Jumat, 23 Oktober 2009

AUTISM

BAB I
PENDAHULUAN


1 Latar Belakang
Seorang anak berlari-lari dengan riangnya kesana kemari. Dengan wajah ceria ia bolak-balik mematikan kenop lampu yang ada di ruangan rumahnya. Teriakan dan larangan ibunya sama sekali tidak dihiraukannya, seakan-akan ia tidak mendengar suara panik sang ibu yang takut terjadi sesuatu pada anaknya. Beberapa menit kemudian ketika “jingle” sebuah iklan muncul di TV, tiba-tiba ia menghentikan kegiatannya dan berlari kearah TV serta mendengarkan dengan seksama “jingle iklan“ tersebut. Sesaat iklan tersebut berakhir, ia kembali berlari-lari dengan tangan yang berkali-kali dihentakkan ke bawah disertai kata-kata atau suara yang hanya ia sendiri dapat mengerti.”Gejala-gejala seperti ilustrasi diatas belakangan banyak terjadi pada anak usia 2-4 tahun. Autis adalah salah satu dari kesekian gangguan perkembangan yang prevalensinya semakin meningkat belakangan ini. dari 1 : 5000 anak pada tahun 1943 saat Leo Kanner memperkenalkan istilah autisme menjadi 1 : 100 ditahun 2001 (Nakita, 2002).

2. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini di maksudkan untuk:
a. Menjelaskan Pengertian Autisme
b. Menjelaskan Gejala – Gejala Yang Tampak Pada Autisme
c. Menjelaskan Tahap Perkembangan Motorik Halus
d. Menjelaskan Motorik Halus
e. Memberitahukan Cara Pemecahan Masalah
f. Memberitahukan Tahapan Menggambar
g. Memberitahukan Tahapan Melaksanakan Tugas
h. Memberitahukan Tahapan Menyusun Kubus
i. Memberitahukan Tahapan Makan
j. Menjelaskan Tahapan Berpakaian
k. Memberitahukan Tahap Perkembangan Bahasa
l. Memberitahukan Tahap – tahap Ekspresif
m. Menjelaskan Kriteria Diagnostik
n. Menjelaskan Penyebab Autisme
o. Menjelaskan Gangguan Yang menyertai Autisme
p. Menjelaskan Penggolongan Autisme
q. Menjelaskan Penanganan Autisme
r. Memberitahukan Terapi yang Terpadu
























BAB II
TINJAUAN TEORI

1 PENGERTIAN AUTISME
Autisme berasal dari kata “autos” yang berarti segala sesuatu yang mengarah pada diri sendiri. Dalam kamus psikologi umum (1982), autisme berarti preokupasi terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran subyektifnya sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penderita autisme sering disebut orang yang hidup di “alamnya” sendiri. Dulu anak-anak yang mengalami gangguan ini telah dideskripsikan dalam berbagai istilah seperti chilhood schizophrenia (Bleuer), Margareth Mahler (1952) menyebutnya dengan symbiotic psychotic children dengan gejala-gejala tidak dapat mengembangkan self-object differentiation. Belakangan istilah psikosis cenderung dihilangkan dan dalam Diagnostic and Statistical Maunal of Mental Disorder edisi IV (DSM-IV) Autisme digolongkan sebagai gangguan perkembangan pervasif (pervasive developmental dis-orders), secara khas gangguan yang termasuk dalam kategori ini ditandai dengan distorsi perkembangan fungsi psikologis dasar majemuk yang meliputi perkembangan keterampilan sosial dan bahasa, seperti perhatian, persepsi, daya nilai terhadap realitas, dan gerakan-gerakan motorik.
Autisme atau autisme infantil (Early Infantile Autism) pertama kali dikemukakan oleh Dr. Leo Kanner 1943 seorang psikiatris Amerika. Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner (untuk membedakan dengan sidrom Asperger atau autis Asperger). Ciri yang menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi.
2 GEJALA-GEJALA YANG TAMPAK
Gejala autisme infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak gejala gangguan perkembangan ini sudah terlihat sejak lahir. Chris Williams dan Barry Wright (2007) mengemukakan beberapa simptom autistik yang mungkin sudah muncul diusia 18 bulan, seperti: tidak melakukan kontak mata, tidak merespon segera jika dipanggil nama, tampak berada “didunianya sendiri”, mengalami hambatan perkembangan bahasanya, kehilangan kemampuan berbahasa, tidak menggunakan bahasa tubuh, tidak memahami sikap tubuh orang lain, tidak bermain pura-pura, lebih tertarik pada bagian-bagian permainan, gerakan-gerakan tidak umum (ex. Jalan jinjit). Mengingat di Indonesia belum ada suatu alat tes yang baku untuk mengetahui gangguan pada anak, maka untuk tujuan tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan perkembangan anak dengan indikator perkembangan yang normal.
3 TAHAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS
a. Fiksasi pandangan : Lahir
b. Mengikuti benda melalui garis tengah : 2 bulan
c. Mengetahui adanya benda kecil : 5 bulan
4 MOTORIK HALUS
a. Telapak tangan terbuka : 3 bulan
b. Menyatukan kedua tangan : 4 bulan
c. Memindahkan benda antara kedua tangan : bulan
d. Meraih unilateral : 6 bulan
e. Pincer grasp imatur : 9 bulan
f. Pincer grasp matur dengan jari : 11 bulan
g. Melepaskan benda dengan sengaja : 12 bulan
5 PEMECAHAN MASALAH
a. Memeriksa benda : 7 – 8 bulan
b. Melemparkan benda : 9 bulan
c. Membuka penutup mainan : 10 bulan
d. Meletakkan kubus dibawah gelas : 11 bulan
6 MENGGAMBAR
a. Mencoret : 12 bulan
b. Meniru membuat garis : 15 bulan
c. Membuat garis spontan : 18 bulan
d. Membuat garis horizontal & vertikal : 25 -27 bulan
e. Meniru membuat lingkaran : 30 bulan
f. Membuat lingkaran spontan tanpa
g. Melihat contoh : 3 tahun
7. MELAKSANAKAN TUGAS
a. Memasukkan biji kedalam botol : 12 bulan
b. Melepaskan biji dengan meniru : 14 bulan
c. Melepaskan biji spontan : 16 bulan
8. MENYUSUN KUBUS
a. Menyusun 2 kubus : 15 bulan
b. Menyusun 3 kubus : 16 bulan
c. Kereta api dengan 4 kubus : 2 bulan
d. Kereta api dengan cerobong asap : 2. Tahun
e. Jembatan 3 kubus : 3 tahun
f. Pintu gerbang dari 5 kubus : 4 tahun
g. Tangga dan dinding dari beberapa kubus
h. Tanpa melihat contoh : 6 tahun
9. MAKAN
a. Makan biskuit yang dipegang : 9 bulan
b. Minum dari gelas sendiri/menggunakan sendok : 12 bulan
10. BERPAKAIAN
a. Membuka baju sendiri : 24 Bulan
b. Memakai baju : 36 bulan
c. Membuka kancing : 36 bulan
d. Memasang kancing : 48 bulan
e. Mengikat tali sepatu : 60 bulan
11. TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA
a. Bereaksi terhadap suara : Lahir
b. Tersenyum social : 5 minggu
c. Orientasi terhadap suara : 4 bulan
d. Mengerti perintah tidak boleh : 8 bulan
e. Mengerti perintah tanpa mimic : 14 bulan
f. Menunjuk 5 bagian tubuh yang disebutkan : 8 bulan
g. Menoleh kepada suara bel : Fase 1, 5 bln, Fase 2, 7 bln, Fase 3, 9 bln
h. Mengerti perintah ditambah mimic : 11 bulan
12. EKSPRESIF
a. Ooo-ooo : 6 minggu
b. Guu, guuu : 3 bulan
c. a-guuu, a-guuu : 4 bulan
d. Mengoceh : 4-6 bulan
e. Dadadada (menggumam) : 6 bulan
f. Da-da tanpa arti, Ma-ma tanpa arti : 8 bulan
g. Dada : 10 bulan
h. Mama & kata pertama selain mama : 11 bulanKata kedua : 12 bulanKata ketiga : 13 bulan
i. 4 – 6 kata : 15 bulan
j. 7 – 20 kata : 17 bulan
k. Kalimat pendek 2 kata : 21 bulan
l. 50 kata & kalimat terdiri dari 3 kata : 3 tahun
m. Kalimat terdiri dari 4 -5 kata, bercerita,
n. menanyakan arti suatu kata,
o. menghitung sampai 20 : 4 tahun
Secara umum ada beberapa gejala autisme yang akan tampak semakin jelas saat anak telah mencapai usia 3 tahun, yaitu:
Gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal seperti terlambat bicara, mengeluarkan kata-kata dalam bahasanya sendiri yang tidak dapat dimengerti, echolalia, sering meniru dan mengulang kata tanpa dimengerti maknanya, dstnya.
Gangguan dalam bidang interaksi sosial, seperti menghindar kontak mata,
tidak melihat jika dipanggil, menolak untuk dipeluk, lebih suka bermain sendiri, dstnya.
Gangguan pada bidang perilaku yang terlihat dari adanya perlaku yang berlebih (excessive) dan kekurangan (deficient) seperti impulsif, hiperaktif, repetitif namun dilain waktu terkesan pandangan mata kosong, melakukan permainan yang sama dan monoton .Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu seperti gambar, karet, dll yang dibawanya kemana-mana.
Gangguan pada bidang perasaan atau emosi, seperti kurangnya empati, simpati, dan toleransi; kadang-kadang tertawa dan marah sendiri tanpa sebab yang nyata dan sering mengamuk tanpa kendali bila tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.
Gangguan dalam persepsi sensoris seperti mencium-cium dan menggigit mainan atau benda, bila mendengar suara tertentu langsung menutup telinga, tidak menyukai rabaan dan pelukan, dsbnya.
Gejala-gejala tersebut di atas tidak harus ada semuanya pada setiap anak autisme, tergantung dari berat-ringannya gangguan yang diderita anak.
13. KRITERIA DIAGNOSTIK
Autistik (Autistic Disorder) berbeda dengan gangguan Rett (Rett’s Disorder), gangguan disintegatif masa anak (Childhood Disintegrative Disorder) dan gangguan Asperger (Asperger’s Disorder).
Secara detail, menurut DSM IV, kriteria gangguan autistik adalah sebagai berikut:
a. Harus ada total 6 gejala dari (1), (2) dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1) dan masing-masing 1 gejala dari ( 2 ) dan (3) :
1) Kelemahan kwalitatif dalam interaksi sosial, yang termanifestasi dalamsedikitnya 2 dari beberapa gejala berikut ini:
a) Kelemahan dalam penggunaan perilaku nonverbal, seperti kontak mata, ekspresi wajah, sikap tubuh, gerak tangan dalam interaksi sosial.
b) Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
c) Kurangnya kemampuan untuk berbagi perasaan dan empati dengan orang lain.
d) Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
2) Kelemahan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada 1 dari gejala berikut ini:
a) Perkembangan bahasa lisan (bicara) terlambat atau sama sekali tidak berkembang dan anak tidak mencari jalan untuk berkomunikasi secara non verbal.
b) Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak digunakan untuk berkomunikasi
c) Sering menggunakan bahasa yang aneh, stereotype dan berulangulang.
d) Kurang mampu bermain imajinatif (make believe play) atau permainan imitasi sosial lainnya sesuai dengan taraf perkembangannya.
3) Pola perilaku serta minat dan kegiatan yang terbatas, berulang. Minimal harus ada 1dari gejala berikut ini:
a) Preokupasi terhadap satu atau lebih kegiatan dengan fokus dan intensitas yang abnormal atau berlebihan.
b) Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik atau rutinitas
c) Gerakan-gerakan fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti menggerak-gerakkan tangan, bertepuk tangan, menggerakkan tubuh.
d) Sikap tertarik yang sangat kuat atau preokupasi dengan bagian-bagian tertentu dari obyek.
b. Keterlambatan atau abnormalitas muncul sebelum usia 3 tahun minimal pada salah satu bidang (1) interaksi sosial, (2) kemampuan bahasa dan komunikasi, (3) cara bermain simbolik dan imajinatif.
c. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Anak.
14. PENYEBAB AUTISME
Sampai dengan saat ini belum ada ketentuan yang pasti tentang penyebab gangguan autism ini, ada beberapa anggapan sebagai berikut:
a. Teori Psikoanalitik (efrigerator mother).
Autism disebabkan pengasuhan ibu yang tidak hangat (Bruno Bettelheim).
b. Teori berpandangn kognitif (Theory of Mind)
Autis disebabkan ketidak mampuan membaca pikirn orang lain “mindblindness” (Baron-Ohen, Alan Leslie).
Autisme sebagai gejala neurologis.
c. Teori Biologi
Autis disebabkan oleh Faktor genetik
d. Teori Imunologi
Autis disebabkan oleh infeksi virus.
15. BEBERAPA GANGGUAN YANG MENYERTAI AUTISME
a. Gangguan tidur dan makan.
b. Gangguan afek dan mood.
c. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
d. Gangguan kejang (10 – 25 %).
e. Kondisi fisik yang khas (anak autis 2 -7 tahun lebih pendek dibanding anak seusianya).
16. PENGGOLONGAN AUTISME
a. Autism (autisme masa anak-anak).
b. Autisme atipikal atau pervasive develompmental disorder-not Otherwise Specified
c. High Functioning Autism
d. Low Functioning Autism
17. PENANGANAN AUTISME
Autisme adalah gangguan yang tidak bisa disembuhkan (not curable), namun bisa diterapi (treatable). Maksudnya kelainan yang terjadi pada otak tidak bisa diperbaiki namun gejala-gejala yang ada dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga anak tersebut nantinya bisa berbaur dengan anakanak lain secara normal. (Wenar, 1994)
Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
Berat ringannya gejala atau berat ringannya kelainan otak.
Usia, diagnosis dini sangat penting oleh karena semakin muda umur anak saat dimulainya terapi semakin besar kemungkinan untuk berhasil.
Kecerdasan, makin cerdas anak tersebut makin baik prognosisnya
Bicara dan bahasa, 20 % penyandang autis tidak mampu berbicara seumur
Hidup, sedangkan sisanya mempunyai kemampuan bicara dengan kefasihan yang berbeda-beda. Mereka dengan kemampuan bicara yang baik mempunyai
Prognosis yang lebih baik.
Terapi yang intensif dan terpadu.
18. TERAPI YANG TERPADU
Penanganan atau intervensi terapi pada penyandang autisme harus dilakukan dengan intensif dan terpadu. Terapi secara formal sebaiknya dilakukan antara 4-8 jam sehari. Selain itu seluruh keluarga harus terlibat untuk memacu komunikasidengan anak. Penanganan penyandang autisme memerlukan kerjasama tim yangterpadu yang berasal dari berbagai disiplin ilmu antara lain psikiater, psikologneurolog, dokter anak, terapis bicara dan pendidik. Beberapa terapi yang harus dijalankan antara lain:
a. Terapi medikamentosa
b. Terapi psikologis
c. Terapi wicara
d. Fisioterapi




















BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Autisme berasal dari kata “autos” yang berarti segala sesuatu yang mengarah pada diri sendiri. Dalam kamus psikologi umum (1982), autisme berarti preokupasi terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran subyektifnya sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Gejala autisme infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak gejala gangguan perkembangan ini sudah terlihat sejak lahir. Chris Williams dan Barry Wright (2007) mengemukakan beberapa simptom autistik yang mungkin sudah muncul diusia 18 bulan, seperti: tidak melakukan kontak mata, tidak merespon segera jika dipanggil nama, tampak berada “didunianya sendiri”, mengalami hambatan perkembangan bahasanya, kehilangan kemampuan berbahasa, tidak menggunakan bahasa tubuh, tidak memahami sikap tubuh orang lain, tidak bermain pura-pura, lebih tertarik pada bagian-bagian permainan. Autistik (Autistic Disorder) berbeda dengan gangguan Rett (Rett’s Disorder), gangguan disintegatif masa anak (Childhood Disintegrative Disorder) dan gangguan Asperger (Asperger’s Disorder).
Secara detail, menurut DSM IV, kriteria gangguan autistik adalah sebagai berikut:
b. Harus ada total 6 gejala dari (1), (2) dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1) dan masing-masing 1 gejala dari ( 2 ) dan (3) :
1) Kelemahan kwalitatif dalam interaksi sosial, yang termanifestasi dalamsedikitnya 2 dari beberapa gejala berikut ini:
a) Kelemahan dalam penggunaan perilaku nonverbal, seperti kontak mata, ekspresi wajah, sikap tubuh, gerak tangan dalam interaksi sosial.
b) Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
c) Kurangnya kemampuan untuk berbagi perasaan dan empati dengan orang lain.
2) Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik. Kelemahan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada 1 dari gejala berikut ini:
a) Perkembangan bahasa lisan (bicara) terlambat atau sama sekali tidak berkembang dan anak tidak mencari jalan untuk berkomunikasi secara non verbal.
b) Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak digunakan untuk berkomunikasi
c) Sering menggunakan bahasa yang aneh, stereotype dan berulangulang.
d) Kurang mampu bermain imajinatif (make believe play) atau permainan imitasi sosial lainnya sesuai dengan taraf perkembangannya

2. Saran
Dengan mengetahui pengertian Autisme kita bisa mengetahui dengan jelas Tentang Autisme.Sehingga pengetahuan yang kita miliki bisa di manfaatkan dengan bijak.
Sekali lagi dengan senang hati,kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan makalah ini.














DAFTAR PUSTAKA

Safira Triantoro. 2005. Autisme: Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua, Jakarta:Garaha Ilmu.

Attwood Tony. 2005. Sindrom Asperger. Jakarta:Serambi.

William Chris & Barry Wright. 2004. How to Live With Autism and Asperger Syndrome. Jakarta:Dian Rakyat.

Hadis Abdul. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik. Bandung:Alfabeta.

Maulana Mirza. 2007. Anak Autis. Yogyakarta:Kata Hati.

Yayasan Autisma Indonesia. 1998. Pelatihan Tata Laksana Perilaku Pada Penyandang Autisme Masa Kanak. Jakarta.

Simposium Sehari. 1997. Gangguan Perkembangan Pada Anak. Jakarta:Yayasan Autisma Indonesia.

Kaplan Harold & Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri jilid-2. Jakarta: Binarupa Aksara.

Budiman Melly. 1998. Makalah Simposium. Pentingnya Diagnosis Dini dan Penatalaksanaan Terpadu pada Autisme. Surabaya.

Gulo Dali. 1982. Kamus Psikologi. Bandung:Tonis.

Yusuf Elvi Andriani. 2007. Materi Perkuliahan Fakultas Psikologi. Autisme Masa Kanak. Sumatera.

Tracy Vail dan Denise Freeman. 2006. Makalah. Verbal Behaviour Training Manual. The Mariposa School for Autistic Children, North Carolina.

Ginanjar Adriana S. 2007. Disertasi. Memahami Spektrum Autistik Secara Holistik. Jakarta:Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Tidak ada komentar: