Jumat, 13 Maret 2009

anemia pada kehamilan

ANEMIA DALAM KEHAMILAN

A. PENGERTIAN

Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin ibu kurang dari 11gr/dl pada Trimester I dan Trimester III dan kurang dari 10,5 gr/dl pada Trimester ke II. ( Obstertri Williams / F. Cunningham. Jakarta : EGC .2005 )
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa di dapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang – kunang, keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda dan jika kita lihat konjungtivanya berwarna putih pucat.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Hasil pemriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:
Hb 11gr % tidak anemia
Hb 9 – 10 gr % anemia ringan
Hb 7- 8 gr % anemia sedang
Hb < 7 gr % anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu pada Trimester I dan Trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu ibu hamil di puskesmas. ( Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk pendidikan bidan / I Gde Manuaba – Jakarta : EGC,1998 )

B. PENGGOLONGAN ANEMIA

1. Anemia Defisiensi Besi ( kekurangan zat besi )

Dua kausa tersering anemia selama kehamilan dan masa nifas adalah defisiensi besi dan kehilangan darah akut. Tidak jarang keduanya saling berkaitan erat, karena pengeluaran darah yang berlebihan disertai hilangnya besi hemoglobin dan terkurasnya simpanan besi pada satu kehamilan dapat menjadi kausa penting anemia defisiensi besi pada kehamilan berikutnya.
Karena itu anemia Defisiensi besi pada kehamilan terutama merupakan konsekuensi dari ekspensi volume darah tanpa ekspansi normal massa hemoglobin ibu. ( Obstertri Williams / F. Cunningham. Jakarta : EGC .2005 )


Terapi
Pengobatan tergantung pada beratnya defisiensi zat besi dan lamanya waktu yang tersedia antara diagnosis dan perkiraan tanggal persalinan. Senyawa besi sederhana yang bisa diberikan seperti Ferrosulfat, fumarat, atau glukonat- per oral yang mengandung dosisi harian sekitar 200 mg besi elemental. Apabila wanita yang bersangkutan tidak dapat atau tidak mau mengkonsumsi preparat besi oral, ia diberi terapi parenteral ( Andrews,1999; Hallak dkk; 1997 ). Untuk mengganti simpanan besi terapi oral harus dilanjutkan selama 3 bulan atau lebih setelah anemia teratasi. ( Obstertri Williams / F. Cunningham. Jakarta : EGC .2005 )


2. Anemia Megaloblastik (kekurangan vit B12 atau asam folat )

Anemia megaloblastik adalah anggota kelompok penyakit di darah yang ditandai oleh kelainan darah dan sumsum tulang akibat gangguan sintesis DNA. Anemia megaloblastik bias karena :

Defisiensi Asam Folat
Anemia ini biasanya dijumpai pada wanita yang tidak mengkonsumsi sayuran berdaun hijau, plong – polongan, dan protein hewani. Wanita dengan anemia megaloblastik mungkin mengalami mual muntah dan anoreksia selama kehamilan. 

Pada wanita normal tidak hamil, kebutuhan asam folat harian adalah 50 sampai 100 mikro gram per hari. Selama kehamilan, kebutuhan akan asam folat meningkat, asupan dianjurkan 400 mikro gram per hari. ( Obstertri Williams / F. Cunningham. Jakarta : EGC .2005 )


Terapi
Terapi anemia megaloblastik yang dipicu oleh kehamilan harus mencakup asam folat, makanan bergizi, dan zat besi. Bahkan hanya 1 mg asam folat yang diberikan per oral setiap hari sudah dapat menimbulkan responhematologis yang nyata.
Pengobatan :
- Asam polik 15-30 mg per hari 
- Vitamin B 12 3 x 1 tablet per hari
- Sulfas vero sus 3 x 1 tabelt per hari 
- Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan tranfusi darah. ( Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, obstetri patologi / Rustam muchtar; editor Delfi Lutan Ed. 2 – jakarta : EGC, 1998 )


Defisiensi Vitamin B 12
Anemia megtaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 selama kehamilan sangat jarang terjadi. Ditandai oleh kegagalan tubuh menyerap vitamin B 12 karena tidak adanya factor instrinsik. Ini adalah suatu penyakit autoimun yang sangat jarang pada wanita usia subur. ( Obstertri Williams / F. Cunningham. Jakarta : EGC .2005 )


Terapi
Pemantauan vitamin B12 dan tetap berikan asam folat. Berikan 1000 mg sianokobalamin ( vitamin B12 ) IM bagi mereka yang telah menjalani gastrektomi total, sedangkan jika parsial tidak usah diberikan. ( Obstertri Williams / F. Cunningham. Jakarta : EGC .2005 )



3. Anemia Hemolitik (pemecahan sel – sel darah lebih cepat dari pembentukan )

Ini adalah penyakit yang jarang dan penyebab penyimpangan pembentukan antibody tidak diketahui. Anemia yang disebabkan oleh factor – factor ini mungkin disebabkan oleh autoantibody aktif-hangat ( 80 – 90 % ), antibody aktif-dingin atau kombinasinya. Anemia hemolitik akibat kehamilan yang tidak jelas sebabnya pada kehamilan jarang dijumpai tetapi mungkin merupakan entitas tersendiri dan pada kelainan ini terjadi hemolisis berat yang dimulai pada awal kehamilan dan reda dalam beberapa bulan setelah melahirkan. Penyakit ini ditandai oleh tidak adanya bukti mekanisme imunologik atau defek intra atau ekstraeritrosit. ( Obstertri Williams / F. Cunningham. Jakarta : EGC .2005 )

Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya, ini disebabkan oleh :
1. Faktor intrafoskuler, dijumpai pada Anemia hipolitik henditer, talasemia, Anemia sel sickle (sabit) hemoglobin nabati C, D, G, H, T dan paraksismal nokturnal hemoglobinurea.
2. Faktor ekstrokorpuskuler, disebabkan Anemia, sipsis, keraiunam zat logam dan dapat beserta obat-obatan, lukimia, penyakit hodgkin, gejala utama adalah Anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelebihan, kelemahan,s erta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ fital. (Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, obstetri patologi / Rustam muchtar; editor Delfi Lutan Ed. 2 – jakarta : EGC, 1998 )


Terapi
Terapi kortikosteroid terhadap ibu biasanya efektif.

4. Anemia Hipoplastik (pemecahan sel – sel darah lebih cepat dari pembentukan )

Walaupun jarang dijumpai pada kehamilan, anemia hipoplastik adalah suatu penyulit yang parah. Diagnosis ditegakkan bila dijumpai anemia, biasanya disertai trombositopenia , leucopenia, dan sum sum tulang yang sangat hiposelular.
Anemia hipoplastik pada kehamilan pada sebagian besar kasus anemia hipoplastik dan kehamilan tampaknya terjadi bersamaan secara kebetulan. Karena sekitar sepertiga wanita membaik setelah terminasi kehamilan, dipostulasikan bahwa kehamilan – melalui suatu cara – memicu hipoplasia eritroid. Yang jelas pada beberapa wamita, anemia hipoplastiknya pertama kali diidentifikasi saat hamil dan kemudian membaik atau bahkan sembuh saat kehamilan berakhir, namun kambuh pada kehamilan berikutnya
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah baru, untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan :
- Darah tepi lengkap 
- Pemeriksaan fungsi sternal 
- Pemeriksaan rotikulosit dan lain-lain .


Terapi
Belum ada obat eritropoitik yang pada anemia lain dapat menyembuhkan remisi secara efektif. Terapi untuk anemia hipoplastik adalah transplantasi tulang atau sel induk. ( Obstertri Williams / F. Cunningham. Jakarta : EGC .2005 )

 


C. PENGARUH ANEMIA PADA KEHAMILAN DAN JANIN
1. pengaruh anemia terhadap kehamilan
a. bahaya selama kehamilan :
• dapat terjadi abortus
• persalinan prematuritas
• hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
• mudah terjadi infeksi
• ancaman dekompensasi kordis ( Hb < 6 gr % )
• mola hidatidosa
• hiperemesis gravidarum
• perdarahan antepartum
• ketuban pecah dini ( KPD )

b. bahaya saat persalinan :
• gangguan his – kekuatan mengejan
• kala I dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
• kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan
• kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena atonia uteri
• kala IV dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri
c. pada kala nifas :
• terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum
• memudahkan infeksi puerperium
• pengeluaran asi berkurang
• terjadi dekompensasi kordis mendadk setelah persalinan
• anemia kala nifas
• mudah terjadi infeksi mamae

2. bahaya terhadap janin 
akibat anemia dapat tyerjadi gangguan dalam bentuk :
• abortus
• terjadi kematian intra uterin
• persalinan prematuritas tinggi
• berat badan lahir rendah
• kelahiran dengan anemia
• dapat terjadi cacat bawaan
• bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
inteligensia rendah. ( Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk pendidikan bidan / I Gde Manuaba – Jakarta : EGC,1998 )


kesimpulan
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.


























DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk pendidikan bidan / I Gde Manuaba – Jakarta : EGC,1998 )

Obstertri Williams / F. Cunningham. Jakarta : EGC .2005

Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, obstetri patologi / Rustam muchtar; editor Delfi Lutan Ed. 2 – jakarta : EGC, 1998

Tidak ada komentar: