Secsio Cesarea
A. Defenisi
Adalah suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi)..(dunn j. Leen obstetrics and gynekology)
B. Etiologi
Ini biasanya dilakukan jika ada gangguan pada salah satu dari tiga faktor yang terlibat dalam proses persalinan yang menyebabkan persalinan tidak dapat berjalan lancar dan bila dibiarkan maka dapat terjadi komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin. 3 faktor tersebut adalah :
• Jalan lahir (passage)
• Janin (passanger)
• Kekuatan yang ada pada ibu (power)
C. Indikasi
Didasarkan atas 3 faktor :
1. Faktor janin.
a. Bayi terlalu besar
Berat bayi 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Dengan perkiraan berat yang sama tetapi pada ibu yang berbeda maka tindakan persalinan yang dilakukan juga berbeda. Misalnya untuk ibu yang mempunyai panggul terlalu sempit, berat janin 3000 gram sudah dianggap besar karena bayi tidak dapat melewati jalan lahir. Selain janin yang besar, berat janin kurang dari 2,5 kg, lahir prematur, dan dismatur, atau pertumbuhan janin terlambat , juga menjadi pertimbangan dilakukan seksiocaesarea.
b. Kelainan letak
- Letak sungsang.
Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong pada persalinan alami diperkirakan 4x lebih besar dibandingkan keadaan normal. Pada bayi aterm, tahapan moulage kepala sangat penting agar kepala berhasil lewat jalan lahir. Pada keadaan ini persalinan pervaginam kurang menguntungkan. Karena ; pertama, persalinan terlambat beberapa menit, akibat penurunan kepala menyesuaikan dengan panggul ibu, padahal hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kedua, persalinan yang dipacu dapat menyebabkan trauma karena penekanan, traksi ataupun kedua-duanya. Misalnya trauma otak, syaraf, tulang belakang, tulang rangka dan viseral abdomen.
- Letak lintang.
Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir, panggul sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plesenta previa, cairan ketuban pecah banyak, kehamilan kembar dan ukuran janin. Keadaan tersebut menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan presentasi tubuh janin di dalam rahim. Bila dibiarkan terlalu lama, mengakibatkan janin kekurangan oksigen dan meyebabkan kerusakan otak janin.
- Gawat janin
Diagnosa gawat janin berdasarkan pada keadaan kekurangan oksigen (hipoksia) yang diketahui dari DJJ yang abnormal, dan adanya mekonium dalam air ketuban. Normalnya, air ketuban pada bayi cukup bulan berwarna putih agak keruh, seperti air cucian beras. Jika tindakan seksio caesarea tidak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan neurologis akibat keadaan asidosis yang progresif.
- Janin abnormal
Misalnya pada keadaan hidrosefalus, kerusakan Rh dan kerusakan genetik.
2. Plasenta
a. Plasenta previa.
Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebahgian dan atau seluruh jalan lahir.
Dalam keadaan ini, plasenta mungkin lahit lebih dahulu dari janin. Hal ni menyebabkan janin kekurangan O2 dan nutrisi yang biasanya diperoleh lewat plasenta. Bila tidak dilakukan SC, dikhawatirkan terjadi perdarahan pada tempat implantasi plasenta sehingga serviks dan SBR menjadi tipis dan mudah robek.
b. Solusio plasenta
Keadaan dimana plasenta lepas lebih cepat dari korpus uteri sebelum janin lahir. SC dilakukan untuk mencegah kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban pada janin. Terlepasnya plasenta ditandai dengan perdarahan yang banyak, baik pervaginam maupun yang menumpuk di dalam rahim.
c. - Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya sisa plasenta di otot rahim. Jika sisa plasenta yang menempel sedikit, maka rahim tidak perlu diangkat, jika banyak perlu dilakukan pengangkatan rahim.
d. Yasa previa
Keadaan dimana adanya pembuluh darah dibawah rahim yang bila dilewati janin dapat menimbulkan perdarahan yang banyak.
3. Kelainan tali pusat.
a. Pelepasan tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan dimana tali pusat berada di depan atau di samping bagian terbawah janin, atau tali pusat telah berada dijalan lahir sebelum bayi, dan keadaan bertambah buruk bila tali pusat tertekan.
b. Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin akan berbahaya jika kondisi tali pusat terjepit atau terpelintir sehinggga aliran oksigen dan nutrisi ketubuh janin tidak lancar. Lilitan tali pusat mengganggu turunnya kepala janin yang sudah waktunya dilahirkan.
c. Bayi kembar
Kelahiran kembar mempunyai resiko terjadinya komplikasi yang lebih tinggi misalnya terjadi preeklamsia pada ibu hamil yang stress, cairan ketuban yang berlebihan.
4. Faktor ibu
a. Usia
Ibu ynag melahirkan untuk pertama kalinya diatas 35th, memiliki resiko melahirkan dengan seksiocaesarea karena pada usia tersebut ibu memiliki penyakit beresiko seperti hipertensi, jantung, DM, dan preeklamsia.
b. Cephalopevic disspiroprion.
Ukuran panggul yang sempit dan tidak proporsional dengan ukuran janin menimbulkan kesulitan dalam persalinan pervaginam. Panggul sempit lebih sering pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau lebih, PAP dianggap sempit bila konjunctiva vera kurang dari 10 cm atau diameter transversal <12>6 minggu solusio plasenta, dan emboli air ketuban.
Retensio plasenta atau plasenta rest, :gangguan pelepasan plasenta menimbulakan perdarahan dari tempat implantasi palsenta
c. Infeksi
Setiap tindakan operasi vaginal selalu diikuti oleh kontaminasi bakteri, sehingga menimbulkan infeksi. Infeksi makin meningkat apabila didahului oleh :
Keadaan umum yang kurang baik: anemia saat hamil, sudah terdapat manipulasi intra-uterin, sudah terdapat infeksi.
Perluakaan operasi yang menjadi jalan masuk bakteri.Terdapat retensio plasenta
Pelaksanaan operasi persalinan yang kurang legeartis.
d. Trauma tindakan operasi persalinan .
Operasi merupakan tindakan paksa pertolongan persalinan sehingga menimbulkan trauma jalan lahir. Trauma operasi persalinan dijabarkan sebagai berikut :
- Perluasan luka episiotomi
- Perlukaan pada vagian
- Perlukaan pada serviks
- Perlukaan pada forniks-kolfoporeksis
- Terjadi ruptura uteri lengkap atau tidak lengkap
- Terjadi fistula dan ingkontinensia
5. Komplikasi pada janin
Terjadi ”trias komplikasi” bayi dalam bentuk : asfiksia, trauma tindakan, dan infeksi.
a. Asfiksia
- Tekanan langsung pada kepala yang mengakibatkan penekanan pusat-pusat vital pada medula oblongata
- Aspirasi oleh air ketuban, mekonium,dan cairan lambung
- Perdarahan atau edema jaringan saraf pusat.
b. Trauma langsung pada bayi
- Fraktura ekstremitas
- Dislokasi persendian
- Ruptur alat-alat vital :hati, lien dan robekan pada usus.
- Fraktur tulang kepala
- Perdarahan atau trauma jaringan otak
- Trauma langsung pada mata, telinga, hidung, dan lainnya.
c. Infeksi. Dapat terjadi infeksi ringan sampai sepsis yang dapat menyebabkan kematian.
Asuhan keperawatan pada klien post natal dengan SC
A. Pengkajian
1. Identitas klien : nama, umur, tempat/tangal lahir, alamat, pekerjaan.
2. Riwayat kesehatan sekarang
- Nyeri bekas insisi
- Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah karena anestesi spinal dan epidural
- Ketidaknyamanan atau distensi abdomen dan kandung kemih
- Mulut terasa kering
- Perasaan penuh pada abdomen
- Kesulitan BAB
- Nyeri/ sakit kepala dan kelemahan
- Klien merasa cemas, gelisah, gembira atau ekspresi lainnya.
3. Riwayat kesehatan dahulu
- Riwayat pada saluran urogenital
- Riwayat SC klasik
- Riwayat obstetri yang jelek
- Riwayat pre-eklamsia dan eklamsia selama kehamilan dan kehamilan sebelumnya
- Riwayat tumor jalan lahir
- Riwayat stenosis serviks / vagina pada post partum terdahulu
- Riwayat primigravida tua
4. Riwayat kesehatan keluarga
- Riwayat DM
- Riwayat penyakit menular dalam keluarga
5. Riwayat menstruasi
- Siklus menstruasi
- Lama menstruasi
- Gangguan menstruasi seperti dismenorhea, hipermenorhea dll
- Umur menarche
6. Riwayat perkawinan
- Riwayat menikah
- Riwayat waktu pertama kali mendapat keturunan
7. Riwayat keluarga berencana
- Alat kb yang digunakan
- Lama & waktu penggunaan
- Efek yang dirasakan
-
B. Pemeriksaan fisik:
1. Tanda-tanda vital :tekanan darah, suhu, pernafasan dan nadi.
Keadaan umum. Kesadaran : composmentis
- Klien terlihat cemas dan gelisah dan tidak mampu mempertahankan kontak mata, Bibir/ mulut kering
Sirkulasi : Kehilangan darah selama pembedahan sekitar 600-800 ml.
Reproduksi : Fundus mengalami kontraksi yang terdapat di umbilikalis, Aliran lochea sedang, bekas bekuan belebihan/ banyak.
Pernafasan : Bunyi paru jelas dan vesikuler
Eliminasi : Terpasang kateter urinarius redweling, urin jernih.
Abdomen : Tidak terdapat distensi, ukur jumlah bising usus.
Neurosensori : Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah pengaruh anestesi spinal dan epidural
Keamanan : Balutan abdomen bersih atau bisa tampak sedikit noda .
2. Pemeriksaan diagnostik:
a. Hitung darah lengkap, Hb, Ht.
b. Urinalisis :kultur urin, darah, vagina, lochea.
C. Diagnosa keperawatan
a. Ketidaknyamanan : nyeri b.d trauma pembedahan, afek anestasi, efek hormonal, distensi kandung kemih / abdomen.
b. Resiko infeksi b.d prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen.
c. Resiko cidera b.d kehilangan darah berlebihan, trauma jaringan, perlambatan mobilisasi, gastrik, efek anastesi,.
d. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman konsep diri, kbutuhan tak terpenuhi.
e. Perubahan eliminasi urin b.d trauma urogenotal, efek-efek hormonal, efek enestasi
f. Konstipasi b.d penurunan tonus otot, motilitas usus, nyeri perineal dan rektal.
g. Perubahan proses keluarga b.d penambahan jumlah anggota keluarga
h. Harga diri rendah b.d merasa gagal dalam peristiwa kehidupan.
D. Intervensi keperawtan
1. Dx. 1 Ketidaknyamanan: nyeri b.d trauma pembedahan, efek anestesi, efek hormonal, distensi kandung kemih/abdomen.
Tujuannya : mengurangi nyeri yang dirasakan pasien dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan penurunan rentang nyeri
b. Tampak rileks, mampu tidur/ istirahat dengan baik.
c. Ttv dalam batas normal
Intervensi mandiri dan Rasional
a. Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan. Perhatikan isyarat verbal&nonverbalRas : Membedakan karakteristik pasca operasi dan terjadinya komplikasi
b. Evaluasi tekanan darah dan nadi
Ras : Nyeri dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi
c. 3.Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya nyeri penyerta
Ras : Selama 12 jam pp, kontraksi uterus kuat dan teratur dan berlanjut sampai 2-3 hari, meskipun frekuensi dan intensitasnya menurun secara bertahap. Nyeri penyerta akibat over kontraksi uterus, menyusui.
d. Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya dan berikan masase pungungRas : Merilekskan dan mengalihkan perhatian ari sensasi nyeri
e. Palpasi kandung kemih
Ras : Overdistensi kandung kemih dapat menimbulkan ketidaknyamanan.
f. Anjurkan posisi berbaring datar
Ras : Merinagnkan gejala sakit kepala akibat peningkatan tekanan css
Intervensi kolaborasi
g. Beri analgesik setiap 3-4 jam, berikan obat 48-60 menit sebelum menyusuiRas : Meningkatkan kenyamanan
h. Tinjau ulang penggunaan analgetik terkontrol dan sesuai indikasi
Ras : Analgetik yang terkontrol dapt menghilangkan nyeri dengan cepat dan tanpa efek samping
2. Dx 2. Resiko infeksi b.d prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen.
Tujuan :
a. infeksi tidak terjadi pada ibu
b. pencapaian tepat waktu pada pemulihan luka tanpa komplikasi
Intervensi mandiri
Rasional
a. Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah ketuban.
Ras : Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Resiko korioamnionitis meningkat dengan berjalannya waktu, sehingga meningkatkan resiko infeksi ibu dan janin.
b. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya: peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina).
Ras : Pecah ketuban terjadi 24jam sebelum pembedahan dapat menyebabkan amnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka.
c. Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah.
Ras : Menurunkan resiko infeksi asenden.
Intervensi kolaborasi
d. Lakukan persiapan kulit pra operatif, scrub sesuai protokol.
Ras : Menurunkan resiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan resiko infeksi pasca operrasi.
e. Dapatka kultur darah, vagina, plasenta sesuai indikasi.
Ras : Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.
Jumat, 23 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar