KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yg telah melimpahkan rahmat,taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah “ Lingkup Kebutuhan Fisik BBL ” ini dapat terselesaikan pada waktunya, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Neonatus,Bayi dan Balita.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini disampaikan rasa terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada
1. Ibu Puji Hastuti,S.Si.T yang mengampu Program Studi Asuhan Neonatus,Bayi dan Balita Semester III, AKBID Bakti Utama Pati.
2. Rekan–rekan dan semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan dorongan sehingga terwujud makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah lebih lanjut.
Akhir kata, semoga apa yang telah kami kerjakan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan.
Pati, 11 Agustus 2009
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
I. Latar Belakang 1
II. Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Bayi Baru Lahir Normal........................................................ 3
I. Definisi 3
II. Fisiologi 3
III. Pengkajian 3
IV. Penatalaksanaan 4
IV. Diagnosa Keperawatan 5
IV. Implikasi Keperawatan 6
IV. Penyuluhan 9
B. Bayi Baru Lahur Bermasalah ................................................ 10
I. Bayi Bermasalah Sebelum Lahir ..................................... 10
1. Bayi Prematur 10
2. Bayi Kunung 12
3. Bayi Berat Badan Lahir Rendah 13
4. Bayi Berat Lahir Besar 14
II. Bayi Bermasalah Setelah Lahir .......................................... 14
1. Bayi Tersedak 14
2. Alergi Makanan 14
3. Kolik 15
4. Diare 15
6. Sembelit 16
7. Cegukan 17
8. Bayi Kuning 17
9. Ruam Popok 18
C. Kelainan – Kelainan Pada Bayi Baru Lahir 18
1. Down’s Syndrom 18
2. Anencephalus 19
3. Cacat Janting Bawaan 19
BAB III PENUTUP
I. Kesimpulan 20
II. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. BAYI BARU LAHIR NORMA
I. DEFINISI
Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan
II. FISIOLOGI
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrautern. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain itu pengaruh kehamilan dan proses persalinan mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan mortalitas bayi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatic dan cepat berlangsung adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan sumber glukosa
III. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas bayi : didasarkan pada informasi dari ibu / pengasuhnya.
2. Riwayat kehamilan, proses persalinan dan umur kehmilan
3. Faktor sosial : alamat rumah, pekerjaan oramg tua, orang-orang yang tinggal serumah, saudara kandung dan sumber/factor pendukung lain, penyalah gunaan obat/ napza di lingkungan dekat.
B. Data Obyektif
1. Nilai Apgar : lima unsur yang dinilai : frekuensi denyut jantung, usaha nifas, tonus otot, reflek dan warna.
a. Penilaian satu menit setelah lahir : untuk menilai derajat aspiksi.
b. Penilaian lima menit setelah lahir : untuk menentukan prognosa.
2. Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan, bayi diperiksa secara sistematis dari : kepala, mata, hidung, muka, mulut, teling, leher, dada, abdomen, punggung extemetis, kulit, genitalia dan anus.
3. Anteropometri :
a. Berat badan ditimbang dalam gram
b. Panjang badan dalm cm, melalui ukuran fronto – occipito.
c. Lingkar perut dalam cm, ukuran melaui pusat
4. Refleks: moro, rooting, isap, menggenggam, babinski.
5. Keadaan umum:
a. Suhu
b. Pernapasan
c. Denyut nadi
d. Warna kulit
C. Data Laboratorium Kalau perlu sesuai kebijakan setempat
1. Gula darah sewaktu
2. Bilirubin dan golongan darah : ABO dan Rhesus factor
3. Hb, Ht, Lekosit dan Trombosit.
D. Potensial komplikasi
1. Berat badn lahir rendah.
2. Aspirasi air ketuban
3. Aspiksia
4. Infeksi
5. Hipoglikemia
6. Hiperbilirubinemi
IV. PENATALAKSANAAN
1. Mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain yang cukup hangat untuk mencegah hipotermia.
2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi dan kebutuhan.
3. Memotong dan mengikat tali pusat, memberi ntiseptik sesuai ketentuan setempat.
4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada ibunya.
5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima
6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu, pemasangan gelang nama sesuai ketentuan setempat
7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi.
8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil (bisa tunggu sampai enam jan setelah lahir)
9. Menetetesi obat mata bayi untuk mencegah opthalmia –neonatorum.
10. Pemerikksaan fisik dan antropometri.
11. Pemberian vitamin K oral/parenteral sesuai kebijakan setempat.
12. Rooming in (rawat gabung): penuh atau partial.
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan .Hasil yang diharapkan: bayi sehat
Rencana tindakan
1. Mengeringkan dan membungkus bayi
2. Menghisap lendir sesui kondisi bayi
3. Memotong dan mengikat tali pusat dan diberi antiseptik.
4. Kontsk kulit dini dan ditetekan ke ibu untuk mendukung laktsi.
5. Menilai Apgar satu dan lima mnit setelah lahir.
6. Observasi keadaan umum bayi.
B. Kurang efektifnya jalan nafas
Hasil yang diharapkan :
selama masa transisi pernafasan normal.
Rencana tindakan:
1. Bebaskan jalan nafas : hisap lendir disekitar mulut dan hidung sesuai kondisi bayi
2. Nilai apgar satu menit pertama dan menit ke lima
3. Atur posisi bayi : kepala agak ekstensi
4. Observasi pernafasan
C. Potensial hipotermi Hasil yang diharapkan : hipotermi tidak terjadi (suhu bayi dalam batas normal > 36,5oC aksiler) .Rencana tindakan:
1. Keringkan badan bayi segera setelah lahir
2. Bungkus bayi dengan selimut yang hangat (hati-hati dengan ruangan ber AC)
3. Kontak dini kulit
4. Metode kangguru
5. Semua tindakan dilakukan di bwah lampu sorot (kalau memungkinkan).
6. Observasi suhu tubuh bayi dan lingkungan.
7. Dokumentasikan hasil observasi dengan tepat dan jelas
8. Hindari evaporasi, konveksi, radiasi, konduksi, untuk mencegah bayi kehilangan panas tubuh karena pengaruh lingkungan.
VI. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. Pemeriksaan
1. Laboratorium
Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun kadang kadang dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sesui indikasi dan kebijakan setempat antara lain :
a. Gula darah sewaktu untuk mendeteksi secara dini adanya hipoglikmia pada bayi dengan kondisi tertentu.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko gangguan neurologik berhubungan dengan hipoglikemia.
Hasil yang diharapkan
hipoglikemia terdekteksi secara dini dan teratasi sehingga tidak terjadi kerusakan / gangguan neurologik
Intervensi keperawatan:
a) Tingkatkan termoregulasi untuk memenuhi kebutuhan glukosa.
b) Observasi ketat kondisi umum bayi
c) Beri minum dan pengobatan segera sesuai kondisi bayi.
b. Bilirubin direk dan indirek, golongan darah ABO dan rhesus faktor, hb, ht, leko dan trombosit, untuk yang ada indikasi.
Diagnosa keperawatan:
1) Potensial infeksi sehubungan dengan adanya perlukaan pada kulit.
Intervensi keperawatan :
a) Melakukan tindakan dengan memenuhi standart aseptic dan antiseptik.
b) Menjaga kebersihan kulit bayi
c) Mengobservasi dan mencatat dengan baik sebelum dan sesudah merawat setiap bayi.
2) Cemas (orang tua) berhubungan dengan prosedur pemeriksaan laboratorium pada bayi.
Intervensi keperawatan:
a) Kaji pengetahuan dan kekhawatiran orang tua tentang perlunya pemeriksaan laboratorium.
b) Beri penjelasan dengan bahasa yang mudah diterima orang tua tentang perlunya dan prosedur pemeriksaan.
c) Informasikan hasil pemikiran kepada orang tua secepat mungkin
d) Beri pendampingan dan dukungan sesuai kebutuhan.
B. Obat-obatan
1. Vitamin K Vitamin K penting untuk mempertahankan mekanisme pembekuan darah yang normal.pada bayi yang baru lahir, karena usus yang masih steril, bayi belum mampu membentuk vitamin K nya sendiri untuk beberapa hari pertama, begitu juga bagi bayi yang mendapat ASI aecara eksklusive juga beresiko mengalami kekurangan vitamin K Fakta menunjukan cukup banyak bayi baru lahir mengalami pendarahan terutama di otak dan saluran cerna, oleh karena itu bayi perlu diberi vitamin K sebagai tindakan pencegahan terhadap pendarahan. Vitamin K yang diberikan yaitu vitamin K1 (phytonadione) untuk meningkatkan pembentukan promthrombin. Pemberiannya bias secara parental, o,5 – 1 mg i.m dengan dosis satu kali segera setelah lahir (sebelum 24 jam). Pemberian vitamin K1 bisa juga secara oral denagan ketentuan 2 mg apabila berat badan lahir lebih dari 2500 gram segera setelah lahir dan diulangi dengan dosis yang sama (2 mg) pada hari keempat. Bila berat badan lahir kurang dari 2500 gram, dosis yang dianjurkan adalah 1 mg dengan cara pemberian yang sama yaitu hari pertama dan ke empat setelah lahir.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko aspirasi berhubungan dengan muntah setlah pemberian obat.
Inervensi keperawatan:
a. Beritahu orang tua (ibu) tentang kebijakan pemberian obat vitamin K1
b. Beri obat secara hati-hati agar tidak tersedak
c. Bayi ditidurkan pada posisi miring (side position) setelah minum
d. Observasi bayi secara rutin
e. Pada pemberian oral, ingatkan pada ibu perlu dosis ulangan pada hari keempat
2. Tetes / zalf mata Pada bayi baru lahir yang normal, walaupun belum terdeteksi adanya masalah, kadang-kadang perlu juga membrikan obat-obatan tertentu sebagai tidakan pencegahan yang rutin. Obat profilaksis yang rutin dibberikan adalah:
• Vitamin K
• Tetes / zalf mata
Pada bayi baru lahir secara rutin diberikan tetes mata nitrat perak 1% atau eritromycin tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum. Pada situasi tidak tersedianya nitrat perak 1% atau erythromycin dapat diberikan obat tetes / zalf mata dari jenis antibiotika lain, misalnya garamicin. Terramicin, kemicetin atau tetracilin tetes / salep mata Diberikan pada kedua belah mata, obat diteteskan pada bagian dalam dari konjungtiva kelopak bawah mata. Dosis umumnya masing-masing mata satu tetes
Intervensi keperawatan:
a. Jaga kebersihan mata bayi
b. Cuci tangan secara rutin sebelum dan sesudah merawat bayi.
c. Pastikan obat yang dipakai tepat konsentrasinya dan dalam kondisi baik
d. Beri tetes / zalf mata setelah bayi kontak pertama dengan ibu, karena terutama zalf mata dianggap dapat menghambat proses bonding dan attachment karena mengaburkan pandangan bayi (menghalangi eye contact)
e. Observasi tanda-tanda inveksi mata atau reaksi alergi
f. Dokumentasikan semua dengan singkat dan tepat.
VII. PENYULUHAN
Penyuluhan diberikan pada ibu dan keluarga. Hasil yang diharapkan:
1. Ibu dan keluarga dapat mengerti serta menerapkan materi penyuluhan yang diberikan
2. Dapat mendeteksi secara dini jika ditemukan kelainan
3. Bayi mendapatkan perawatan yang baik dirumah
Materi penyuluhan yang diberikan
1. Pemberian ASI ekslusif, perawatan payudara
2. Pemijatan pada bayi
3. Perawatan bayi: memandikan bayi, perawatan tali pusat, cara dan indikasi menjemur bayi.
Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Simulasi / praktek
4. Diskusi dan tanya jawab
B. BAYI BARU LAHIR BERMASALAH
I. Bayi bermasalah sebelum lahir
1. Bayi Prematur
Umumnya bayi yang lahir prematur baru diizinkan pulang bila berat badannya telah mencapai 2.000 g. Atau setidaknya sudah terjadi kecenderungan peningkatan berat badan yang stabil dalam 2–3 kali pemantauan. Tubuh bayi juga telah memiliki pengaturan suhu yang baik.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan:
a. Menjelang kepulangan, yakinlah bahwa Anda dan pasangan mampu merawat bayi prematur di rumah. Keyakinan orangtua akan “menular” kepada bayi sehingga ia akan lebih nyaman dan tenang.
b. Konsultasikan kondisi bayi pada dokter, termasuk tindakan yang harus dilakukan dalam keadaan darurat. Tanyakan juga tentang perlu tidaknya boks khusus untuk si kecil yang lahir belum cukup bulan ini. Boks yang menyerupai inkubator ini berfungsi sebagai penghangat mengingat bayi prematur umumnya belum memiliki pengaturan suhu tubuh yang baik sehingga mudah kedinginan. Boks ini juga bisa dibuat sendiri. Caranya pada keempat sisi bagian bawah boks dipasangi lampu berkekuatan 60-100 watt. Dapat juga disediakan lampu belajar (100 watt) yang diletakkan di samping atau bawah boks.
c. Untuk alat kesehatan, yang wajib disediakan adalah termometer. Berguna untuk mengukur suhu tubuh bayi sewaktu-waktu bila diperlukan. Suhu ideal bayi berkisar antara 36,5-37,5˚C.
d. Pakaikan baju lengan panjang dan selimut pada bayi. Setelah bayi dipakaikan baju lengan panjang, sarung tangan, sarung kaki dan topi, selimuti ia sehingga merasa nyaman serta hangat dan siap dibawa pulang.
e. Jaga suhu ruangan agar tetap stabil. Jika kamar bayi menggunakan penyejuk ruangan, setel suhunya tidak terlalu dingin sekitar 23°. Bila perlu matikan AC. Selama ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik, bayi akan mendapatkan suhu yang nyaman dan stabil.
f. Jaga suhu tubuhnya. Ingat, pengaturan suhu tubuh bayi prematur belum baik. Jaga suhu tubuhnya agar stabil. Kenakan padanya tutup kepala terutama pada malam hari, karena bagian kepala paling mudah kehilangan panas tubuh. Tambahkan sarung tangan dan kaki, bila dirasa perlu. Cara lain untuk menghangatkan tubuh bayi prematur adalah dengan metode kangguru. Gendong bayi yang dalam keadaan tanpa busana ke dada ibu. Buka kancing kemeja yang ibu kenakan, dekap bayi di dada ibu lalu selimuti bayi dengan kemeja tersebut. Kulit bayi yang bersentuhan dengan kulit ibu, selain akan membuatnya merasa nyaman juga sekaligus menghangatkannya.
g. Ibu lebih sering menyusui. Semakin sering bayi diberi ASI semakin baik. Kemampuan minum dan daya tampung perutnya belumlah terlalu banyak. Untuk itu, berikan minum sedikit demi sedikit tapi sesering mungkin.
h. Cucilah tangan dan gunakan masker. Bayi prematur rentan terhadap infeksi. Untuk itu, batasi penjenguk dan mintalah mereka mencuci tangan terlebih dahulu dan menggunakan masker sebelum melihat bayi.
i. Patuhi petunjuk dokter perihal waktu kunjungan. Patuhi kontrol rutin yang sudah dijadwalkan dan ikuti petunjuk dokter agar kesehatan si kecil lebih terjaga.
j. Boleh dimandikan. Bayi prematur tidak dilarang untuk dimandikan. Namun sebelumnya, cermati dulu suhu tubuhnya, jangan sampai kurang dari 36,5° C. Mandikan ia 2 kali sehari dengan air hangat.
2. Bayi kuning
Kuning (karena tingginya kadar bilirubin) pada bayi umumnya timbul pada hari keempat dan berakhir pada usia bayi 2 minggu. Untuk itu ada beberapa hal yang tak boleh luput dari perhatian, seperti:
a. Patuhi jadwal kunjungan ke dokter berikutnya. Bila kadar bilirubin tidak terlalu tinggi (< 10) umumnya bayi diperkenankan untuk pulang ke rumah. Namun, biasanya 3 hari setelah kepulangannya dari rumah sakit, bayi diminta kembali ke dokter/rumah sakit untuk dikontrol kadar bilirubinnya. Ini dimaksudkan bila terjadi peningkatan bilirubin yang tinggi dapat segera dilakukan tindakan. Patuhi jadwal tersebut.
b. Cermati kondisi bayi. Jika ada tanda-tanda bayi tidak aktif, seperti tidur terus dan malas menetek segera bawa ia ke rumah sakit. Ini dapat dijadikan tanda bahwa telah terjadi peningkatan kadar bilirubin yang berisiko memicu kejang pada bayi. Cara lain yang paling mudah untuk mengamati peningkatan bilirubin adalah melalui bola mata dan kulit bayi yang terlihat menguning.
c. Berikan ASI sebanyak mungkin. Banyak minum ASI dapat membantu menurunkan kadar bilirubin karena bilirubin dapat dikeluarkan melalui air kencing dan kotoran bayi.
d. Jemur bayi di matahari pagi. Menjemur bayi tanpa busana di bawah sinar matahari pagi antara (pukul 07.30–08.30) dapat membantu memecah bilirubin dalam darah. Lindungi mata bayi dari sorot sinar mentari langsung.
3. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
BBLR umumnya Bayi mengalami pertumbuhan yang terhambat selama dalam kandungan. Untuk itulah ia mesti mengejar keterting- galan pertumbuhannya “di luar”. Hal-hal di bawah ini perlu diperhatikan sebelum membawanya pulang dari rumah sakit.
a. Tanyakan kondisi bayi kepada dokter. Catatlah hal-hal yang harus dilakukan dan dicermati selama bayi di rumah. Jangan lupa meminta salinan riwayat kesehatan bayi selama di rumah sakit. Data ini pasti bermanfaat dalam keadaan darurat.
b. Sering menyusui. Sama dengan bayi prematur, kapasitas perut bayi BBLR masih terbatas lantaran itu berikan ASI sedikit demi sedikit namun sesering mungkin.
c. Perhatikan kebersihan. Jaga kebersihan tubuh bayi setiap hari karena ia masih rentan terhadap infeksi, terutama kebersihan mata, hidung, telinga, dan kemaluannya.
d. Jagalah bayi agar nyaman. Bila bayi menangis, cari tahu penyebabnya. Apakah karena kedinginan, kepanasan, atau kelaparan? Agar tetap hangat, tak ada salahnya si kecil menggunakan topi, sarung tangan dan kaki ketika tidur di malam hari.
e. Bila harus menggunakan sonde. Umumnya bayi BBLR masih harus menggunakan sonde saat memperoleh asupan. Tanyakan cara-caranya kepada petugas sebelum pulang dari rumah sakit. Perhatikan pula cara membersihkan peralatan yang digunakan. Ingat baik-baik kapan peralatan tersebut mesti diganti (umumnya 2 minggu sekali).
4. Bayi berat lahir besar (BBLB)
Yang dimaksud dengan bayi berat lahir besar (BBLB) adalah bayi yang pada saat lahir memiliki bobot lebih dari 4.000 gram. Beberapa hal yang harus diketahui sebelum bayi dibawa pulang:
a. Pemeriksaan kadar gula darah saat dilahirkan. Pemeriksaan ini khusus dilakukan pada bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg dan dilahirkan dari ibu penderita diabetes. Tujuan agar kadar gula darah bayi tidak drop begitu lahir akibat terhentinya suplai makanan dari plasenta. Jika kadar gula pada bayi memang rendah, ia akan diberi cairan yang mengandung kadar gula tertentu. Umumnya dalam waktu 24 jam kondisinya akan kembali normal.
b. Cermati ruam pada kulit. Pada badan bayi yang gemuk umumnya ada lipatan pada paha dan tangannya. Penting mencermati kondisi kulit di sekitar lipatan-lipatan tersebut agar tak terjadi ruam
II. Bayi bermasalah setelah lahir
1. Bayi tersedak
Tersedak, hal yang seringkali terja- di pada bayi yang baru lahir (1 bulan), hal ini terjadi karena reflek menelan pada bayi belum sempuma. Karena itu, terkadang ketika menyusu bayi menjadi tersedak. Agar cairan tak masuk ke dalam paru-paru hingga berakibat fatal, saat tersedak sebaiknya segera miringkan tubuh bayi.
Penanganannya:
Bila hal ini terjadi, naikkan tubuh si kecil ke atas atau miringkan tubuhnya, lalu tepuk-tepuk punggung bayi dengan lembut. Biasanya bayi akan memuntahkan sebagian susu yang telah ditelannya, sehingga merasa lega.
2. Alergi makanan
Gejala ini sering terjadi pada anak yang menggunakan susu formula dan telah mengonsumsi makanan tambahan. Biasanya makanan yang memicu alergi adalah telur, ikan, tomat, coklat, dan kacang-kacangan. Saat si kecil terkena alergi, gejalanya adalah kulit merah-merah, pembengkakan pada mulut, atau kulit sekeliling mata, sakit perut, diare, atau munculnya serangan asma (untuk bayi yang memiliki asma).
Penanganannya:
Agar terhindar dari alergi, untuk itu orangtua harus mengenali makanan yang dapat memicu alergi anak, sehingga dapat menghindarinya. Andai telanjur salah makan, berikan obat antihistamin untuk menghentikan gejalanya.
3. Kolik
Adalah rasa sakit yang dialami anak di daerah saluran pencenaan bagian bawah yang membuat bayi menangis hebat. Kolik ini dapat terjadi pada anak usia bayi hingga 5 th. Kolik pada bayi disebut juga kram usus, jenis kolik ini umumnya terjadi pada bayi berusia 2-4 minggu. Untuk melihat bayi kolik sangatlah mudah. Bayi yang terserang kolik cirinya menangis dengan keras sambil menggesek-gesek kedua belah kakinya.
Menurut Yafri, ada tiga penyebab kolik yang sering terjadi. Pertama karena ketidakmampuan tubuh menerima laktosa susu, ini biasanya terjadi pada anak yang hipersensitif (alergi makanan), sehingga usus menegang dan perut terasa kembung. Penyebab kedua, akibat toleransi susu sapi yang sulit dicerna bayi (tak cocok susu formula). Ketiga karena daya kerja usus bayi yang belum sempurna.
Penanganannya:
Beri obat kolik yang dapat dibeli di toko obat atau apotik. Atau kompres perut bayi dengan botol air hangat atau handuk hangat. Bila penanganan ini tak membantu si kecil, segera membawanya ke dokter.
4. Diare
Diare Adalah kadaan di mana anak kehilangan cairan. Karena telah buang air besar lebih dari 3 kali clan berupa cairan. Penyebab diare ini dikerenakan banyak hal. Dapat karena infeksi virus, bakteri (wadah makanan yang kotor), kuman, ketiiakcocokan pada susu atau keracunan makanan. Bisa juga karena adanya suatu penyakit lain pada anak. Jika diare pada anak tak ditangani dengan benar, dalam waktu 6 jam anak bisa terkena dehidrasi berat (kekurangan cairan tubuh) hingga napasnya sesak, muntah-muntah dan tubuh mengalami syok. Hingga anak harus dirawat di rumah sakit
Gejalanya:
Anak dikatakan diare jika buang air besar lebih encer dari biasanya dan frekuensinya sering. Misalnya biasanya 3 kali sehari, maka yang dikatakan diare, andai buang air besar lebih dari 3 kali. Selain itu bentuk tinja yang keluar pun berupa cairan. Jika Anda mendapati si kecil 6 kali mengalami buang air, segeralah membawanya ke dokter.
Penanganannya:
Cara menangani anak diare cukup mudah, yakni dengan memberinya oralit atau campuran larutan gula dan garam. Berikan oralit sebanyak mungkin: semampu anak, untuk menggantikan cairan yang hilang. Kemudian jangan mengonsumsi makanan yang merangsang pencemaannya. Supaya kondisi tubuhnya tetap kuat, berikan susu yang diencerkan. Jika menggunakan ASI teruskan pemberiannya.
5. Sembelit
Masalah yang satu ini kerap terjadi pada kebanyakan anak. Sembelit adalah keadaan di mana anak sulit mengalami buang air besar, karena feces (tinja) yang dikeluarkan sangat keras. Bisanya sembelit tidak berlaku pada bayi yang masih menyusu dengan ibunya. Keadaan sembelit ini seringkali terjadi pada bayi yang menyusu formula, penyebabnya kandungan zat besi yang berlebihan atau bayi yang hipersensitif /alergi pada makanan.
Penanganannya:
Biasanya deugan diberi cairan atau buah seperti pepaya ataupun makanan yang banyak mengandung serat, problem sembelit ini akan hilang. Sedangkan untuk bayi yang belum mendapat makanan tambahan bisa diberi sup. Tapi Jika tak berangsur membaik, dan keadaan sembelit berlangsung selama 4 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Ini berarti kondisi tubuhnya perlu penanganan lebih lanjut. Dokter akan memberi obat, baik itu diminum atau yang dimasukkan ke dalam anus untuk melunakkan feces.
6. Cegukan
Penyebab cegukan adalah peregangan diagframa karena ada rangsangan yang membuatnya meregang. Seperti orang dewasa, bayi pun mengalami cegukan, walaupun tidak berbahaya tapi keadaan ini sangat tak menyenangkan bagi anak. Cegukan bisa diatasi dengan memberi cairan yang banyak pada bayi.
Penanganannya:
Telungkupkan si bayi atau peluk si kecil ke dibahu Anda, lalu tepuk-tepuk pantatnya.
7. Bayi Kuning
Yang sering terjadi pada bayi yang baru lahir mereka sering tampak kuning. Hal ini terjadi karena tak seimbangnya proses pemecahan sel darah merah pengangkut bilurubin dalam darah ke hati. Hal ini menyebabkan penumpukan bilurubin di dalam darah yang menyebabkan wama kuning. Selain itu, bayi kuning juga dapat terjadi karena ketidakcocokannya darah ibu dan anaknya. Misalnya si bayi berdarah 0 sedang si ibu berdarah A.Masalah bayi kuning umumnya sudah terdeteksi sejak lahir, sehingga paramedis segera menanganinya. Karena kebanyakan kuning muncul 2×24 jam setelah bayi lahir. Tapi ada pula bayi kuning muncul setelah pulang ke rumah. Ciri bayi kuning adalah kulit, mata, selaput lendir tampak kuning, perut bayi kembung dan warna urinnya cokelat.
Penanganannya:
Untuk mencegah bayi kuning berikan ASI sebanyak mungkin pada bayi untuk mencegah meningkatnya kadar bilurubin. Jika Anda merasa kuning pada bayi tak normal segera membawanya ke rumah sakit, agar bayi mendapat penyinaran lampu biru. Atau jemur bayi pada pukul 6-10 pagi selama 15 menit.
8. Ruam Popok
Ruam popok adalah kelainan kulit yang sering terjadi pada bayi dan anak, terutama pada anak yang menggunakan popok sekali buang. Radang akibat air seni ini bisa disembuhkan, caranya menjaga agar bokong si kecil tetap kering.
Penangannya:
Rajin menganti popok dan membersihkan bagian bokong dengan baik, serta memberinya salep untuk membantu melindungi bayi dari ruam. Sebab jika ruam diabaikan ia akan menyebar menjadi jamur.
C. KELAINAN-KELAINAN PADA BAYI BARU LAHIR
1. Down's syndrome
Down's syndrome atau sindroma Down (SD) ditemukan oleh John Langdon Down, seorang dokter Inggris pada tahun 1966. Penyebabnya adalah 'kelebihan jumlah' kromosom nomor 21 pada sel tubuh anak. Normalnya, tubuh manusia memiliki miliaran sel yang masing-masing mempuyai pusat informasi genetika yang disebut kromosom. Sebagian besar sel tubuh mengandung 23 pasang kromosom. Dalam kasus SD, kromosom nomor 21 jumlahnya tidak sepasang, melainkan tiga.Istilah medisnya Trisomy 21. Kelebihan kromosom ini menimbulkan guncangan sistem metabolisme dalam sel, yang mengakibatkan SD. SD sendiri memunculkan kelambatan mental pada penderita, meski tak tertutup kemungkinan penderita memiliki kecerdasan normal atau bahkan di atas rata-rata.
SD adalah kelainan kromosom yang paling sering terjadi. Di Indonesia saja terdapat 300 ribu kasus. Dari hasil penelitian, SD menimpa satu dari 700 kelahiran, dan umumnya terjadi pada kelahiran saat ibu berusia di atas 30 tahun. Semakin tinggi usia ibu, semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya SD. Ada tiga jenis SD ditilik dari kelebihan kromosom 21 tersebut. SD primer adalah kelebihan kromosom 21 pada seluruh sel tubuh anak. Kebanyakan peristiwa ini ditemukan pada sel telur wanita yang hamil di atas usia 30 tahun. SD sekunder terjadi jika salah satu kromosom 21 yang berlebih itu menempel pada kromosom lain (misal, kromosom 12, 13, 14, atau 22). Penempelan ini menyebabkan bayi menjadi carrier atau pembawa kelainan, sehingga keturunannya kelak bisa menderita SD. Terakhir, SD tertier atau mosaik, adalah kelebihan kromosom 21 yang tak terjadi di seluruh sel tubuh. Ada sel-sel yang normal, sehingga tetap berfungsi normal dan sehat. Bila kebetulan sel otak normal, taraf kecerdasan anak pun niscaya tak terganggu.
2. Anencephalus
Anenchepalus adalah keadaan di mana bayi lahir tanpa tulang tengkorak bagian atas, yang disertai tak sempurnanya pembentukan sebagian besar otak. Ini lantaran proses pembentukan tabung saraf yang tak sempurna. Karena kecacatannya cukup berat, bayi tersebut tak akan mampu bertahan hidup lebih lama, sehingga akan meninggal dunia segera setelah dilahirkan.Angka kejadiannya cukup jarang, kurang lebih satu dari 1.000 kelahiran. Sampai saat ini, penyebabnya yang pasti belum dapat ditemukan. Tapi kemungkinan besar terkait erat dengan kelainan genetika atau kelainan kromosom. Dijumpai pula hubungan dengan kekurangan asupan asam folat pada ibu hamil, sehingga penambahan asupan asam folat sejak hamil sangat dianjurkan. Anenchepalus juga dapat timbul pada janin akibat ibu menderita diabetes mellitus. Keadaan ini disebut embrio diabetik.Meski penyebabnya belum diketahui pasti, penting untuk mengamati kondisi janin pada kehamilan berikutnya. Sebab, ada 5% kemungkinan kasus anenchepalus berulang. Pengamatan dapat dilakukan dengan USG atau pemeriksaan kadar alfa-fetoprotein (AFP) pada darah ibu atau cairan ketuban.
3. Cacat Jantung Bawaan
Dari setiap 100 bayi, ditemukan satu bayi yang lahir dengan jantung tak normal. Kelainan semacam ini disebut 'cacat jantung bawaan'. Ada bermacam-macam jenisnya. Misalnya, kegagalan pemisahan empat bilik pada jantung dan pembuluh besar yang dihasilkannya. Pada beberapa bayi, terbentuk lubang di sekat pemisah yang seharusnya masif, pembuluh darah yang seharusnya tertutup ternyata terbuka, atau pembuluh darah yang salah sambung. Jenis cacat jantung bawaan lainnya: ruang jantung terlalu sempit, arteri utama hampir tertutup, katup jantung tak normal dan bocor, serta penyempitan aorta atau batang nadi. Pada kasus penyempitan aorta atau batang nadi, aorta sangat menyempit pada satu tempat. Akibatnya, pasokan darah beroksigen ke seluruh tubuh menurun. Bilik jantung sebelah kiri dipaksa bekerja lebih keras, sehingga timbullah tekanan darah tinggi. Banyak kasus yang tak serius dan tak disadari sepanjang hidup. Kasus lainnya sembuh sendiri, tetapi sebagian lagi dapat mengancam nyawa dan harus diperbaiki dengan teknik operasi - mulai dari jahitan sederhana sampai penggantian bagian yang tak berfungsi dengan benda sintetis. b Rahmi Hastari/Dari berbagai sumber
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrautern. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain itu pengaruh kehamilan dan proses persalinan mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan mortalitas bayi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatic dan cepat berlangsung adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan sumber glukosa
B. SARAN
Ibu dan keluarga diharapkan dapat memiliki kemandirian fisiologis dalam mempersiapkan dan menghadapi bayi baru lahir dan dapat mendeteksi dini jika ditemukan kelainan serta melakukan perawatan yang baik untuk bayinya.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, et all, Obstetri William, Edisi 18, Jakarta, EGC
Llewellyn, 2002, Dasar – Dasar Obstetri Ginekologi, Jakarta, Hipokrates,
Mochtar, R, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta, EGC
Prawirohadjo, S, 1999, Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Balai Pustaka
http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklob6.html
Bobak, Lowdermik, dan Jensen< alih bahasa: Maria A,Wijayarini, Peter I.
Kamis, 27 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar