beberapa kasus juga yang memang tanpa bintik merah.
2. Panas Tinggi
Panas bisa turun naik, bisa juga tidak turun sama sekali sepanjang hari.
3. Menggigil dan terasa ngilu tulang
Perasaan dingin di sekujur tubuh dan ada titik tertentu di tubuh terasa ngilu menusuk tulang.
4. Buang Air Besar berwarna hitam dan keras
Gejala ini terlihat jika trombosit sudah mulai rendah
5. Trombosit mulai turun
Kadar trombosit bisa diketahui dengan tes darah di laboratorium.
6. Sakit saat mata memandang ke samping
Beberapa teman mengalami ini, terasa sakit jika melirik ke samping kiri dan kanan.
7. Tengkuk sakit
Terkadang juga, terjadi pembengkakan di tengkuk dan terasa sakit

Jika anda mengalami panas tinggi yang berkepanjangan (lebih dari 1 hari) dan tidak sembuh dengan meminum obat, cobalah mendatangi rumah sakit terdekat dan cek darah anda. Apabila anda menemukan trombosit anda sudah di batas bawah normal (batas normal: 150.000-500.000), berhati-hatilah.

Ada cara yang bisa ditempuh tanpa harus diopname di rumah sakit, tapi butuh kemauan yang kuat untuk melakukannya. Cara itu adalah sbb:
Minumlah air putih min. 20 gelas berukuran sedang setiap hari (lebih banyak lebih baik)
Cobalah menurunkan panas dengan minum obat penurun panas (paracetamol misalnya)
Beberapa teman dan dokter menyarankan untuk minum minuman ion tambahan seperti pocari sweat
Minuman lain yang disarankan: Jus jambu merah untuk meningkatkan trombosit (ada juga yang menyarankan: daun angkak, daun jambu, dsb)
Makanlah makanan yang bergizi dan usahakan makan dalam kuantitas yang banyak (meskipun biasanya minat makan akan menurun drastis).

Sebenarnya, semua usaha di atas bertujuan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap serangan demam berdarah, karena pada dasarnya demam berdarah tidak perlu obat tertentu (dan memang tidak ada obat untuk itu). Ketahanan tubuh dapat dilihat dari jumlah leukosit dalam darah. Ketika leukosit mulai meningkat (membaik), maka biasanya trombosit yang kemudian akan bertambah.

Bila anda mampu melakukan no.1 dari usaha di atas tanpa kurang sedikit pun, anda tak perlu ke rumah sakit untuk opname

Obati tipus tradisional dengan cacing

Obati tipus dengan cacing

Kalo kita dengar kata cacing memang jijik yang ada dibenak kita, tapi tahukah anda bahwa binatang yang hidup di tanah lembab ini sangat memberikan manfaat untuk kehidupan manusia, termasuk sebagai bahan untuk mengobati penyakit tipus atau gangguan pada pencernaan seperti lambung dan usus.
artikel ini saya tulis berdasarkan wawancara saya dengan seorang bapak yang anak bungsunya mengalami penyakit tipus setelah melalui diagnosa dokter. kemudian si bapak mendengar bahwa pengobatan tipus dengan ramuan cacing sangat manjur, setelah di buktikan dan di minumkan si anak walhasil dalam satu jam panas si anak langsung turun drastis, dan ketika di periksakan kembali sang dokterpun menyatakan si anak itu sembuh.
tujuan artikel ini adalah hanya membantu anda dengan metode alternatif dan alami , jika anda ngeri dan jijik anda tidak harus melakukannya, jika cara ini bisa membantu anda dalam pengobatan dan termasuk membantu meminimalisir pengeluaran untuk biaya rumah sakit.
caranya adalah :
1. cari cacing merah yang bentuknya kecil-kecil , kalo orang jawa bilang cacing kruntel yang biasa di gunakan untuk umpan memancing ikan dan bukan cacing tanah yang hitam dan besar-besar.
2. bersihkan dan pastikan sudah tidak ada unsur tanah atau kotoran lain, sekedar untuk menjaga higienisnya saja.
3. tuangkan air kira-kira 3 gelas untuk ukuran di minum 3x sehari
4. masukkan cacing dan rebus hingga mendidih
5. saring dan ambil airnya saja
6. dinginkan sebentar atau minumkan hangat-hangat
saran saya si penderita jangan sampai melihat proses memasaknya , supaya tidak jijik dan penderita tidak mau meminumnya.selamat mencoba saya doakan lekas sembuh

Kenali gejala tipus lebih dini

Kenali gejala tipus (thypus abdominal atau typhoid fever)


Gejala awalnya perlu dikenali sebelum terlambat diobati. Selain itu, tipus kasus infeksi perut yang banyak di sini. Diawali demam lebih dari seminggu. Mulanya seperti orang mau flu. Bedanya, demam tipus umumnya muncul sore dan malam hari. Tidak disertai gejala batuk pilek. Demamnya sukar turun walau minum obat dan disertai nyeri kepala hebat. Perut terasa tidak enak, dan tidak bisa buang air beberapa hari, Demam naik teratur, bila naiknya menjelang malam, selama seminggu, akan terus seperti itu, bisa juga naiknya selalu disiang hari, malamnya agak mereda. Kenali gejala tipus (thypus abdominal atau typhoid fever) yang tergolong berat dan berbahaya.


Gejala awalnya perlu dikenali sebelum terlambat diobati. Selain itu, tipus kasus infeksi perut yang banyak di sini. Diawali demam lebih dari seminggu. Mulanya seperti orang mau flu. Bedanya, demam tipus umumnya muncul sore dan malam hari. Tidak disertai gejala batuk pilek. Demamnya sukar turun walau minum obat dan disertai nyeri kepala hebat. Perut terasa tidak enak, dan tidak bisa buang air beberapa hari, Demam naik teratur, bila naiknya menjelang malam, selama seminggu, akan terus seperti itu, bisa juga naiknya selalu disiang hari, malamnya agak mereda.

Pada paratipus - jenis tipus yang lebih ringan - mungkin sesekali mengalami buang-buang air . Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut, mungkin muncul gejala kuning, sebab pada tipus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis. Pada tipus limpa juga membengkak.

Kuman tipus tertelan lewat makanan atau minuman tercemar. Bisa jadi sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tipus. Kuman bersarang di usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu tukak tipus bisa jebol, dan usus jadi bolong.

Ini komplikasi tipus yang paling ditakuti. Komplikasi tipus umumnya muncul pada minggu kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka sakitnya sudah menyembuh, namun denyut nadi meninggi, perut mulas melilit, dan pasien tampak sakit berat. Kondisi begini membutuhkan pertolongan gawat darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus secepatnya dibersihkan. Untuk tahu benar kena tipus harus periksa darah. Setelah minggu pertama demam tanda positif tipus baru muncul di darah (Uji Widal).

Jika tes Widal negatif padahal pasien menunjukkan gejala tipus, tes perlu diulang sambil menunggu tes Gaal atau biakan kuman. Tanpa tes Widal diagnosis tipus tidak bisa ditegakkan hanya dari pemeriksaan fisik dan melihat gejalanya semata. Penyakit tipus mudah disembuhkan. Jika tak mempan obat konvensional golongan chloramphenicol, kini sudah ada beberapa generasi obat baru.

Haruskah Rawat Inap? Jika kondisi pasien tidak berat, dan penyakitnya masih awal, yaitu sudah didiagnosis sebelum demam lebih dari 3 minggu, umumnya masih bisa dirawat di rumah. Namun mesti diawasi jika mendadak suhuturun, nadi meninggi, dan perut mulas melilit. Makanan tak selalu harus lunak, asal jangan jenis yang merangsang. Waspadai jika buang air ada darahnya, tanda awal usus jebol, dan demamnya muncul lagi, dan kondisi pasien cepat menurun setelah sebelumnya tampak menyembuh. Tipus bisa kambuh. Tandanya, demam yang sama muncul lagi setelah mereda. Kemungkinan kuman tipusnya tersasar ke kandung empedu. Tipus begini biasanya lebih sukar disembuhkan. Sebagian dari kasus tipus menjadi pembawa kuman tipus.

Pembawa kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yang kerjanya menyiapkan makanan dan minuman jajanan (food handler). Sekarang tipus bisa dicegah dengan imunitas tipus. Penyakit tipus di Indonesia masih banyak. Mereka yang punya risiko tertular, tidak salahnya ikut vaksinasi.

Demam berdarah DB/DBD

Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.


Tanda dan gejala

Virus Dengue

Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan - pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi ke Dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut.

Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.

Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur dsb.
Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.

Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.

Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.

Diagnosis

Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi adalah demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia dan leukopenia relatif.

Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk memastikan diagnosa demam berdarah jika terindikasi secara klinis.

Mendiagnosis demam berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian daripada menunggu akut.

Pencegahan

Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.

Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal - hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.

Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah, sebagai berikut:
Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup;
Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut didaur-ulang;
Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk;
Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau panas tinggi;
Jika terlihat tanda-tanda syok, segera bawa penderita ke rumah sakit.

Pengobatan

Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.

Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena. Meskipun demikian kombinasi antara manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan.

Epidemiologi

Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut.