PROSES KONSEPSI DAN
PERTUMBUHAN JANIN
Spermatogenesis
Sperma diproduksi di spermatogonia (sel epidermis tubulus seminiferus
testis. Hormon yang berpengaruh: 1) Hormon Gonadotropin, FSH, LH,
Testoteron. Proses pembentukan melalui mitosis untuk menghasilkan
spermatosid primer yang selanjutnya melakukan pembelahan meiosis
sehingga menghasilkan spermatid yang kemudian berdiferensiasi
menjadi sperma.
Oogenesis
Ovum diproduksi di ovarium. Pada embrio terdapat sekitar 600.000 buah
sel induk telur (oogonium). Pada usia 5 bulan oogonium akan bermitosis
sehingga menghasilkan 7 juta oosit primer dan pada ssat lahir jumlah
oosit primer tinggal 2 juta yang bertahan samapai masa pubertas.
Oogonium dan oosit ini terdapat di folikel telur yang pertumbuhannya
dari folikel primer, sekunder, tersier dipengaruhi oleh FSH. Pada ssat
ovulasi, folikel tersier berubah menjadi folikel de graff. Ovum terbentuk
setelah oosit primer bermeiosis menjadi ovum.
Proses Konsepsi dan Pertumbuhan Janin
Konsepsi menyangkut fertilisasi dan pelekatan embrio pada dinding
uterus. Fertilisasi adalah peleburan inti sel sperma dan inti sel telur yang
terjadi di saluran telur (oviduk) atau di uterus. Pada saat fertilisasi kepala
sel sperma menembus dinding sel telur sedang ekor tertinggal di luar
membentuk zigot (2n) yang terus membelah mitosis menjadi 32 sel
(morula). Morula berkembang menjadi blastula. Bagian dalam blastula
akan membentuk janin sedang bagian luarnya membentuk trofoblast
(bagian dinding untuk menyerab makanan dan akan berkembang
menjadi plasenta. Pada usia hari ke 4-5 setelah ferlitilasi blastula
bergerak ke uterus dan melakukan implantasi (pelekatan) di uterus pada
hari ke-6. Balastula kemudian berkembang menjadi grastula (punya
lapisan ektodermis, mesodermis, dan endodermis). Selanjutnmya
gastrula berkembang menjadi embrio setelah melalui peristiwa
diferensiasi, spesilisasi, dan organogenesis. Ektodermis akan
membentuk susunan saraf, hidung, mata, epidermis, kelenjar kulit.
Mesodermis akan membentuk jaringan tulang, otot jantung, pembuluh
darah, limfa, ginjal, klenjar kelamin. Endodermis akan membentuk
kelenjar gondok, hati, pankreas, kandung kemih, saluran pencernaan,
saluran pernapasan.
Manusia merupakan makhluk hidup berumah dua (diaseus) karena
satu individu hanya mempunyai satu jenis kelamin. Manusia juga
termasuk jenis vivipar yaitu makhluk hidup yang beranak.
Laki-laki mempunyai testis yang tersimpan di dalam skrotum.
Penyimpanan testis di dalam skrotum dimaksudkan untuk
mengoptimumkan suhu spermatogenesis. Hal ini dikarenakan pada suhu
yang tinggi akan menganggu spermatogenesis. Di dalam testis terdapat
tubulus seminiferus yang terdiri dari jaringan epithelium dan jaringan ikat.
Di dalam jaringan epithelium terdapat sel spermatogonium (calon
sperma), sel sertoli (pemberi makan spermatozoa), dan sel leydig
(menghasilkan testoteron).
Spermatogenesis
1. Mitosis pada sel spermatogonium (2n) menghasilkan
spermatogonium (2n) dengan jumlah yang banyak sekali
2. Selanjutnya sebagian spermatogonium akan mengalami mitosis I
dan spermatogonium lainnya membesar menjadi spermatosit
primer (2n)
3. Spermatosit primer kemudian mengalami meiosis tahap 1 menjadi
2 spermatosit sekunder (n) yang selanjutnya mengalami meiosis
tahap 2 dan menghasilkan 4 spermatosid sekunder (n).
4. Spermatosid sekunder selanjutnya mengalami diferensiasi menjadi
spermatozoa.
Spermatozoa terdiri dari bagian kepala yang terdiri dari inti sel dan
akrosom (bagian pelisis kulit telur), bagian badan yang kaya mitokondria
dan bagian ekor yang kaya akan flagel. Selanjutnya spermatozoa
menuju ke uretra di bantu oleh cairan (semen) dari vesicula seminalis
(kantong sperma), kelenjar prostat, dan kelenjar cowper (bulbo). 3 ml
semen mengandung 350-360 juta sperma.
Spermatogenesis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu;
1. Gonadotropin praduksi hipotalamus, hormon ini merangsang produksi
FSH dan LH oleh kelenjar hipofisa.
2. Folicle Stimulating Hormon (FSH) selanjutnya merangsang sel sertoli
untuk memproduksi ABP/Androgen Binding Protein yang akan memicu
pembentukan sperma.
3. Luteinizing Hormon (LH) selanjutnya merangsang produksi testoteron
(androgen) oleh Sel Leydig.
4. Testoteron selanjutnya akan merangsang perkembangan seks primer
dan seks sekunder dan juga merangsang spermatogenesis. Jika
spermatozoa sudah terbentuk, maka Sel Sertoli akan menghasilkan
hormon inhibin yang akan menghambat hipofisa memproduksi FSH
dan LH.
OOGENESIS
1. Pada saat embrio, seorang wanita mempunyai 600.000 oogonium
(calon ovum) yang kemudian membelah secara mitosis menjadi 7
juta oogonium pada saat embrio berusia 5 bulan, tetapi menurun
menjadi 2 juta oogonium pada saat embrio tersebut neonatus.
2. Selang 6 bulan berikutnya terjadi meiosis I tahap I yang berhenti
pada profase I. Pada usia 7 tahun terjadi lanjutan meiosis I
(metafase I, anafase I, dan telofase I) yang menghasilkan 300.000-
400.000 oosit primer.
3. Pada masa pubertas terjadi meiosis I tahap II (profase II, metafase
II, anafase II, dan telofase II), dan bersamaan menjelang ovulasi
akan dihasilkan oosit sekunder dan badan polar I, badan polar I
kemudian mebelah menjadi 2 badan polar.
4. Selanjutnya oosit sekunder mengalami meiosis II yang berhenti
pada metafase II sebelum ovulasi. Setelah ovulasi dan ada
penetrasi sperma, maka meiosis II dilanjutkan yang menghasilkan
ootid dan badan polar II.
5. Ootid kemudian berdiferensiasi menjadi ovum pada saat
menjelang pelburan inti sel sperma dan ovum. 3 badan polar
menempel di ovum dan berdegenerasi.
PENGARUH HORMON DALAM OOGENESIS
1. Pada saat pascamenstruasi (dimana pegaruh`progesteron sudah
tidak ada) hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin
menyebabkan hipofisa menghasilkan FSH dan LH.
2. FSH menyebabkan folikel berkembang (dari folikel primer
folikel sekunder folikel de graaf).
3. Folikel de graaf memfasilitasi ovulasi dengan produksi satu
ovum. Terjadinya ovulasi juga diransang oleh LH pada hari ke-
14 fase estrus.
4. Di sisi lain folikel de graaf juga menghasilkan estrogen yang
menyebabkan penebalan endomentrium dan mempengaruhi
hipofisa untuk menghentikan produksi FSH dan LH.
5. Folikel de graff yang telah mengeluarkan satu ovum (folikel
kosong) akan membentuk korpus luteum (badan kuning) yang
mampu menghasilkan progesteron.
6. Progesteron selanjutnya menghambat hipofisa memproduksi FSH
dan LH yang menyebabkan ovulasi berikutnya dihambat untuk
sementara. Di sisi lain progesteron juga menyebabkan munculnya
fase luteal (hari ke-10 pasca ovulasi, endomentrium tebal, lembut,
dan kaya akan pembuluh darah).
7. Jika ovulasi gagal korpus luteum dan endomentrium
berdegenerasi yang menyebabkan pendarahan (menstruasi) pada
hari ke-28 setelah ovulasi. Degerasi korpus luteum juga
menyebabkan produksi progresteron tidak ada sehingga
hipotalamus dapat memproduksi gonadotropin yang akan
meransang mengulang siklus ovulasi tahap berikutnya.
PERKEMBANGAN EMBRIO
1. Terjadinya fertilisasi (inti sperma + inti ovum) zigot Embrio
(32 Sel, Morula)
2. Morula Blastula (hari ke-4 pasca fertilisasi, ada 2 lapisan sel: sel
luar/trofoblas yang nantinya akan menjadi ari-ari yang berfungsi
untuk menyerap makanan,Sel dalam/embrioblas)
3. Blastula menuju ke uterus untuk melekat (konsepsi) pada hari ke-6.
4. Konsepsi (nidasi) kuat terjadi pada hari ke- 12 14 kehamilan.
Pada fase ini embrioblas berkembang menjadi 2 lapisan yaitu
ektodermis dan endodermis.
5. Blastula Gastrula pada hari ke-21. Gastrula mempunyai 3
lapisan yaitu ektodermis, mesodermis (ektodermis yang
berinvaginasi) dan endodermis.
6. Embrio 5 minggu mempunyai panjang 1 cm, kuncup tangan, mata,
jantung, hati tumbuh.
7. Embrio 14 minggu mempunyai panjang 6 cm, organ lengkap sudah
terbentuk.
8. Embrio 20 minggu mempunyai panjang 30 cm, organ lengkap
semakin tumbuh dengan sempurna.
9. Embrio 38 minggu mempunyai panjang 45 cm dengan berat 3 Kg.
Embrio pada tahap perkembangan dilapisi oleh 4 membran yaitu:
a. Kandung kuning telur (tidak berkembang)
b. Amnion (cairan ketuban 800 ml yang melindungi embrio
dari tekanan dan benturan)
c. Alantois (rudimenter)
d. Korion plasenta (benrtuk cakram dengan diameter 20 cm
tebal 2,5 cm)
10. Menjelang kelahiran, kadar estrogen meningkat yang
menyebabkan kontraksi uterus meningkat dan produksi prolaktin
oleh hipofisa meningkat yang meransang kelenjar susu.
Gambar Perkembangan embrio pada 5,14,20 minggu
Gambar bayi kembar dengan amnion masing-masing
KONTRASEPSI
(PENCEGAHAN KONSEPSI)
A. Permanen
1. Tubektomi (tuba fallopi atau oviduk dipotong atau diikat)
2. vasektomi (vasdeferens dipotong atau diikat)
B. Non Permanen
1. Tanpa alat bantu
a. Memperpanjang masa menyusui. Hal ini dikarenakan prolaktin
yang dihasilkan oleh hipofisa akan menghambat produksi FSH
dan LH oleh hipofisa.
b. Pantang berkala
Sistem kalender: tidak bercoitus pada 3 hari sebelum dan
sesudah ovulasi atau 14 hari sebelum menstruasi yang akan
datang (jika siklus menstruasi normal tiap bulan dengan siklus
28 hari). 3 hari sebelum ovulasi merupakan waktu dimana
sperma masih mungkin hidup dan 3 hari sesudah menstruasi
merupakan waktu dimana ovum masih hidup.
Jika siklus haidd tidak normal, maka lama siklus haid
ditentukan minimal dalam jangka waktu 6 bulan untuk
mengetahui siklus haid terpanjang dan terpendek. Misal
siklus haid terpanjang 35 hari dan terpendek 25 hari, maka
penentuan masa subur adalah sebagai berikut:
35 (masa terpanjang) 11 (bilangan standar) = 24
25 (masa terpanjang) 18 (bilangan standar) = 7
sehingga masa suburnya adalah hari ke-7 sampai dengan
ke-24 dari haid I.
Sistem billing: tidak bercoitus pada saat sekret/lendir paling
panjang)
c. Coitus interuptus (sengama terputus, pada saat ejakulasi
sperma dibuang di luar vagina)
2. Dengan Alat bantu
a.Menghalangi ovulasi dengan estrogen atau progesteron. Hal ini
dikarenakan estrogen dan progesteron akan menghambat
hipofisa memproduksi FSH. Misalnya pil KB, suntik KB, susuk
KB.
b. Menghalangi fertilisasi , misalnya kondom, jelly, tablet busa,
spons (mengandung germisida), diafragma (dari mangkok karet
yang menutupi porsio).
c. Menghalangi nidasi (konsepsi, implantasi), misalnya IUD (Intra
Uterine Device, spiral) yang dipasang di uterus.
PROSES KONSEPSI DAN
PERTUMBUHAN JANIN
Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes.
Spermatogenesis
Sperma diproduksi di spermatogonia (sel epidermis tubulus seminiferus
testis. Hormon yang berpengaruh: 1) Hormon Gonadotropin, FSH, LH,
Testoteron. Proses pembentukan melalui mitosis untuk menghasilkan
spermatosid primer yang selanjutnya melakukan pembelahan meiosis
sehingga menghasilkan spermatid yang kemudian berdiferensiasi
menjadi sperma.
Oogenesis
Ovum diproduksi di ovarium. Pada embrio terdapat sekitar 600.000 buah
sel induk telur (oogonium). Pada usia 5 bulan oogonium akan bermitosis
sehingga menghasilkan 7 juta oosit primer dan pada ssat lahir jumlah
oosit primer tinggal 2 juta yang bertahan samapai masa pubertas.
Oogonium dan oosit ini terdapat di folikel telur yang pertumbuhannya
dari folikel primer, sekunder, tersier dipengaruhi oleh FSH. Pada ssat
ovulasi, folikel tersier berubah menjadi folikel de graff. Ovum terbentuk
setelah oosit primer bermeiosis menjadi ovum.
Proses Konsepsi dan Pertumbuhan Janin
Konsepsi menyangkut fertilisasi dan pelekatan embrio pada dinding
uterus. Fertilisasi adalah peleburan inti sel sperma dan inti sel telur yang
terjadi di saluran telur (oviduk) atau di uterus. Pada saat fertilisasi kepala
sel sperma menembus dinding sel telur sedang ekor tertinggal di luar
membentuk zigot (2n) yang terus membelah mitosis menjadi 32 sel
(morula). Morula berkembang menjadi blastula. Bagian dalam blastula
akan membentuk janin sedang bagian luarnya membentuk trofoblast
(bagian dinding untuk menyerab makanan dan akan berkembang
menjadi plasenta. Pada usia hari ke 4-5 setelah ferlitilasi blastula
bergerak ke uterus dan melakukan implantasi (pelekatan) di uterus pada
hari ke-6. Balastula kemudian berkembang menjadi grastula (punya
lapisan ektodermis, mesodermis, dan endodermis). Selanjutnmya
gastrula berkembang menjadi embrio setelah melalui peristiwa
diferensiasi, spesilisasi, dan organogenesis. Ektodermis akan
membentuk susunan saraf, hidung, mata, epidermis, kelenjar kulit.
Mesodermis akan membentuk jaringan tulang, otot jantung, pembuluh
darah, limfa, ginjal, klenjar kelamin. Endodermis akan membentuk
kelenjar gondok, hati, pankreas, kandung kemih, saluran pencernaan,
saluran pernapasan.
Manusia merupakan makhluk hidup berumah dua (diaseus) karena
satu individu hanya mempunyai satu jenis kelamin. Manusia juga
termasuk jenis vivipar yaitu makhluk hidup yang beranak.
Laki-laki mempunyai testis yang tersimpan di dalam skrotum.
Penyimpanan testis di dalam skrotum dimaksudkan untuk
mengoptimumkan suhu spermatogenesis. Hal ini dikarenakan pada suhu
yang tinggi akan menganggu spermatogenesis. Di dalam testis terdapat
tubulus seminiferus yang terdiri dari jaringan epithelium dan jaringan ikat.
Di dalam jaringan epithelium terdapat sel spermatogonium (calon
sperma), sel sertoli (pemberi makan spermatozoa), dan sel leydig
(menghasilkan testoteron).
Spermatogenesis
1. Mitosis pada sel spermatogonium (2n) menghasilkan
spermatogonium (2n) dengan jumlah yang banyak sekali
2. Selanjutnya sebagian spermatogonium akan mengalami mitosis I
dan spermatogonium lainnya membesar menjadi spermatosit
primer (2n)
3. Spermatosit primer kemudian mengalami meiosis tahap 1 menjadi
2 spermatosit sekunder (n) yang selanjutnya mengalami meiosis
tahap 2 dan menghasilkan 4 spermatosid sekunder (n).
4. Spermatosid sekunder selanjutnya mengalami diferensiasi menjadi
spermatozoa.
Spermatozoa terdiri dari bagian kepala yang terdiri dari inti sel dan
akrosom (bagian pelisis kulit telur), bagian badan yang kaya mitokondria
dan bagian ekor yang kaya akan flagel. Selanjutnya spermatozoa
menuju ke uretra di bantu oleh cairan (semen) dari vesicula seminalis
(kantong sperma), kelenjar prostat, dan kelenjar cowper (bulbo). 3 ml
semen mengandung 350-360 juta sperma.
Spermatogenesis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu;
1. Gonadotropin praduksi hipotalamus, hormon ini merangsang produksi
FSH dan LH oleh kelenjar hipofisa.
2. Folicle Stimulating Hormon (FSH) selanjutnya merangsang sel sertoli
untuk memproduksi ABP/Androgen Binding Protein yang akan memicu
pembentukan sperma.
3. Luteinizing Hormon (LH) selanjutnya merangsang produksi testoteron
(androgen) oleh Sel Leydig.
4. Testoteron selanjutnya akan merangsang perkembangan seks primer
dan seks sekunder dan juga merangsang spermatogenesis. Jika
spermatozoa sudah terbentuk, maka Sel Sertoli akan menghasilkan
hormon inhibin yang akan menghambat hipofisa memproduksi FSH
dan LH.
OOGENESIS
1. Pada saat embrio, seorang wanita mempunyai 600.000 oogonium
(calon ovum) yang kemudian membelah secara mitosis menjadi 7
juta oogonium pada saat embrio berusia 5 bulan, tetapi menurun
menjadi 2 juta oogonium pada saat embrio tersebut neonatus.
2. Selang 6 bulan berikutnya terjadi meiosis I tahap I yang berhenti
pada profase I. Pada usia 7 tahun terjadi lanjutan meiosis I
(metafase I, anafase I, dan telofase I) yang menghasilkan 300.000-
400.000 oosit primer.
3. Pada masa pubertas terjadi meiosis I tahap II (profase II, metafase
II, anafase II, dan telofase II), dan bersamaan menjelang ovulasi
akan dihasilkan oosit sekunder dan badan polar I, badan polar I
kemudian mebelah menjadi 2 badan polar.
4. Selanjutnya oosit sekunder mengalami meiosis II yang berhenti
pada metafase II sebelum ovulasi. Setelah ovulasi dan ada
penetrasi sperma, maka meiosis II dilanjutkan yang menghasilkan
ootid dan badan polar II.
5. Ootid kemudian berdiferensiasi menjadi ovum pada saat
menjelang pelburan inti sel sperma dan ovum. 3 badan polar
menempel di ovum dan berdegenerasi.
PENGARUH HORMON DALAM OOGENESIS
1. Pada saat pascamenstruasi (dimana pegaruh`progesteron sudah
tidak ada) hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin
menyebabkan hipofisa menghasilkan FSH dan LH.
2. FSH menyebabkan folikel berkembang (dari folikel primer
folikel sekunder folikel de graaf).
3. Folikel de graaf memfasilitasi ovulasi dengan produksi satu
ovum. Terjadinya ovulasi juga diransang oleh LH pada hari ke-
14 fase estrus.
4. Di sisi lain folikel de graaf juga menghasilkan estrogen yang
menyebabkan penebalan endomentrium dan mempengaruhi
hipofisa untuk menghentikan produksi FSH dan LH.
5. Folikel de graff yang telah mengeluarkan satu ovum (folikel
kosong) akan membentuk korpus luteum (badan kuning) yang
mampu menghasilkan progesteron.
6. Progesteron selanjutnya menghambat hipofisa memproduksi FSH
dan LH yang menyebabkan ovulasi berikutnya dihambat untuk
sementara. Di sisi lain progesteron juga menyebabkan munculnya
fase luteal (hari ke-10 pasca ovulasi, endomentrium tebal, lembut,
dan kaya akan pembuluh darah).
7. Jika ovulasi gagal korpus luteum dan endomentrium
berdegenerasi yang menyebabkan pendarahan (menstruasi) pada
hari ke-28 setelah ovulasi. Degerasi korpus luteum juga
menyebabkan produksi progresteron tidak ada sehingga
hipotalamus dapat memproduksi gonadotropin yang akan
meransang mengulang siklus ovulasi tahap berikutnya.
PERKEMBANGAN EMBRIO
1. Terjadinya fertilisasi (inti sperma + inti ovum) zigot Embrio
(32 Sel, Morula)
2. Morula Blastula (hari ke-4 pasca fertilisasi, ada 2 lapisan sel: sel
luar/trofoblas yang nantinya akan menjadi ari-ari yang berfungsi
untuk menyerap makanan,Sel dalam/embrioblas)
3. Blastula menuju ke uterus untuk melekat (konsepsi) pada hari ke-6.
4. Konsepsi (nidasi) kuat terjadi pada hari ke- 12 14 kehamilan.
Pada fase ini embrioblas berkembang menjadi 2 lapisan yaitu
ektodermis dan endodermis.
5. Blastula Gastrula pada hari ke-21. Gastrula mempunyai 3
lapisan yaitu ektodermis, mesodermis (ektodermis yang
berinvaginasi) dan endodermis.
6. Embrio 5 minggu mempunyai panjang 1 cm, kuncup tangan, mata,
jantung, hati tumbuh.
7. Embrio 14 minggu mempunyai panjang 6 cm, organ lengkap sudah
terbentuk.
8. Embrio 20 minggu mempunyai panjang 30 cm, organ lengkap
semakin tumbuh dengan sempurna.
9. Embrio 38 minggu mempunyai panjang 45 cm dengan berat 3 Kg.
Embrio pada tahap perkembangan dilapisi oleh 4 membran yaitu:
a. Kandung kuning telur (tidak berkembang)
b. Amnion (cairan ketuban 800 ml yang melindungi embrio
dari tekanan dan benturan)
c. Alantois (rudimenter)
d. Korion plasenta (benrtuk cakram dengan diameter 20 cm
tebal 2,5 cm)
10. Menjelang kelahiran, kadar estrogen meningkat yang
menyebabkan kontraksi uterus meningkat dan produksi prolaktin
oleh hipofisa meningkat yang meransang kelenjar susu.
Gambar Perkembangan embrio pada 5,14,20 minggu
Gambar bayi kembar dengan amnion masing-masing
KONTRASEPSI
(PENCEGAHAN KONSEPSI)
A. Permanen
1. Tubektomi (tuba fallopi atau oviduk dipotong atau diikat)
2. vasektomi (vasdeferens dipotong atau diikat)
B. Non Permanen
1. Tanpa alat bantu
a. Memperpanjang masa menyusui. Hal ini dikarenakan prolaktin
yang dihasilkan oleh hipofisa akan menghambat produksi FSH
dan LH oleh hipofisa.
b. Pantang berkala
Sistem kalender: tidak bercoitus pada 3 hari sebelum dan
sesudah ovulasi atau 14 hari sebelum menstruasi yang akan
datang (jika siklus menstruasi normal tiap bulan dengan siklus
28 hari). 3 hari sebelum ovulasi merupakan waktu dimana
sperma masih mungkin hidup dan 3 hari sesudah menstruasi
merupakan waktu dimana ovum masih hidup.
Jika siklus haidd tidak normal, maka lama siklus haid
ditentukan minimal dalam jangka waktu 6 bulan untuk
mengetahui siklus haid terpanjang dan terpendek. Misal
siklus haid terpanjang 35 hari dan terpendek 25 hari, maka
penentuan masa subur adalah sebagai berikut:
35 (masa terpanjang) 11 (bilangan standar) = 24
25 (masa terpanjang) 18 (bilangan standar) = 7
sehingga masa suburnya adalah hari ke-7 sampai dengan
ke-24 dari haid I.
Sistem billing: tidak bercoitus pada saat sekret/lendir paling
panjang)
c. Coitus interuptus (sengama terputus, pada saat ejakulasi
sperma dibuang di luar vagina)
2. Dengan Alat bantu
a.Menghalangi ovulasi dengan estrogen atau progesteron. Hal ini
dikarenakan estrogen dan progesteron akan menghambat
hipofisa memproduksi FSH. Misalnya pil KB, suntik KB, susuk
KB.
b. Menghalangi fertilisasi , misalnya kondom, jelly, tablet busa,
spons (mengandung germisida), diafragma (dari mangkok karet
yang menutupi porsio).
c. Menghalangi nidasi (konsepsi, implantasi), misalnya IUD (Intra
Uterine Device, spiral) yang dipasang di uterus.
PROSES KONSEPSI DAN
PERTUMBUHAN JANIN
Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes.
Spermatogenesis
Sperma diproduksi di spermatogonia (sel epidermis tubulus seminiferus
testis. Hormon yang berpengaruh: 1) Hormon Gonadotropin, FSH, LH,
Testoteron. Proses pembentukan melalui mitosis untuk menghasilkan
spermatosid primer yang selanjutnya melakukan pembelahan meiosis
sehingga menghasilkan spermatid yang kemudian berdiferensiasi
menjadi sperma.
Oogenesis
Ovum diproduksi di ovarium. Pada embrio terdapat sekitar 600.000 buah
sel induk telur (oogonium). Pada usia 5 bulan oogonium akan bermitosis
sehingga menghasilkan 7 juta oosit primer dan pada ssat lahir jumlah
oosit primer tinggal 2 juta yang bertahan samapai masa pubertas.
Oogonium dan oosit ini terdapat di folikel telur yang pertumbuhannya
dari folikel primer, sekunder, tersier dipengaruhi oleh FSH. Pada ssat
ovulasi, folikel tersier berubah menjadi folikel de graff. Ovum terbentuk
setelah oosit primer bermeiosis menjadi ovum.
Proses Konsepsi dan Pertumbuhan Janin
Konsepsi menyangkut fertilisasi dan pelekatan embrio pada dinding
uterus. Fertilisasi adalah peleburan inti sel sperma dan inti sel telur yang
terjadi di saluran telur (oviduk) atau di uterus. Pada saat fertilisasi kepala
sel sperma menembus dinding sel telur sedang ekor tertinggal di luar
membentuk zigot (2n) yang terus membelah mitosis menjadi 32 sel
(morula). Morula berkembang menjadi blastula. Bagian dalam blastula
akan membentuk janin sedang bagian luarnya membentuk trofoblast
(bagian dinding untuk menyerab makanan dan akan berkembang
menjadi plasenta. Pada usia hari ke 4-5 setelah ferlitilasi blastula
bergerak ke uterus dan melakukan implantasi (pelekatan) di uterus pada
hari ke-6. Balastula kemudian berkembang menjadi grastula (punya
lapisan ektodermis, mesodermis, dan endodermis). Selanjutnmya
gastrula berkembang menjadi embrio setelah melalui peristiwa
diferensiasi, spesilisasi, dan organogenesis. Ektodermis akan
membentuk susunan saraf, hidung, mata, epidermis, kelenjar kulit.
Mesodermis akan membentuk jaringan tulang, otot jantung, pembuluh
darah, limfa, ginjal, klenjar kelamin. Endodermis akan membentuk
kelenjar gondok, hati, pankreas, kandung kemih, saluran pencernaan,
saluran pernapasan.
Manusia merupakan makhluk hidup berumah dua (diaseus) karena
satu individu hanya mempunyai satu jenis kelamin. Manusia juga
termasuk jenis vivipar yaitu makhluk hidup yang beranak.
Laki-laki mempunyai testis yang tersimpan di dalam skrotum.
Penyimpanan testis di dalam skrotum dimaksudkan untuk
mengoptimumkan suhu spermatogenesis. Hal ini dikarenakan pada suhu
yang tinggi akan menganggu spermatogenesis. Di dalam testis terdapat
tubulus seminiferus yang terdiri dari jaringan epithelium dan jaringan ikat.
Di dalam jaringan epithelium terdapat sel spermatogonium (calon
sperma), sel sertoli (pemberi makan spermatozoa), dan sel leydig
(menghasilkan testoteron).
Spermatogenesis
1. Mitosis pada sel spermatogonium (2n) menghasilkan
spermatogonium (2n) dengan jumlah yang banyak sekali
2. Selanjutnya sebagian spermatogonium akan mengalami mitosis I
dan spermatogonium lainnya membesar menjadi spermatosit
primer (2n)
3. Spermatosit primer kemudian mengalami meiosis tahap 1 menjadi
2 spermatosit sekunder (n) yang selanjutnya mengalami meiosis
tahap 2 dan menghasilkan 4 spermatosid sekunder (n).
4. Spermatosid sekunder selanjutnya mengalami diferensiasi menjadi
spermatozoa.
Spermatozoa terdiri dari bagian kepala yang terdiri dari inti sel dan
akrosom (bagian pelisis kulit telur), bagian badan yang kaya mitokondria
dan bagian ekor yang kaya akan flagel. Selanjutnya spermatozoa
menuju ke uretra di bantu oleh cairan (semen) dari vesicula seminalis
(kantong sperma), kelenjar prostat, dan kelenjar cowper (bulbo). 3 ml
semen mengandung 350-360 juta sperma.
Spermatogenesis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu;
1. Gonadotropin praduksi hipotalamus, hormon ini merangsang produksi
FSH dan LH oleh kelenjar hipofisa.
2. Folicle Stimulating Hormon (FSH) selanjutnya merangsang sel sertoli
untuk memproduksi ABP/Androgen Binding Protein yang akan memicu
pembentukan sperma.
3. Luteinizing Hormon (LH) selanjutnya merangsang produksi testoteron
(androgen) oleh Sel Leydig.
4. Testoteron selanjutnya akan merangsang perkembangan seks primer
dan seks sekunder dan juga merangsang spermatogenesis. Jika
spermatozoa sudah terbentuk, maka Sel Sertoli akan menghasilkan
hormon inhibin yang akan menghambat hipofisa memproduksi FSH
dan LH.
OOGENESIS
1. Pada saat embrio, seorang wanita mempunyai 600.000 oogonium
(calon ovum) yang kemudian membelah secara mitosis menjadi 7
juta oogonium pada saat embrio berusia 5 bulan, tetapi menurun
menjadi 2 juta oogonium pada saat embrio tersebut neonatus.
2. Selang 6 bulan berikutnya terjadi meiosis I tahap I yang berhenti
pada profase I. Pada usia 7 tahun terjadi lanjutan meiosis I
(metafase I, anafase I, dan telofase I) yang menghasilkan 300.000-
400.000 oosit primer.
3. Pada masa pubertas terjadi meiosis I tahap II (profase II, metafase
II, anafase II, dan telofase II), dan bersamaan menjelang ovulasi
akan dihasilkan oosit sekunder dan badan polar I, badan polar I
kemudian mebelah menjadi 2 badan polar.
4. Selanjutnya oosit sekunder mengalami meiosis II yang berhenti
pada metafase II sebelum ovulasi. Setelah ovulasi dan ada
penetrasi sperma, maka meiosis II dilanjutkan yang menghasilkan
ootid dan badan polar II.
5. Ootid kemudian berdiferensiasi menjadi ovum pada saat
menjelang pelburan inti sel sperma dan ovum. 3 badan polar
menempel di ovum dan berdegenerasi.
PENGARUH HORMON DALAM OOGENESIS
1. Pada saat pascamenstruasi (dimana pegaruh`progesteron sudah
tidak ada) hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin
menyebabkan hipofisa menghasilkan FSH dan LH.
2. FSH menyebabkan folikel berkembang (dari folikel primer
folikel sekunder folikel de graaf).
3. Folikel de graaf memfasilitasi ovulasi dengan produksi satu
ovum. Terjadinya ovulasi juga diransang oleh LH pada hari ke-
14 fase estrus.
4. Di sisi lain folikel de graaf juga menghasilkan estrogen yang
menyebabkan penebalan endomentrium dan mempengaruhi
hipofisa untuk menghentikan produksi FSH dan LH.
5. Folikel de graff yang telah mengeluarkan satu ovum (folikel
kosong) akan membentuk korpus luteum (badan kuning) yang
mampu menghasilkan progesteron.
6. Progesteron selanjutnya menghambat hipofisa memproduksi FSH
dan LH yang menyebabkan ovulasi berikutnya dihambat untuk
sementara. Di sisi lain progesteron juga menyebabkan munculnya
fase luteal (hari ke-10 pasca ovulasi, endomentrium tebal, lembut,
dan kaya akan pembuluh darah).
7. Jika ovulasi gagal korpus luteum dan endomentrium
berdegenerasi yang menyebabkan pendarahan (menstruasi) pada
hari ke-28 setelah ovulasi. Degerasi korpus luteum juga
menyebabkan produksi progresteron tidak ada sehingga
hipotalamus dapat memproduksi gonadotropin yang akan
meransang mengulang siklus ovulasi tahap berikutnya.
PERKEMBANGAN EMBRIO
1. Terjadinya fertilisasi (inti sperma + inti ovum) zigot Embrio
(32 Sel, Morula)
2. Morula Blastula (hari ke-4 pasca fertilisasi, ada 2 lapisan sel: sel
luar/trofoblas yang nantinya akan menjadi ari-ari yang berfungsi
untuk menyerap makanan,Sel dalam/embrioblas)
3. Blastula menuju ke uterus untuk melekat (konsepsi) pada hari ke-6.
4. Konsepsi (nidasi) kuat terjadi pada hari ke- 12 14 kehamilan.
Pada fase ini embrioblas berkembang menjadi 2 lapisan yaitu
ektodermis dan endodermis.
5. Blastula Gastrula pada hari ke-21. Gastrula mempunyai 3
lapisan yaitu ektodermis, mesodermis (ektodermis yang
berinvaginasi) dan endodermis.
6. Embrio 5 minggu mempunyai panjang 1 cm, kuncup tangan, mata,
jantung, hati tumbuh.
7. Embrio 14 minggu mempunyai panjang 6 cm, organ lengkap sudah
terbentuk.
8. Embrio 20 minggu mempunyai panjang 30 cm, organ lengkap
semakin tumbuh dengan sempurna.
9. Embrio 38 minggu mempunyai panjang 45 cm dengan berat 3 Kg.
Embrio pada tahap perkembangan dilapisi oleh 4 membran yaitu:
a. Kandung kuning telur (tidak berkembang)
b. Amnion (cairan ketuban 800 ml yang melindungi embrio
dari tekanan dan benturan)
c. Alantois (rudimenter)
d. Korion plasenta (benrtuk cakram dengan diameter 20 cm
tebal 2,5 cm)
10. Menjelang kelahiran, kadar estrogen meningkat yang
menyebabkan kontraksi uterus meningkat dan produksi prolaktin
oleh hipofisa meningkat yang meransang kelenjar susu.
Gambar Perkembangan embrio pada 5,14,20 minggu
Gambar bayi kembar dengan amnion masing-masing
KONTRASEPSI
(PENCEGAHAN KONSEPSI)
A. Permanen
1. Tubektomi (tuba fallopi atau oviduk dipotong atau diikat)
2. vasektomi (vasdeferens dipotong atau diikat)
B. Non Permanen
1. Tanpa alat bantu
a. Memperpanjang masa menyusui. Hal ini dikarenakan prolaktin
yang dihasilkan oleh hipofisa akan menghambat produksi FSH
dan LH oleh hipofisa.
b. Pantang berkala
Sistem kalender: tidak bercoitus pada 3 hari sebelum dan
sesudah ovulasi atau 14 hari sebelum menstruasi yang akan
datang (jika siklus menstruasi normal tiap bulan dengan siklus
28 hari). 3 hari sebelum ovulasi merupakan waktu dimana
sperma masih mungkin hidup dan 3 hari sesudah menstruasi
merupakan waktu dimana ovum masih hidup.
Jika siklus haidd tidak normal, maka lama siklus haid
ditentukan minimal dalam jangka waktu 6 bulan untuk
mengetahui siklus haid terpanjang dan terpendek. Misal
siklus haid terpanjang 35 hari dan terpendek 25 hari, maka
penentuan masa subur adalah sebagai berikut:
35 (masa terpanjang) 11 (bilangan standar) = 24
25 (masa terpanjang) 18 (bilangan standar) = 7
sehingga masa suburnya adalah hari ke-7 sampai dengan
ke-24 dari haid I.
Sistem billing: tidak bercoitus pada saat sekret/lendir paling
panjang)
c. Coitus interuptus (sengama terputus, pada saat ejakulasi
sperma dibuang di luar vagina)
2. Dengan Alat bantu
a.Menghalangi ovulasi dengan estrogen atau progesteron. Hal ini
dikarenakan estrogen dan progesteron akan menghambat
hipofisa memproduksi FSH. Misalnya pil KB, suntik KB, susuk
KB.
b. Menghalangi fertilisasi , misalnya kondom, jelly, tablet busa,
spons (mengandung germisida), diafragma (dari mangkok karet
yang menutupi porsio).
c. Menghalangi nidasi (konsepsi, implantasi), misalnya IUD (Intra
Uterine Device, spiral) yang dipasang di uteri
Jumat, 13 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar