METABOLISME KARBOHIDRAT
Metabolisme adalah jumlah reaksi-reaksi yang dikatalisis enzim dalam suatu organisme hidup yang merupakan aktivitas yang dinamis dan terorganisasi. Reaksi-reaksi ini terorganisasi dlm suatu lintasan (pathway); masing-masing lintasan terdiri dari bbrp reaksi yang berurutan (produk dari satu reaksi = substrat bagi reaksi berikutnya).
Ada dua lintasan biokimia:
Anabolisme (lintasan biosintetik): molekul besar dan kompleks disintesis dari prekursor yang lebih kecil.
Katabolisme (lintasan degradasi): mol. besar dan kompleks didegradasi menjadi molekul kecil dan biasanya dengan melepas energi (ATP). Energi ini digunakan untuk reaksi anabolik.
Katabolisme terdiri dari 4 tahap :
Mol. nutrien utama (protein, lemak, polisakarida) dipecah menjadi molekul kecil (building block), melalui proses pencernaan (digestion).
Building block dari tahap I (asam amino, asam lemak, monosakarida) dikonversi menjadi asetilKoA.
Gugus asetil dari asetil-KoA masuk ke dalam Siklus Asam Sitrat dan dioksidasi menjadi CO2; atom hidrogen yang kaya energi ditransfer ke NAD+ dan FADH2 (menjadi NADH dan FADH2).
Sejumlah energi (ATP) dilepas ketika NADH dan FADH2 dioksidasi melalui sistem transfer elektron (rantai pernafasan).
Anabolisme (Lintasan biosintetik)
Molekul besar dan kompleks (makro-nutrien) disintesis dari molekul prekursor yang lebih kecil (building block)Mis: asam amino ® proteinasam lemak ® lemak glukosa ® glikogen
Dalam anabolisme diperlukan sejumlah energi bebas
GLIKOLISIS
Glikolisis adalah pemecahan satu molekul glukosa (6C), melalui sederetan reaksi enzimatik, menjadi 2 molekul senyawa piruvat (3C).
Glikolisis bersifat universal, terdapat baik pada mikro-organisme maupun pada organisme tk tinggi. Perbedaan antar spesies hanyalah pada regulasi dan metabolisme lanjut dari asam piruvat yang terbentuk.
Glikolisis terdiri dari 2 fase:
Fase preparasi (preparatory phase), yaitu fosforilasi glukosa dan konversinya menjadi gliseraldehid 3-fosfat.
Fase pembayaran (payoff phase), yaitu konversi oksidatif gliseraldehid 3-P menjadi piruvat disertai pembentukan ATP dan NADH.
Reaksi netto glikolisis
Glukosa + 2NAD+ + 2ADP + 2Pi ———-> 2Piruvat + 2NADH + 2H+ + 2ATP + 2H2O
Enzim yang terlibat dalam glikolisis
Preparatory phase:
Heksokinase
Fosfoheksoisomerase
Fosfofruktokinase
Aldolase
Triosafosfat isomerase
Payoff phase:
Gliseraldehid3-P dehidrogenase
Fosfogliserat kinase
Fosfogliserat kinase
Enolase
Piruvat kinase
Metabolisme piruvat
Piruvat yang terbentuk pada glikolisis dapat mengalami metabolisme lanjut, melalui salah satu dari 3 rute berikut:
Pada kondisi aerobik: Piruvat dioksidasi menghasilkan 2 mol. asetilKoA dan kehilangan 2 mol. CO2. AsetilKoA lalu dioksidasi melalui siklus asam sitrat dan rantai pernafasan (pada sel hati).
Pada kondisi anaerobik (hipoksia): Piruvat direduksi menjadi asam laktat (pada otot dan bbrp mikro organisme)
Pada kondisi anaerobik: Piruvat diubah menjadi alkohol (etanol) melalui proses fermentasi alkohol (pada sel ragi).
SIKLUS ASAM SITRAT (TCA CYCLE)
Siklus asam sitrat merupakan suatu rangkaian reaksi biokimia dalam organisme aerobik untuk memperoleh energi (ATP) yang tersimpan dalam asetilKoA.
AsetilKoA adalah produk reaksi katabolik dari karbohidrat, lipid dan asam amino.
Siklus asam sitrat terjadi dalam mitokondria.
Piruvat (dari glikolisis) diubah menjadi asetil-KoA oleh enzim kompleks piruvat dehidrogenase
Entri karbohidrat lain ke dalam Siklus Asam Sitrat :
Karbohidrat lain, seperti glikogen, fruktosa, maltosa, laktosa dll. dapat masuk ke dalam siklus asam sitrat setelah diubah menjadi salah satu intermediaet dari rangkaian glikolisis.
Regulasi aliran metabolit dari piruvat melalui siklus asam sitrat(TCA)
Kompleks piruvat dehidrogenase dihambat secara allosterik jika rasio [ATP]/[ADP], [NADH]/[NAD+] dan [Asetil-KoA/ KoA] tinggi. Jika rasio di atas rendah maka terjadi aktivitas allosterik dari oksidasi piruvat.
Kecepatan aliran dari siklus asam sitrat dapat dibatasi oleh ketersediaan (availability) dari substrat sitrat sintetase (oksaloasetat, asetil-KoA atau NAD+) yang selanjutnya dapat menghambat tahap oksidasi yang tergantung pada NAD.
Inhibisi umpan balik oleh suksinil-KoA, sitrat, dan ATP juga memperlambat siklus dg menginhibisi step awal.
Dalam jaringan otot, Ca2+ pemberi signal kontraksi, menstimulasi metabolisme penghasil energi untuk mengganti ATP yang dipakai waktu kontraksi.
FOSFORILASI OKSIDATIF
Fosforilasi oksidatif merupakan kulminasi dari metabolisme penghasil energi dalam organisme aerobik.
Dalam sel eukariot, fosforilasi oksidatif terjadi dalam mitokondria; fotofosforilasi oksidatif terjadi dalam kloroplas.
Fosforilasi oksidatif meliputi reduksi O2 menjadi H2O dg elektron dari NADH dan FADH2; dapat terjadi dlm keadaan terang maupun gelap.
Fotofosforilasi melibatkan oksidasi H2O menjadi O2 dengan NADP+sebagai akseptor elektron; tergantung dari adanya cahaya.
LINTASAN PENTOSA FOSFAT
Lintasan pentosa fosfat (LPF) merupakan suatu alternatif dari katabolisme glukosa untuk menghasilkan NADPH ( pembawa energi kimia dlm bentuk reducing power) dan ribosa (konstituen nukleotida dalam asam nukleat).
LPF ini terjadi terutama pada jaringan yang aktif dalam sintesis asam lemak dan steroid (kelenjar mammae, adrenal cortex, hati dan jaringan adiposa), juga dalam sel yang berisiko tinggi terhadap kerusakan oksidatif (sel darah merah).
Ada 2 jenis reaksi dalam Lintasan Pentosa Fosfat:
Reaksi oksidatif: konversi glukosa menjadi ribulosa 5-P
Reaksi nonoksidasi: pembentukan ribosa 5-P atau xilulosa 5-P.
Pada sel tumbuhan Lintasan pentosa fosfat ini terlibat dalam sintesis glukosa dalam reaksi gelap (dark reaction) pada foto-sintesis.
GLUKONEOGENESIS
Glukoneogenesis adalah pembentukan mol. glukosa baru dari prekursor nonkarbohidrat (asam laktat, bbrp asam amino, gliserol).
Terjadi terutama dalam sel hati.
Biosintesis glukosa ini sangat penting bagi mamalia sebab merupakan satu-satunya sumber bahan bakar (fuel) bagi beberapa jaringan (otak, sistem syaraf, eritrosit, testes dan jaringan embrio).
Jika glikogen hati kurang, glukoneogenesis menyediakan glukosa yang cukup bagi tubuh.
Glukoneogenesis tidak seluruhnya merupakan kebalikan dari glikolisis karena ada beberapa reaksi yang irreversibel
Siklus Cori
Otot yang sangat aktif (waktu olah raga) meng-gunakan glikogen sebagai sumber energi, menghasilkan laktat melalui glikolisis anaerobik.
Pada waktu istirahat (recovery), laktat ini dibawa ke hati dan digunakan untuk pembentukan glukosa melalui glukoneogenesis.
Glukosa ini dilepas ke dalam darah dan ditranspor ke otot untuk digunakan dalam pembentukan kembali glikogen.
Rangkaian (glukosa ® laktat ® glukosa) dinamakan siklus Cori (Cori cycle).
GLIKOGENOLISIS DAN GLIKOGENESIS
Glikogenolisis (degradasi glikogen) adalah pemecahan glikogen menjadi glukosa 6,P dengan bantuan enzim glikogen fosforilase dan debranching enzyme.
Glikogenesis (sintesis glikogen dari glukosa) terjadi setelah makan (kadar glukosa darah tinggi)
Sebagai titik awal adalah UTP-glukosa
Selasa, 19 Mei 2009
Pedoman menu gizi seimbang
PEDOMAN MENU
GIZI SEIMBANG
Ilmu Gizi =Ilmu yang mempelajari cara memberikan makanan yang sebaik-baiknya agar tubuh selalu dalam keadaan optimal.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan ;
-Kemampuan mencerna makanan
-Umur
-Jenis kelamin
-Aktifitas
-Kondisi lain ;ex; sakit,hamil,menyusui
5 kelompok zat gizi yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup ;
-KH
-Protein
-Lemak
-Vitamin
-Mineral
Menu gizi seimbang
Susunan makanan yang didapat dari anekaragam bahan makanan yang selalu mengarah pada 4 sehat 5 sempurna.
Logo gizi seimbang
Berbentuk kerucut dan dipopulerkan dengan istilah”Triguna makanan”
Adapun 13 pesan dasar gizi seimbang
1.Makanlah anekaragam makanan
2.Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
3.Makanlah KH setengah dari kebutuhan energi
4.Batasi konsumsi lemak sampai serempat dari kecukupan gizi
5.Gunakan garam beryodium
6.Makanan sumber zat gizi
7.Berikan ASI saja sampai bayi umur 4 bulan
8.Biasakan makan pagi
9.Minumlah air bersih & cukup jumlahnya
10.Olahraga teratur
11.Hindari minuman berakohol
12.Makan makanan yang aman bagi kesehatan
13.Bacalah label pada makanan yang dikemas
Gizi tepat saat hamil
Kebutuhan gizi
-kalori
-protein
-lemak
-karbohidrat
-vitamin & mineral
Dampak kurang gizi
Kekurangan asupan gizi pada trimester 1 dikaitkan dengan tingginya kejadian bayi premature,kematian janin, dan kelainan pada system saraf pusat bayi.Sedangkan kekurangan energi terjadi trimester II dan III menghambat pertumbuhan janin / tak berkembang sesuai usia kehamilannya.Kekurangan asam folat juga dapat menyebabkan anemia, selain kelainan bawaan pada bayi ,dan ke
GIZI SEIMBANG
Ilmu Gizi =Ilmu yang mempelajari cara memberikan makanan yang sebaik-baiknya agar tubuh selalu dalam keadaan optimal.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan ;
-Kemampuan mencerna makanan
-Umur
-Jenis kelamin
-Aktifitas
-Kondisi lain ;ex; sakit,hamil,menyusui
5 kelompok zat gizi yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup ;
-KH
-Protein
-Lemak
-Vitamin
-Mineral
Menu gizi seimbang
Susunan makanan yang didapat dari anekaragam bahan makanan yang selalu mengarah pada 4 sehat 5 sempurna.
Logo gizi seimbang
Berbentuk kerucut dan dipopulerkan dengan istilah”Triguna makanan”
Adapun 13 pesan dasar gizi seimbang
1.Makanlah anekaragam makanan
2.Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
3.Makanlah KH setengah dari kebutuhan energi
4.Batasi konsumsi lemak sampai serempat dari kecukupan gizi
5.Gunakan garam beryodium
6.Makanan sumber zat gizi
7.Berikan ASI saja sampai bayi umur 4 bulan
8.Biasakan makan pagi
9.Minumlah air bersih & cukup jumlahnya
10.Olahraga teratur
11.Hindari minuman berakohol
12.Makan makanan yang aman bagi kesehatan
13.Bacalah label pada makanan yang dikemas
Gizi tepat saat hamil
Kebutuhan gizi
-kalori
-protein
-lemak
-karbohidrat
-vitamin & mineral
Dampak kurang gizi
Kekurangan asupan gizi pada trimester 1 dikaitkan dengan tingginya kejadian bayi premature,kematian janin, dan kelainan pada system saraf pusat bayi.Sedangkan kekurangan energi terjadi trimester II dan III menghambat pertumbuhan janin / tak berkembang sesuai usia kehamilannya.Kekurangan asam folat juga dapat menyebabkan anemia, selain kelainan bawaan pada bayi ,dan ke
Minggu, 17 Mei 2009
tips untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI
Beberapa tips untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI
1. Sejak kehamilan menginjak bulan ketujuh sebaiknya rajin mengompres payudara dengan air hangat setiap hari mandi pagi dan sore masing-masing 10 menit untuk satu payudara. Setelah melahirkan gunakan kompres hangat- dingin bergantian.
2. Banyak minum dan mengkonsumsi cairan. Jangan lupa mengkonsumsi susu.
3. Memakai saputangan handuk yang diletakkan diantara bra dan payudara. Usahakan untuk selalu memakai baju berlengan.
4. minum kaldu ayam : 1/2 kg ayam + 1/4 kg jahe (dimemarkan), 4 batang lengkuas (dimemarkan), 1 buah jeruk nipis (ambil airnya), 1 liter air ,garam secukupnya. seluruhnya direbus sampai kira2 10 menit mendidih. diminum sebelum dan sesudah menyusui. hal ini dilakukan setiap harinya minimal selama pemberian asi ekslusif.
5. makan makanan yang bergizi. hindari terlambat makan.
6. mengkonsumsi sayur daun katuk dan kacang-kacangan.
7.istirahat cukup.jaga kestabilan emosi. usahakan selalu ceria, berpikiran positif dan menjaga Semangat Menyusui
1. Sejak kehamilan menginjak bulan ketujuh sebaiknya rajin mengompres payudara dengan air hangat setiap hari mandi pagi dan sore masing-masing 10 menit untuk satu payudara. Setelah melahirkan gunakan kompres hangat- dingin bergantian.
2. Banyak minum dan mengkonsumsi cairan. Jangan lupa mengkonsumsi susu.
3. Memakai saputangan handuk yang diletakkan diantara bra dan payudara. Usahakan untuk selalu memakai baju berlengan.
4. minum kaldu ayam : 1/2 kg ayam + 1/4 kg jahe (dimemarkan), 4 batang lengkuas (dimemarkan), 1 buah jeruk nipis (ambil airnya), 1 liter air ,garam secukupnya. seluruhnya direbus sampai kira2 10 menit mendidih. diminum sebelum dan sesudah menyusui. hal ini dilakukan setiap harinya minimal selama pemberian asi ekslusif.
5. makan makanan yang bergizi. hindari terlambat makan.
6. mengkonsumsi sayur daun katuk dan kacang-kacangan.
7.istirahat cukup.jaga kestabilan emosi. usahakan selalu ceria, berpikiran positif dan menjaga Semangat Menyusui
folat mencegah cacat bawaan pada bayi
Dapatkah Folat Membantu Mencegah Terjadinya Cacat Bawaan Pada Bayi?
Folat adalah salah satu jenis vitamin B Kekurangan folat secara umum adalah terjadinya megaloblastik anemia, yaitu sel darah membesar akan tetapi tidak dapat mengikat oksigen, sehingga penderita mudah merasa letih, lemas dan lesu. Kebutuhan folat terutama meningkat pada saat kehamilan. Kekurangan folat dapat menyebabkan cacat bawaan pada bayi yang dilahirkan seperti rongga mulut/ bibir sumbing, berat bayi lahir rendah, keguguran, sindroma down’s, neural tube defects (NTD).
NTD adalah cacat bawaan pada syaraf sumsum tulang belakang dimana pembuluh syarah tidak dapat menutup dengan sempurna. Proses ini biasanya terjadi pada sekitar hari ke 28 setelah pembuahan. Beberapa jenis NTD adalah:
spina bifida: tulang belakang tidak menutup
Anencepahly: tidak ada kubah tengkorak atau otak yang amat menyusut dan melekat pada dasar tengkorak (90% dari kasus NTD)
Encephalocele: radang otak (10% dari kasus NTD)
Penderita NTD yang dapat hidup harus menanggung akibat dari NTD sepanjang hidupnya, antara lain kelumpuhan, tidak dapat mengontrol keluarnya air seni, dan gangguan kemampuan belajar.
NTD dapat terjadi karena genetik atau faktor lingkungan. Hubungan antara NTD dan folat pertama kali dikemukakan 30 tahun yang lalu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah banyak dilakukan, diperkirakan bahwa sekitar 50 – 70% kasus NTD daoat dicegah bila ibu mengkonsumsi asam folar sebelum kehamilan hingga 4 minggu pertama kehamilan.
Berdasarkan hasil penelitian dibuatlah saran mengenai jumlah asam folat yang haris dikonsumsi setiap hari untuk mengurangi terjadinya kasus NTD, yaitu:
Untuk wanita usia subur secara umum disarankan untuk mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 ?g (mikrogram) setiap hari. Hal ini disebabkan karena 95% anak-anak yang dilahirkan dengan kasus NTD berasal dari ibu yang tidak memiliki riwayat NTD atau belum pernah melahirkan bayi dengan kasus BTD sebelumnya.
Untuk wanita yang pernah melahirkan bayi dengan kasus NTD diharuskan untuk mengkonsumsi tambahan asam folat 400 ?g setiap hari. Apabila mereka sedang merencanakan kehamilan maka konsumsi asam folatnya harus ditambah hingga 4000 ?g (4 mg) per hari. Hal ini berguna untuk mencegah terulangnya kasus NTD pada bayi yang dilahirkan nanti. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terulangnya kasus NTD jauh lebih rendah pada wanita yang memperoleh asupan tambahan asam folat. Penelitian yang dilakukan oleh British Medical Research Council (MRC) menunjukkan bahwa terulangnya kasus NTD pada kelompok yang mendapat tambahan asam folat adalah 72% lebih rendah bila dibandingkan kelompok yang tidak menerima tambahan asam folat.Konsumsi asam folat sesuai jumlah yang disarankan dapat dicapai dengan beberapacara, yaitu melalui konsumsi makanan sehari-hari, mengkonsumsi tablet tambahan asam folat atau mengkonsumsi makanan yang diperkaya/ ditambahkan asam folat.
Konsumsi makanan sehari-hari
Makanan submer folat antara lain adalah kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran hijau dan yang paling tinggi kandungan folatnya adalah hati sapi. Akan tetapi secara rata-rata kandungan folat didalam makanan termasuk rendah makan untuk mencapai jumlah yang disarankan diperlukan konsumsi yang cukup banyak. Disamping itu, folat alami pada bahan makanan umumnya tidak stabil dan mudah rusak karena pemanasan/ pemasakan atau penyimpanan yang terlalu lama. Dengan demikian, konsumsi makanan sehari-hari sulit diandalkan untuk menurunkan terjadinya NTD secara umum.
Mengkonsumsi tablet tambahan (suplemen) asam folat
Keuntungan dari suplemen asam folat antara lain adalah dapat ditargetkan khusus untuk wanita usia subur, wanita hamil, atau wanita yang sedang merencanakan kehamilan dengan jumlah asam folat yang tepat sesuai dengan yang disarankan. Akan tetapi tidak banyak wanita yang mengkonsumsi suplemen asam folat karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran untuk mengkonsumsinya secara teratur. Suatu survey pada tahun 1999 menunjukkan bahwa walaupun banyak wanita hamil yang mengetahui bahwa folat dapat mengurangi resiko terjadinya NTD pada bayi yang dilahirkan, hanya sedikit diantara mereka yang mengkonsumsi suplemen folat sebelum hingga bulan pertama kehamilan.
Masalah lainnya adalah kenyataan bahwa 50% kehamilan di banyak negara biasanya tidak direncanakan. Dengan demikian, kehamilan umumnya baru diketahui setelah bulan-bulan pertama kehamilan yang merupakan masa yang penting untuk pembentukan otak dan syaraf sumsum tulang belakang.
Makanan yang diperkaya/ ditambahkan asam folat
Penambahan asam folat pada makanan merupakan kebijakan beberapa negara untuk menurunkan terjadinya kasus NTD. Makanan yang biasanya ditambahkan asam folat adalah makanan pokok (roti, sereal), tepung terigu/ gandum atau susu. Akan tetapi karena makanan-makanan ini dikonsumsi oleh masyarakat secara umum maka banyaknya asam folat yang ditambahkan pada makanan pokok atau tepung biasanya sangat terbatas. Di Amerika dan Kanada banyaknya asam folat yang ditambahkan pada tepung terigu/ gandum dapat meningkatkan asupan asam folat sebanyak 80-100 ?g per hari pada wanita usia subur yang menjadi target utama, akan etapi tidak menyebabkan kelebihan asam folat pada masyarakat umum lainnya.
Penambahan asam folat pada susu yang ditargetkan secara khusus untuk wanita yang sedang hamil atau merencanakan kehamilan dapat diberikan dalam jumlah yang sesuai dengan yang disarankan. Sehingga apabila dikonsumsi secara teratur sesuai saran penyajian dapat memenuhi kebutuhan asam folat sehari-hari yaitu sebesar 400 g.
Sebagai kesimpulan,
Asam folat yang dikonsumsi pada awal kehamilan dapat mengurangi resiko terjadinya NTD
Asam folat dapat membantu mencegah terjadinya cacat bawaan lainnya
Wanita yang sedang merencanakan kehamilan harus mengkonsumsi 400 g asam folat dalam sehari melalui suplemen atau makanan yang telah diperkaya/ ditambahkan asam folat.
Folat adalah salah satu jenis vitamin B Kekurangan folat secara umum adalah terjadinya megaloblastik anemia, yaitu sel darah membesar akan tetapi tidak dapat mengikat oksigen, sehingga penderita mudah merasa letih, lemas dan lesu. Kebutuhan folat terutama meningkat pada saat kehamilan. Kekurangan folat dapat menyebabkan cacat bawaan pada bayi yang dilahirkan seperti rongga mulut/ bibir sumbing, berat bayi lahir rendah, keguguran, sindroma down’s, neural tube defects (NTD).
NTD adalah cacat bawaan pada syaraf sumsum tulang belakang dimana pembuluh syarah tidak dapat menutup dengan sempurna. Proses ini biasanya terjadi pada sekitar hari ke 28 setelah pembuahan. Beberapa jenis NTD adalah:
spina bifida: tulang belakang tidak menutup
Anencepahly: tidak ada kubah tengkorak atau otak yang amat menyusut dan melekat pada dasar tengkorak (90% dari kasus NTD)
Encephalocele: radang otak (10% dari kasus NTD)
Penderita NTD yang dapat hidup harus menanggung akibat dari NTD sepanjang hidupnya, antara lain kelumpuhan, tidak dapat mengontrol keluarnya air seni, dan gangguan kemampuan belajar.
NTD dapat terjadi karena genetik atau faktor lingkungan. Hubungan antara NTD dan folat pertama kali dikemukakan 30 tahun yang lalu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah banyak dilakukan, diperkirakan bahwa sekitar 50 – 70% kasus NTD daoat dicegah bila ibu mengkonsumsi asam folar sebelum kehamilan hingga 4 minggu pertama kehamilan.
Berdasarkan hasil penelitian dibuatlah saran mengenai jumlah asam folat yang haris dikonsumsi setiap hari untuk mengurangi terjadinya kasus NTD, yaitu:
Untuk wanita usia subur secara umum disarankan untuk mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 ?g (mikrogram) setiap hari. Hal ini disebabkan karena 95% anak-anak yang dilahirkan dengan kasus NTD berasal dari ibu yang tidak memiliki riwayat NTD atau belum pernah melahirkan bayi dengan kasus BTD sebelumnya.
Untuk wanita yang pernah melahirkan bayi dengan kasus NTD diharuskan untuk mengkonsumsi tambahan asam folat 400 ?g setiap hari. Apabila mereka sedang merencanakan kehamilan maka konsumsi asam folatnya harus ditambah hingga 4000 ?g (4 mg) per hari. Hal ini berguna untuk mencegah terulangnya kasus NTD pada bayi yang dilahirkan nanti. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terulangnya kasus NTD jauh lebih rendah pada wanita yang memperoleh asupan tambahan asam folat. Penelitian yang dilakukan oleh British Medical Research Council (MRC) menunjukkan bahwa terulangnya kasus NTD pada kelompok yang mendapat tambahan asam folat adalah 72% lebih rendah bila dibandingkan kelompok yang tidak menerima tambahan asam folat.Konsumsi asam folat sesuai jumlah yang disarankan dapat dicapai dengan beberapacara, yaitu melalui konsumsi makanan sehari-hari, mengkonsumsi tablet tambahan asam folat atau mengkonsumsi makanan yang diperkaya/ ditambahkan asam folat.
Konsumsi makanan sehari-hari
Makanan submer folat antara lain adalah kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran hijau dan yang paling tinggi kandungan folatnya adalah hati sapi. Akan tetapi secara rata-rata kandungan folat didalam makanan termasuk rendah makan untuk mencapai jumlah yang disarankan diperlukan konsumsi yang cukup banyak. Disamping itu, folat alami pada bahan makanan umumnya tidak stabil dan mudah rusak karena pemanasan/ pemasakan atau penyimpanan yang terlalu lama. Dengan demikian, konsumsi makanan sehari-hari sulit diandalkan untuk menurunkan terjadinya NTD secara umum.
Mengkonsumsi tablet tambahan (suplemen) asam folat
Keuntungan dari suplemen asam folat antara lain adalah dapat ditargetkan khusus untuk wanita usia subur, wanita hamil, atau wanita yang sedang merencanakan kehamilan dengan jumlah asam folat yang tepat sesuai dengan yang disarankan. Akan tetapi tidak banyak wanita yang mengkonsumsi suplemen asam folat karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran untuk mengkonsumsinya secara teratur. Suatu survey pada tahun 1999 menunjukkan bahwa walaupun banyak wanita hamil yang mengetahui bahwa folat dapat mengurangi resiko terjadinya NTD pada bayi yang dilahirkan, hanya sedikit diantara mereka yang mengkonsumsi suplemen folat sebelum hingga bulan pertama kehamilan.
Masalah lainnya adalah kenyataan bahwa 50% kehamilan di banyak negara biasanya tidak direncanakan. Dengan demikian, kehamilan umumnya baru diketahui setelah bulan-bulan pertama kehamilan yang merupakan masa yang penting untuk pembentukan otak dan syaraf sumsum tulang belakang.
Makanan yang diperkaya/ ditambahkan asam folat
Penambahan asam folat pada makanan merupakan kebijakan beberapa negara untuk menurunkan terjadinya kasus NTD. Makanan yang biasanya ditambahkan asam folat adalah makanan pokok (roti, sereal), tepung terigu/ gandum atau susu. Akan tetapi karena makanan-makanan ini dikonsumsi oleh masyarakat secara umum maka banyaknya asam folat yang ditambahkan pada makanan pokok atau tepung biasanya sangat terbatas. Di Amerika dan Kanada banyaknya asam folat yang ditambahkan pada tepung terigu/ gandum dapat meningkatkan asupan asam folat sebanyak 80-100 ?g per hari pada wanita usia subur yang menjadi target utama, akan etapi tidak menyebabkan kelebihan asam folat pada masyarakat umum lainnya.
Penambahan asam folat pada susu yang ditargetkan secara khusus untuk wanita yang sedang hamil atau merencanakan kehamilan dapat diberikan dalam jumlah yang sesuai dengan yang disarankan. Sehingga apabila dikonsumsi secara teratur sesuai saran penyajian dapat memenuhi kebutuhan asam folat sehari-hari yaitu sebesar 400 g.
Sebagai kesimpulan,
Asam folat yang dikonsumsi pada awal kehamilan dapat mengurangi resiko terjadinya NTD
Asam folat dapat membantu mencegah terjadinya cacat bawaan lainnya
Wanita yang sedang merencanakan kehamilan harus mengkonsumsi 400 g asam folat dalam sehari melalui suplemen atau makanan yang telah diperkaya/ ditambahkan asam folat.
Gizi makro
PROGRAM PERBAIKAN GIZI MAKRO
RINGKASAN
Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi dapat terjadi dari beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi.
Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah.
Program perbaikan gizi makro diarahkan untuk menurunkan masalah gizi makro yang utamanya mengatasi masalah kurang energi protein terutama di daerah miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan dengan meningkatkan keadaan gizi keluarga, meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di posyandu, dan meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita gizi buruk.
Strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi makro adalah melalui pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi, pemberdayaan masyarakat di bidang gizi, pemberdayaan petugas dan subsidi langsung berupa dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan pada balita gizi buruk dan ibu hamil KEK.
Evaluasi juga dilaksanakan dalam pelaksanaan program perbaikan gizi makro, yaitu dimulai dari evaluasi input, proses, output dan impact dengan tujuan untuk menilai persiapan, pelaksanaan, pencapaian target dan prevalensi status gizi pada sasaran.
1. PENDAHULUAN
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangungan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi keluarga yang optimal.
Keadaan gizi dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, dan juga oleh keadaan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Pada saat ini, selain dampak dari krisis ekonomi yang masih terasa, juga keadaan dampak dari bencana nasional mempengaruhi status kesehatan pada umumnya dan status gizi khususnya.
Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan aktifitas. Kurang gizi dapat terjadi dari beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi.
Gambaran perkembangan keadaan gizi masyarakat menunjukkan kecenderungan yang sejalan. Prevalensi kurang energi protein, yang kemudian disebut masalah gizi makro, pada balita turun dari 37.5 % pada tahun 1989 menjadi 26.4 % pada tahun 1999, keadaan ini juga diikuti dengan prevalensi masalah gizi lain.
Upaya untuk mencegah semakin memburuknya keadaan gizi masyarakat di masa datang perlu dilakukan dengan segera dan direncanakan sesuai masalah daerah sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan desentralisasi. Keadaan ini diharapkan dapat semakin mempercepat sasaran nasional dan global dalam menetapkan program yang sistematis mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan.
Sejalan dengan sasaran global dan perkembangan keadaan gizi masyarakat, rumusan tujuan umum program pangan dan gizi tahun 2001-2005 yaitu menjamin ketahanan pangan tingkat keluarga, mencegah dan menurunkan masalah gizi, mewujudkan hidup sehat dan status gizi yang optimal. Menyadari faktor penyebab masalah gizi yang sangat komplek dan arah kebijakan desentralisasi, maka perlu dirumuskan strategi program gizi khususnya pada program perbaikan gizi makro, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor: 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan tata kerja Departemen Kesehatan.
A. Pengertian
Masalah gizi makro adalah: masalah gizi yang utamanya disebabkan oleh kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein.
Status gizi masyarakat dapat digambarkan terutama pada status anak balita dan wanita hamil. Oleh karena itu sasaran dari program perbaikan gizi makro ini berdasarkan siklus kehidupan yaitu dimulai dari wanita usia subur, dewasa, ibu hamil, bayi baru lahir, balita, dan anak sekolah.
B. Gambaran Gizi Makro
1. Masalah
1.1. Berat Bayi lahir Rendah (BBLR)
Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat dari dampak krisis ekonomi terhadap kesehatan adalah ibu dan pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas bayi yang dilahirkan dan anak yang dibesarkan.
Bayi dengan berat lahir rendah adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita kurang energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (IQ). Setiap anak yang berstatus gizi buruk mempunyai resiko kehilangan IQ 10 – 13 poin. Pada tahun 1999 diperkirakan terdapat kurang lebih1,3 juta anak bergizi buruk, maka berarti terjadi potensi kehilangan IQ sebesar 22 juta poin.2 Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7 – 14 % (yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi).
1.2. Gizi Kurang pada Balita
Gizi Kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita di Indonesia. Berdasarkan hasil susenas data gizi kurang tahun 1999 adalah 26.4 %, sementara itu data gizi buruk tahun 1995 yaitu 11.4 %. Sedangkan untuk tahun 2000 prevalensi gizi kurang 24.9 % dan gizi buruk 7.1%.
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. 2
1.3. Gangguan Pertumbuhan
Dampak selanjutnya dari gizi buruk pada anak balita adalah terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah. Gangguan ini akan menjadi serius bila tidak ditangani secara intensif.
Hasil Survei Tinggi Badan Anak Baru masuk Sekolah (TB-ABS) di lima propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, NTT, Maluku dan Irian Jaya) pada tahun 1994 dan tahun 1998 menunjukkan prevalensi gangguan pertumbuhan anak usia 5 – 9 tahun masing-masing 42.4 % dan 37.8 %. Dari angka tersebut terjadi penurunan yang cukup berarti, tetapi secara umum, prevalensi gangguan pertumbuhan ini masih tinggi.
1.4. Kurang Energi Kronis (KEK)
KEK dapat terjadi pada Wanita Usia Subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). KEK adalah keadaan dimana ibu menderita keadaan kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. (Departemen Kesehatan, 1995)
1.4.1. Pada Wanita Usia Subur (WUS)
Pemantauan kesehatan dan status gizi pada WUS merupakan pendekatan yang potensial dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak. Kondisi WUS yang sehat dan berstatus gizi baik akan menghasilkan bayi dengan kualitas yang baik, dan akan mempunyai risiko yang kecil terhadap timbulnya penyakit selama kehamilan dan melahirkan.
Dari data Susenas pada tahun 1999 menunjukkan bahwa status gizi pada WUS yang menderita KEK (LILA < 23.5 cm) sebanyak 24.2 %. Hasil analisis IMT pada 27 ibukota propinsi menunjukkan KEK pada wanita dewasa (IMT< 18.5) sebesar 15.1 %.
1.4.2. Pada Ibu Hamil (Bumil)
Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak.
Data SDKI tahun 1997 angka kematian bayi adalah 52.2 per 1000 kelahiran hidup dan dari data SDKI tahun 1994 angka kematian ibu adalah 390 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan dari data Susenas pada tahun 1999, ibu hamil yang mengalami risiko KEK adalah 27.6 %.
2. PENYEBAB MASALAH
UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro (lihat skema.) sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh:
A. Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
B. Penyebab tidak langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
- Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
- Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
- Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.
C. Pokok masalah di masyarakat
Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung.
D. Akar masalah
Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997. Keadaan tersebut teleh memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.
Pemerintah dapat melaksanakan berbagai upaya untuk menurunkan penderita gizi kurang yaitu antara lain dengan cara menjamin setiap ibu menyusui ASI eksklusif, menjamin setiap ibu memperoleh pendampingan dan dukungan program gizi. Sesuai dengan skema berikut, upaya perbaikan gizi tidak hanya melibatkan soal teknis kesehatan akan tetapi menyangkut aspek sosial, politik, ekonomi, ideologi dan kebudayaan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan upaya terintegrasi lintas program maupun lintas sektor terkait baik di tingkat pusat maupun tingkat propinsi dan kabupaten.
C. TUJUAN DAN SASARAN
Program perbaikan gizi makro diarahkan pada kelompok wanita usia subur, pria/wanita dewasa, bayi dengan berat lahir rendah, ibu hamil, ibu menyusui, ibu yang mempunyai balita, balita dan anak sekolah.
1. Tujuan Umum:
Menurunkan masalah gizi makro utamanya masalah kurang energi protein terutama di daerah miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan.
2. Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan keadaan gizi keluarga dengan mewujudkan perilaku keluarga yang sadar gizi
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemerataan kegiatan pelayanan gizi ke seluruh wilayah perdesaan dan perkotaan
3. Meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di posyandu untuk menurunkan prevalensi masalah gizi kurang dan gizi lebih
4. Meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita yang gizi buruk yang benar-benar membutuhkan.
3. Sasaran
Untuk mencapai tujuan tersebut, telah ditetapkan sasaran nasional pembangunan di bidang pangan dan gizi tahun 2002-2005. Sedangkan sasaran di tingkat daerah harus direncanakan sesuai dengan potensi daerah. Sasaran tingkat nasional adalah:
1. Sekurang-kurangnya 80% keluarga telah mandiri sadar gizi
2. Menurunnya prevalensi kurang energi kronis (KEK) ibu hamil menjadi 20 %
3. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 26,4 % (1999) menjadi 20 % (2005) dan gizi buruk dari 8,1% (1999) menjadi 5% (2005)
4. Mencegah meningkatnya prevalensi gizi lebih pada anak balita dan dewasa setinggi-tingginya berturut-turut 3 % dan 10%
5. Menurunnya prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menjadi setinggi-tingginya 7%.
D. STRATEGI
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, akan ditempuh strategi pokok sebagai acuan penanggulangan masalah gizi makro, sebagai berikut :
D.1. Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi
Pemberdayaan keluarga adalah proses dimana keluarga-keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan gizi bekerja bersama-sama menanggulangi masalah yang mereka hadapi. Cara terbaik untuk membantu mereka adalah ikut berpartisipasi dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Upaya perbaikan gizi yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kemandirian dengan fokus keluarga mandiri sadar gizi dengan harapan mereka dapat mengenal dan mencari pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan operasional yang dilaksanakan adalah:
1. Pemetaan keluarga mandiri sadar gizi oleh dasawisma dalam rangka survey mawas diri masalah gizi keluarga.
2. Asuhan dan konseling gizi
Pada akhir tahun 2005, 50% institusi pelayanan kesehatan telah melaksanakan asuhan dan konseling gizi bagi keluarga dengan tenaga profesional dengan menggunakan tatalaksana asuhan dan konseling gizi.
D.2. Pemberdayaan masyarakat di bidang gizi
Pemberdayaan masyarakat di bidang gizi dimaksudkan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam memerangi kelaparan dan peduli terhadap masalah gizi yang muncul di masyarakat. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penanggulangan masalah gizi makro, sehingga akan tercipta komitmen yang baik antara masyarakat dan petugas. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah:
1. Pemberdayaan ekonomi mikro
Kegiatan dilaksanakan secara lintas sektor terutama dalam rangka income generating
2. Advocacy
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh dukungan baik teknis maupun non teknis dari pemerintah daerah setempat untuk memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki
3. Fasilitasi
Memberikan bantuan teknis dan peralatan dalam rangka memperlancar kegiatan penanggulangan gizi makro berbasis masyarakat, misalnya home economic set untuk PMT.
D.3. Pemberdayaan Petugas
Agar kualitas pelayanan gizi meningkat, maka diharapkan para petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan serangkaian kegiatan dalam peningkatan peran petugas yaitu antara lain dengan memberikan pengetahuan dan ketrampilan baik melalui kegiatan workshop dan capacity building.
D.4. Subsidi langsung
Subsidi diberikan dalam bentuk paket dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan kepada balita gizi buruk dan ibu hamil kurang energi kronis
E. PELAKSANAAN
E.1. Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi
1. Pemetaan keluarga mandiri sadar gizi oleh dasawisma dalam rangka survey mawas diri masalah gizi keluarga.
Tujuan : mengidentifikasi keluarga-keluarga yang belum melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar
Kegiatan :
- Pelatihan Kadarzi bagi Kader dasawisma
- Pengadaan bahan-bahan pemetaan
- Pemetaan, analisa dan tindak lanjutnya
2. Asuhan dan konseling gizi bagi keluarga yang belum menerapkan perilaku gizi yang baik dan benar.
Tujuan : meningkatkan kemandirian anggota keluarga dalam pelayanan gizi.
Kegiatan :
- Menyusun standar tata laksana asuhan dan konseling gizi
- Melaksanakan kegiatan asuhan dan konseling gizi di setiap sarana pelayanan kesehatan
- Melaksanakan kegiatan asuhan gizi melalui penyuluhan kelompok mengenai makanan padat gizi dari bahan lokal
- Melaksanakan kegiatan asuhan dan konseling gizi secara profesional.
3. Kampanye keluarga mandiri sadar gizi
Tujuan : meningkatkan kepedulian keluarga untuk selalu menerapkan perilaku gizi yang baik dan benar
Kegiatan :
- Pengadaan bahan-bahan KIE lokal
- Pesan-pesan Kadarzi melalui kelompok kesenian tradisional
- Pesan-pesan Kadarzi melalui media cetak dan elektronik
E.2. Pemberdayaan masyarakat di bidang gizi
1. Pemberdayaan ekonomi mikro
Kegiatan dilaksanakan secara lintas sektor terutama dalam rangka “income generating”
Tujuan : meningkatkan pendapatan keluarga
Kegiatan :
- Usaha Bersama : pengembangan koperasi simpan pinjam
- Pemanfaatan pekarangan bekerjasama dengan sektor pertanian
2. Advocacy dan sosialisasi
- Advocacy dan sosialisasi program pemberdayaan keluarga di bidang gizi kepada Gubernur dan Bupati
3. Fasilitasi
Memberikan bantuan teknis dan peralatan dalam rangka memperlancar kegiatan penanggulangan gizi makro berbasis masyarakat.
Kegiatan :
- Bantuan teknis untuk petugas lapangan : Pengadaan konsultan, pelatihan/workshop
- Pengadaan sarana : dacin, food model, home economic set, bahan-bahan KIE dll
E.3.Pemberdayaan Petugas
Tujuan : Meningkatkan ketrampilan petugas dalam memberikan pelayanan gizi sesuai dengan standar.
Kegiatan :
1. Workshop tata laksana gizi buruk tingkat kabupaten, puskesmas dan RT
2. Workshop tata laksana penanggulangan WUS KEK tingkat kabupaten, puskesmas dan RT
3. Capacity building tentang perencanaan daerah untuk menanggulangi masalah gizi makro
E.4. Subsidi langsung
Tujuan : meningkatkan keadaan gizi balita dan ibu hamil
Subsidi dalam diberikan dalam bentuk paket dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan kepada balita gizi buruk dan wanita usia subur kurang energi kronis. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :
1. Identifikasi sasaran yang perlu disubsidi (target sasaran).
Target sasaran ditentukan berdasarkan hasil antropometri yang dilaksanakan langsung di lapangan dengan beberapa tambahan kriteria antara lain : balita dan Ibu hamil tergolong miskin, jumlah anggota keluarga lebih dari 3, kondisi rumah dan sarana air bersih kurang memadai.
2. Distribusi dana subsidi secara langsung ke keluarga melalui bidan di desa. Bidan di desa menjelaskan cara penggunaan dana dan mekanisme PMT (sesuai Pedoman Tata laksana Gizi Buruk di Rumah Tangga)
3. Evaluasi PMT : penggunaan dana, proses PMT dan perubahan status gizi
E. EVALUASI
Evaluasi ditujukan untuk menilai :
1. Input : ketenagaan (jumlah dan qualitas), dana, fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan dll.
2. Proses : menilai pelaksanaan kegiatan apakah telah mencapai target yang ditetapkan, mengidentifikasi kendala dan masalah yang dihadapi serta pemecahannya.
3. Output : menilai pencapaian setiap kegiatan penanggulangan gizi makro.
4. Impact : Menilai prevalensi status gizi pada sasaran.
Kegiatan :
Pelaksanaan evaluasi akan dilakukan oleh pihak ketiga agar tidak terjadi subjektivitas hasil evaluasi dengan tahap-tahap sebagai berikut :
- Penunjukkan pelaksana evaluasi, misalnya LSM di bidang kesehatan, Universitas.
- Evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan dengan rentang waktu satu tahun sekali. Akan tetapi setiap 6 bulan dilakukan monitoring terhadap kegiatan yang sedang berjalan.
- Hasil evaluasi tahunan digunakan sebagai dasar dalam perencanaan selanjutnya.
F. PENDANAAN
Sumber dana berasal dari : APBN dan sumber lainnya.
Daftar Pustaka:
1. The Impact of Asian Financial Crisis on Health Sector in Indonesia, www.health_indonesia.pdf, 12 Maret 2002
2. RI dan WHO, Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001 – 2005, Jakarta, Agustus 2000
3. Direktorat Gizi Masyarakat, Panduan Pemberian Makanan Gizi Buruk Pasca Rawat Inap di Rumah Tangga, Jakarta, 2000
4. Direktorat Gizi Masyarakat, Tata Laksana Penanggulangan Gizi Buruk, Jakarta 2000
5. Tim Kewaspadaan Pangan dan Gizi Pusat, Situasi Pangan dan gizi di Indonesia, Jakarta, 2000
6. Departemen Kesehatan, Status Gizi dan Imunisasi Ibu dan Anak di Indonesia, Jakarta, 1999
7. Departemen Kesehatan, Tuntutan Praktis Bagi Tenaga gizi Puskesmas, Bekalku Membina Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Jakarta, 1999
8. Tim Koordinasi Penanggulangan masalah Gizi Pangan dan Gizi, Gerakan nasional penanggulangan masalah Pangan dan Gizi di Indonesia, Jakarta, 1999
9. Departemen Kesehatan, Pedoman Penggunaan Alat Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA) Pada Wanita Usia Subur, Jakarta, 1995
10. UNICEF, Strategy for Improved Nutrittion of Children and Women in Developing Countries, New York, 1992
RINGKASAN
Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi dapat terjadi dari beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi.
Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah.
Program perbaikan gizi makro diarahkan untuk menurunkan masalah gizi makro yang utamanya mengatasi masalah kurang energi protein terutama di daerah miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan dengan meningkatkan keadaan gizi keluarga, meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di posyandu, dan meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita gizi buruk.
Strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi makro adalah melalui pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi, pemberdayaan masyarakat di bidang gizi, pemberdayaan petugas dan subsidi langsung berupa dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan pada balita gizi buruk dan ibu hamil KEK.
Evaluasi juga dilaksanakan dalam pelaksanaan program perbaikan gizi makro, yaitu dimulai dari evaluasi input, proses, output dan impact dengan tujuan untuk menilai persiapan, pelaksanaan, pencapaian target dan prevalensi status gizi pada sasaran.
1. PENDAHULUAN
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangungan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi keluarga yang optimal.
Keadaan gizi dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, dan juga oleh keadaan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Pada saat ini, selain dampak dari krisis ekonomi yang masih terasa, juga keadaan dampak dari bencana nasional mempengaruhi status kesehatan pada umumnya dan status gizi khususnya.
Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan aktifitas. Kurang gizi dapat terjadi dari beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi.
Gambaran perkembangan keadaan gizi masyarakat menunjukkan kecenderungan yang sejalan. Prevalensi kurang energi protein, yang kemudian disebut masalah gizi makro, pada balita turun dari 37.5 % pada tahun 1989 menjadi 26.4 % pada tahun 1999, keadaan ini juga diikuti dengan prevalensi masalah gizi lain.
Upaya untuk mencegah semakin memburuknya keadaan gizi masyarakat di masa datang perlu dilakukan dengan segera dan direncanakan sesuai masalah daerah sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan desentralisasi. Keadaan ini diharapkan dapat semakin mempercepat sasaran nasional dan global dalam menetapkan program yang sistematis mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan.
Sejalan dengan sasaran global dan perkembangan keadaan gizi masyarakat, rumusan tujuan umum program pangan dan gizi tahun 2001-2005 yaitu menjamin ketahanan pangan tingkat keluarga, mencegah dan menurunkan masalah gizi, mewujudkan hidup sehat dan status gizi yang optimal. Menyadari faktor penyebab masalah gizi yang sangat komplek dan arah kebijakan desentralisasi, maka perlu dirumuskan strategi program gizi khususnya pada program perbaikan gizi makro, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor: 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan tata kerja Departemen Kesehatan.
A. Pengertian
Masalah gizi makro adalah: masalah gizi yang utamanya disebabkan oleh kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein.
Status gizi masyarakat dapat digambarkan terutama pada status anak balita dan wanita hamil. Oleh karena itu sasaran dari program perbaikan gizi makro ini berdasarkan siklus kehidupan yaitu dimulai dari wanita usia subur, dewasa, ibu hamil, bayi baru lahir, balita, dan anak sekolah.
B. Gambaran Gizi Makro
1. Masalah
1.1. Berat Bayi lahir Rendah (BBLR)
Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat dari dampak krisis ekonomi terhadap kesehatan adalah ibu dan pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas bayi yang dilahirkan dan anak yang dibesarkan.
Bayi dengan berat lahir rendah adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita kurang energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (IQ). Setiap anak yang berstatus gizi buruk mempunyai resiko kehilangan IQ 10 – 13 poin. Pada tahun 1999 diperkirakan terdapat kurang lebih1,3 juta anak bergizi buruk, maka berarti terjadi potensi kehilangan IQ sebesar 22 juta poin.2 Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7 – 14 % (yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi).
1.2. Gizi Kurang pada Balita
Gizi Kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita di Indonesia. Berdasarkan hasil susenas data gizi kurang tahun 1999 adalah 26.4 %, sementara itu data gizi buruk tahun 1995 yaitu 11.4 %. Sedangkan untuk tahun 2000 prevalensi gizi kurang 24.9 % dan gizi buruk 7.1%.
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. 2
1.3. Gangguan Pertumbuhan
Dampak selanjutnya dari gizi buruk pada anak balita adalah terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah. Gangguan ini akan menjadi serius bila tidak ditangani secara intensif.
Hasil Survei Tinggi Badan Anak Baru masuk Sekolah (TB-ABS) di lima propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, NTT, Maluku dan Irian Jaya) pada tahun 1994 dan tahun 1998 menunjukkan prevalensi gangguan pertumbuhan anak usia 5 – 9 tahun masing-masing 42.4 % dan 37.8 %. Dari angka tersebut terjadi penurunan yang cukup berarti, tetapi secara umum, prevalensi gangguan pertumbuhan ini masih tinggi.
1.4. Kurang Energi Kronis (KEK)
KEK dapat terjadi pada Wanita Usia Subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). KEK adalah keadaan dimana ibu menderita keadaan kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. (Departemen Kesehatan, 1995)
1.4.1. Pada Wanita Usia Subur (WUS)
Pemantauan kesehatan dan status gizi pada WUS merupakan pendekatan yang potensial dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak. Kondisi WUS yang sehat dan berstatus gizi baik akan menghasilkan bayi dengan kualitas yang baik, dan akan mempunyai risiko yang kecil terhadap timbulnya penyakit selama kehamilan dan melahirkan.
Dari data Susenas pada tahun 1999 menunjukkan bahwa status gizi pada WUS yang menderita KEK (LILA < 23.5 cm) sebanyak 24.2 %. Hasil analisis IMT pada 27 ibukota propinsi menunjukkan KEK pada wanita dewasa (IMT< 18.5) sebesar 15.1 %.
1.4.2. Pada Ibu Hamil (Bumil)
Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak.
Data SDKI tahun 1997 angka kematian bayi adalah 52.2 per 1000 kelahiran hidup dan dari data SDKI tahun 1994 angka kematian ibu adalah 390 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan dari data Susenas pada tahun 1999, ibu hamil yang mengalami risiko KEK adalah 27.6 %.
2. PENYEBAB MASALAH
UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro (lihat skema.) sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh:
A. Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
B. Penyebab tidak langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
- Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
- Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
- Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.
C. Pokok masalah di masyarakat
Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung.
D. Akar masalah
Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997. Keadaan tersebut teleh memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.
Pemerintah dapat melaksanakan berbagai upaya untuk menurunkan penderita gizi kurang yaitu antara lain dengan cara menjamin setiap ibu menyusui ASI eksklusif, menjamin setiap ibu memperoleh pendampingan dan dukungan program gizi. Sesuai dengan skema berikut, upaya perbaikan gizi tidak hanya melibatkan soal teknis kesehatan akan tetapi menyangkut aspek sosial, politik, ekonomi, ideologi dan kebudayaan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan upaya terintegrasi lintas program maupun lintas sektor terkait baik di tingkat pusat maupun tingkat propinsi dan kabupaten.
C. TUJUAN DAN SASARAN
Program perbaikan gizi makro diarahkan pada kelompok wanita usia subur, pria/wanita dewasa, bayi dengan berat lahir rendah, ibu hamil, ibu menyusui, ibu yang mempunyai balita, balita dan anak sekolah.
1. Tujuan Umum:
Menurunkan masalah gizi makro utamanya masalah kurang energi protein terutama di daerah miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan.
2. Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan keadaan gizi keluarga dengan mewujudkan perilaku keluarga yang sadar gizi
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemerataan kegiatan pelayanan gizi ke seluruh wilayah perdesaan dan perkotaan
3. Meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di posyandu untuk menurunkan prevalensi masalah gizi kurang dan gizi lebih
4. Meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita yang gizi buruk yang benar-benar membutuhkan.
3. Sasaran
Untuk mencapai tujuan tersebut, telah ditetapkan sasaran nasional pembangunan di bidang pangan dan gizi tahun 2002-2005. Sedangkan sasaran di tingkat daerah harus direncanakan sesuai dengan potensi daerah. Sasaran tingkat nasional adalah:
1. Sekurang-kurangnya 80% keluarga telah mandiri sadar gizi
2. Menurunnya prevalensi kurang energi kronis (KEK) ibu hamil menjadi 20 %
3. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 26,4 % (1999) menjadi 20 % (2005) dan gizi buruk dari 8,1% (1999) menjadi 5% (2005)
4. Mencegah meningkatnya prevalensi gizi lebih pada anak balita dan dewasa setinggi-tingginya berturut-turut 3 % dan 10%
5. Menurunnya prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menjadi setinggi-tingginya 7%.
D. STRATEGI
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, akan ditempuh strategi pokok sebagai acuan penanggulangan masalah gizi makro, sebagai berikut :
D.1. Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi
Pemberdayaan keluarga adalah proses dimana keluarga-keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan gizi bekerja bersama-sama menanggulangi masalah yang mereka hadapi. Cara terbaik untuk membantu mereka adalah ikut berpartisipasi dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Upaya perbaikan gizi yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kemandirian dengan fokus keluarga mandiri sadar gizi dengan harapan mereka dapat mengenal dan mencari pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan operasional yang dilaksanakan adalah:
1. Pemetaan keluarga mandiri sadar gizi oleh dasawisma dalam rangka survey mawas diri masalah gizi keluarga.
2. Asuhan dan konseling gizi
Pada akhir tahun 2005, 50% institusi pelayanan kesehatan telah melaksanakan asuhan dan konseling gizi bagi keluarga dengan tenaga profesional dengan menggunakan tatalaksana asuhan dan konseling gizi.
D.2. Pemberdayaan masyarakat di bidang gizi
Pemberdayaan masyarakat di bidang gizi dimaksudkan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam memerangi kelaparan dan peduli terhadap masalah gizi yang muncul di masyarakat. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penanggulangan masalah gizi makro, sehingga akan tercipta komitmen yang baik antara masyarakat dan petugas. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah:
1. Pemberdayaan ekonomi mikro
Kegiatan dilaksanakan secara lintas sektor terutama dalam rangka income generating
2. Advocacy
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh dukungan baik teknis maupun non teknis dari pemerintah daerah setempat untuk memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki
3. Fasilitasi
Memberikan bantuan teknis dan peralatan dalam rangka memperlancar kegiatan penanggulangan gizi makro berbasis masyarakat, misalnya home economic set untuk PMT.
D.3. Pemberdayaan Petugas
Agar kualitas pelayanan gizi meningkat, maka diharapkan para petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan serangkaian kegiatan dalam peningkatan peran petugas yaitu antara lain dengan memberikan pengetahuan dan ketrampilan baik melalui kegiatan workshop dan capacity building.
D.4. Subsidi langsung
Subsidi diberikan dalam bentuk paket dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan kepada balita gizi buruk dan ibu hamil kurang energi kronis
E. PELAKSANAAN
E.1. Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi
1. Pemetaan keluarga mandiri sadar gizi oleh dasawisma dalam rangka survey mawas diri masalah gizi keluarga.
Tujuan : mengidentifikasi keluarga-keluarga yang belum melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar
Kegiatan :
- Pelatihan Kadarzi bagi Kader dasawisma
- Pengadaan bahan-bahan pemetaan
- Pemetaan, analisa dan tindak lanjutnya
2. Asuhan dan konseling gizi bagi keluarga yang belum menerapkan perilaku gizi yang baik dan benar.
Tujuan : meningkatkan kemandirian anggota keluarga dalam pelayanan gizi.
Kegiatan :
- Menyusun standar tata laksana asuhan dan konseling gizi
- Melaksanakan kegiatan asuhan dan konseling gizi di setiap sarana pelayanan kesehatan
- Melaksanakan kegiatan asuhan gizi melalui penyuluhan kelompok mengenai makanan padat gizi dari bahan lokal
- Melaksanakan kegiatan asuhan dan konseling gizi secara profesional.
3. Kampanye keluarga mandiri sadar gizi
Tujuan : meningkatkan kepedulian keluarga untuk selalu menerapkan perilaku gizi yang baik dan benar
Kegiatan :
- Pengadaan bahan-bahan KIE lokal
- Pesan-pesan Kadarzi melalui kelompok kesenian tradisional
- Pesan-pesan Kadarzi melalui media cetak dan elektronik
E.2. Pemberdayaan masyarakat di bidang gizi
1. Pemberdayaan ekonomi mikro
Kegiatan dilaksanakan secara lintas sektor terutama dalam rangka “income generating”
Tujuan : meningkatkan pendapatan keluarga
Kegiatan :
- Usaha Bersama : pengembangan koperasi simpan pinjam
- Pemanfaatan pekarangan bekerjasama dengan sektor pertanian
2. Advocacy dan sosialisasi
- Advocacy dan sosialisasi program pemberdayaan keluarga di bidang gizi kepada Gubernur dan Bupati
3. Fasilitasi
Memberikan bantuan teknis dan peralatan dalam rangka memperlancar kegiatan penanggulangan gizi makro berbasis masyarakat.
Kegiatan :
- Bantuan teknis untuk petugas lapangan : Pengadaan konsultan, pelatihan/workshop
- Pengadaan sarana : dacin, food model, home economic set, bahan-bahan KIE dll
E.3.Pemberdayaan Petugas
Tujuan : Meningkatkan ketrampilan petugas dalam memberikan pelayanan gizi sesuai dengan standar.
Kegiatan :
1. Workshop tata laksana gizi buruk tingkat kabupaten, puskesmas dan RT
2. Workshop tata laksana penanggulangan WUS KEK tingkat kabupaten, puskesmas dan RT
3. Capacity building tentang perencanaan daerah untuk menanggulangi masalah gizi makro
E.4. Subsidi langsung
Tujuan : meningkatkan keadaan gizi balita dan ibu hamil
Subsidi dalam diberikan dalam bentuk paket dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan kepada balita gizi buruk dan wanita usia subur kurang energi kronis. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :
1. Identifikasi sasaran yang perlu disubsidi (target sasaran).
Target sasaran ditentukan berdasarkan hasil antropometri yang dilaksanakan langsung di lapangan dengan beberapa tambahan kriteria antara lain : balita dan Ibu hamil tergolong miskin, jumlah anggota keluarga lebih dari 3, kondisi rumah dan sarana air bersih kurang memadai.
2. Distribusi dana subsidi secara langsung ke keluarga melalui bidan di desa. Bidan di desa menjelaskan cara penggunaan dana dan mekanisme PMT (sesuai Pedoman Tata laksana Gizi Buruk di Rumah Tangga)
3. Evaluasi PMT : penggunaan dana, proses PMT dan perubahan status gizi
E. EVALUASI
Evaluasi ditujukan untuk menilai :
1. Input : ketenagaan (jumlah dan qualitas), dana, fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan dll.
2. Proses : menilai pelaksanaan kegiatan apakah telah mencapai target yang ditetapkan, mengidentifikasi kendala dan masalah yang dihadapi serta pemecahannya.
3. Output : menilai pencapaian setiap kegiatan penanggulangan gizi makro.
4. Impact : Menilai prevalensi status gizi pada sasaran.
Kegiatan :
Pelaksanaan evaluasi akan dilakukan oleh pihak ketiga agar tidak terjadi subjektivitas hasil evaluasi dengan tahap-tahap sebagai berikut :
- Penunjukkan pelaksana evaluasi, misalnya LSM di bidang kesehatan, Universitas.
- Evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan dengan rentang waktu satu tahun sekali. Akan tetapi setiap 6 bulan dilakukan monitoring terhadap kegiatan yang sedang berjalan.
- Hasil evaluasi tahunan digunakan sebagai dasar dalam perencanaan selanjutnya.
F. PENDANAAN
Sumber dana berasal dari : APBN dan sumber lainnya.
Daftar Pustaka:
1. The Impact of Asian Financial Crisis on Health Sector in Indonesia, www.health_indonesia.pdf, 12 Maret 2002
2. RI dan WHO, Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001 – 2005, Jakarta, Agustus 2000
3. Direktorat Gizi Masyarakat, Panduan Pemberian Makanan Gizi Buruk Pasca Rawat Inap di Rumah Tangga, Jakarta, 2000
4. Direktorat Gizi Masyarakat, Tata Laksana Penanggulangan Gizi Buruk, Jakarta 2000
5. Tim Kewaspadaan Pangan dan Gizi Pusat, Situasi Pangan dan gizi di Indonesia, Jakarta, 2000
6. Departemen Kesehatan, Status Gizi dan Imunisasi Ibu dan Anak di Indonesia, Jakarta, 1999
7. Departemen Kesehatan, Tuntutan Praktis Bagi Tenaga gizi Puskesmas, Bekalku Membina Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Jakarta, 1999
8. Tim Koordinasi Penanggulangan masalah Gizi Pangan dan Gizi, Gerakan nasional penanggulangan masalah Pangan dan Gizi di Indonesia, Jakarta, 1999
9. Departemen Kesehatan, Pedoman Penggunaan Alat Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA) Pada Wanita Usia Subur, Jakarta, 1995
10. UNICEF, Strategy for Improved Nutrittion of Children and Women in Developing Countries, New York, 1992
Jumat, 13 Maret 2009
SIKLUS KESEHATAN WANITA PADA MASA KONSEPSI
SIKLUS KESEHATAN WANITA PADA MASA KONSEPSI
SIKLUS KESEHATAN WANITA
PADA MASA KONSEPSI
Perkembangan biologis antara laki – laki dan perempuan ditentukan sejak masa konsepsi. Janin perempuan mempunyai dua kromosom X dari setiap orang tua. Janin laki – laki mempunyai kromosom X dan Y, kromosoms X dari ibu dan kromosom Y dari ayah. Sejak tujuh minggu masa depan konsepsi, organ seksualitas laki – laki mulai terbentuk karena pengaruh hormon estrogen. Dan pada waktu yang sama organ seksual perempuan mulai terbentuk karena kurangnya testeteron, bukan karena adanya hormone esterogen.
I. Sel telur ( Ovum )
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genetalia ridge. Menurut umur wanita, jumlah oorganisme adalah :
a. Bayi baru : 750.000
b. Umur 6 – 15 tahun : 439.000
c. Umur 16 – 25 tahun : 159.000
d. Umur 35 – 45 tahun: 34.000
e. Masa menaupose : semua hilang.
Urutan pembuahan ovum ( oogenesis ) :
a. Oogonia
b. Oosit pertama ( Primary Oocyte )
c. Primary ovarian fillicel
d. Liquor folliculi
e. Pematangan pertama ovum
f. Pematangan kedua ovum pada waktu sperma mebuahi telur
II. Sel mani ( Sperma )
Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala, berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti ( nucleus ), leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah, dan ekor, yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat. Panjang ekor sperma kira – kira 10x bagian kepala. Jumlah sperma yang dikeluarkan sekali membuahi berjuta – juta sel mani yang keluar.
Secara embrional, spermatogonium berasal darisel primitive tubilus testis. Setelah bayi laki – laki lahir, jumlah spematogenium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa akil baliq. Pada masa pubertas, dibawah pengaruh sel – sel interstisial leydig, sel – sel spermatogenium ini mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah spermatogenesis.
Urutan pertumbuhan sperma ( spermatogenesis ) :
a. Spermatogenium, membelah dua
b. Spermatosid pertama, membelah dua
c. Spermatosid kedua, membelah dua
d. Spermatid, kemudian tumbuh menjadi
e. Spermatozoon ( sperma )
III. Pengertian Konsepsi
Suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur didalam tuba falopi. Hanya satu sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. Konsepsi dapat terjadi, jika beberapa kriteria berikut di penuhi :
a. Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat.
b. Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi.
c. Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi.
d. Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai penetrasi dan akhirnya membuahi ovum.
Konsepasi memiliki kemungkinan paling berhasil, jika hubungan seksual berlangsung tepat sebelum ovula. Sperma dapat hidup selama 3 – 4 hari didalam saluran genetalia wanita dan idealnya harus berada didalamtuba falopii saat ovulasi terjadi, karena ovum hanya bisa hidup selam 12 – 24 jam. Wanita dapat memprediksi ovulasi dengan memantau perubahan dalam tubuhnya. Misalnya, sekitar waktu ovulasi, serviks memendek, melunak dan sedikit berdilatasi. Salah satu indicator ovulasi yang paling kuat adalah status lender serviks yang menjadi transparan, licin, dan banyak ( Flynn, 1992 ). Lendir tersebut juga dapat direnggangkan, suatu materi yang disebut spinnbarkeit. Setelah ovulasi, lender kembali menjadi kental, lengket, dan jumlahnya menurun ( Norman, 1986 ). Tindakan lebih jauh yang dapat dilakukan wanita adalah mengobservasi suhu tubuh basalnya, yang meningkat sebesar 0,2 derajat celcius segera setelah ovulasi.
Sebelum sebuah sperma mampu mempenetrasi dan membuahi sebuah ovum, sperma harus menjalani sebuah proses yang disebut kapasitasi ( berlangsung kurang lebih 7 jam ). Pada proses ini membrane sperma menjadi rapuh ( fragile ) dan melepaskan enzim hidrolitik dari akrosom ( lapisan seperti helm yang menutupi kepala sperma ). Enzim ini ( hialuronidase dan proteinase ) harus mencerna korona radiata dan zona pelusida sebelum dapat mencapai membrane ovum. Walaupun banyak sperma terlibat dalam proses cerna ini, hanya satu sperma yang dibiarkan mempenetrasi ovum. Segera setelah satu sprema memasuki ovum, perubahan kimia terjadi. Perubahan kimia ini mula – mula mencegah sperma lain berfusi lebih jauh dengan membrane ovum dan pada akhirnya semua sperma yang tersisa dikeluar dari ovum.
Begitu sperma telah memasuki ovum, sperma sementara berada didalam sitoplasma perifer, sementara nucleus wanita menjadi matur dan jumlah kromosom wanita menurun dari 46 menjadi 23. Nucleus sperma menjadi membengkak dan saling mendekat sebagai pronukleus pria dan wanita saat terbentuk suatu “ kumparan “ diantara kedua nucleus tersebut membrane pronukleus kemudian rupture dan kromosom yang dibebaskan berkombinasi membentuk zigot. Pada waktu inilah fertilisasi ( pembuahan ) terjadi.
Waktu yang optimal untuk mulainya kehamilan adalah dalam 24 jam ovulasi. Koitus ( hubungan seksual ) selama 24 jam sebelum ovulasi akan menyediakan spermatozoa pada tuba falopii yang siap menerima kedatangan ovum. Dengan demikian penting bagi wanita mencoba untuk mengerti bahwa ia mengetahui perkiraan hari ovulasinya.
Metode berukit dapat dipergunakan untuk menilai hari ovulasi :
a. Metode kalender
Pencatatan sebaiknya dilakukan terus dalam satu periode paling tidak 6 bulan, yang mencatat hari pertama setiap periode menstruasi ( hari ke 1 keduanya darah mentruasi ) dan dengan demikian menghitung waktu ovulasi selama 15 hari sebelum periode khusus tersebut. Pada cara ini diperkirakan hari – hari pada bulan berikutnya kapan wanita akan menstruasi dan dengan demikianjuga dapat diperkirakan hari – hari kapan wanita tersebut berovulasi. Apabila mensttruasinya tidak teratur, maka penghitungan demikian tidak mungkun dilakukan.
b. Metode suhu
Pelepasan progesterone telah menyebabkan peningkatan suhu tubuh sampai 0,5 derajat Celsius. Suhu tubuh tersebut akan sedikit turun tepat sebelum mulainya ovulasi dan kemudian meningkat segera setelah ovulasi. System ini memerlukan pencetatan suhu mulut segera pada setiap bangun tidur pagi. Peningkatan suhu tubuh tersebut harus menetap dalam 24 jam untuk membuktikan bahwa telah terjadi ovulasi. Pemakaian metode ini mungkin dapat keliru karena kenaikan suhu dapat menunjukan adanya infeksi dan penurunan suhu tubuh kadang – kadang terjaid akibat dari pemberian obat misalnya aspirin.
c. Perubahan mucus serviks
Peningkatan kadar estrogen tepat sebelum ovulasi menyebabkan peningkatan sekresi serviks maupun pengurangan kekentalan ( vikositas ) sekresi tersebut. Karena sekresi merupakan bagian dari sekresi vagina maka perubahan dapat dikenal oleh wanita yang diharapkan dapat mengerti. Walaupun demikian, akan memerlukan waktu 2 atau 3 bulan lagi pasangan yang sebelumnya belum pernah mengetahui maknanya untuk memperhatikan hal ini.
IV. Tahap – Tahap Perkembangan Janin
a. Tahap perkembangan janin minggu 1 – 4
Minggu pertama :
• Stadium 1 : seltelur yang dibuahi
• Stadium 2 : hari ke 2 – 3, pembentukan alur. Diferensiasi menjadi sel – sel luar dan dalam pembelahan sel pertama langsung beralih kestadium kedua buah sel sementara diangkut menjadi saluran telur.
• Stadium 3 : blastokista bebas menjadi senyawa sehingga jumlah sel menjadi 32 – 58 buah dimulai pembentukan rongga blastokista. Hari ke 4 – 5 blatokista bebas. Embrioblast dan trofoblast rongga blatokista dilanjutkan dengan nidasi yang berlangsung selama kurang lebih satu minggu.
Minggu kedua : Implantasi
• Stadium 4 : implantasi blatokista dan krucut implantasi dalam selpaut lendir rahim.
• Stadium 5 : masuknya blatokista kedalam selaput lendir sampai awal peredaran uteroplasenta.
Minggu ketiga : blatokista trilaminar
• Stadium 6 : pembentukan mesoderm ekstra embrional dan reorganisasi rongga – rongga embrional dan terbentuk garis sederhana.
• Stadium 7 : timbauan korda
• Stadium 8 : terusan aksial
• Stadium 9 : lipatan kepala mulai terbentuk, jantung mulai berdenyut dan jonjot – jonjot karion mulai terapung bebas dalam darah ibu.
Minggu keempat :
• Perkembagan bentuk badan, mencakup stadium 10 – 13 pada awal minggu ke 4 jantung berdenyut, peredaran darah berfungsi, bumbung saraf menutup. Embrio melipatkan diri lepas dari kandung kuning telur.
• Diakhir minggu ke 4 gestasi, sel – sel embrio tumbuh dengan cepat tapi belum menyerupai manusia sesungguhnya.
• Perkembangan minggu ke 4 gestasi mencakup yang berikut :
- Panjang 0,75 – 1 mm ; berat 400 mg
- Pembentukan korda spinalis dan mulai menyatu digaris tengah back bant ( kepala menyentuh ekor ).
- Jantung mengalami rudimeter, tampak seperti gumpalan dipermukaan anterior.
- Gumpalan mirip lengan dan kaki
- Mata, telinga dan hidung mengalami rudimenten.
b. Tahap perkembangan janin minggu ke 5 – 8 : organogenesis
• Satium 14 : miotom – miotom
Panjang 5 – 7 mm, usia 31 – 35 hari, alur lensa menenggelamkan kedalam cawan mata. Duktus endolimfatikus bertunas keluar dari gelembung telinga. Lengkung kepala dan lengkung temgkuk sangat menonjol.
• Stadium 15 : topografi pembuluh – pembuluh darah
Panjang 7 – 9 mm, usia 35 – 38 hari, ectoderm menutup diatas gelembung lensa. Tepek penghidu membenankan diri menjadi suatu alur kecil. Terbentuk tepek telingga.
• Stadium 16 : tonjolan – tonjolan wajah
Panjang 8 – 11 mm, usia 37 – 42 hari. Pada embrio yang tidak difiksasi sudah mengalami pigmentasi. Benjolan – benjolan telinga tampak jelas. Sinus serviklis menutup. Telapak tangan amat jelas, telapak kaki samara – samar.
• Stadium 17 : gelembung – gelembung telenfesalon.
• Stadium 18 – 19 : bentuk yang kuboid.
• Stadium 20 : tangan pada sikap pronasi. Kerangka tulang rawan dan susunan otot.
• Stadium 23 : histologi. Pengolahan bertahap pada kepala.
• Diakhir minggu ke 8 gestasi, organogenesis telah lengkap.
• Perkembangan pada minggu ke 8 gestasi mencekup yang berikut :
- Panjang 2,5 cm ; berat 20 gram
- Jantung mulai berdenyut disertai adanya katup dan septum.
- Gambaran wajah dapat dilihat.
- Ekstremitas terbentuk.
- Ekor mengalami retrogesi, abdomen kencang dan kantung gestasional kelaminnya.
• Minggu ke 12 :
- Panjang 7 – 9 cm
- Berat 45 gram
- Terjadi gerakan janin spontan.
- Reflek babinski positif.
- Pembentukan lempeng osifikasi.
- Jenis kelamin bisa dibedakan dari tampilan luar.
- Sekresi ginjal dapat dimulai : urin belum terdapat di cairan amnion.
- Denyut jantung dapat di dengar melalui doppler
• Minggu ke 16 :
Diakhir minggu keenam belas gestasi janin menelan cairan amniotonic dengan aktif.
- Gestasi mencakup :
o Panjang 10 -17 cm.
o Berat 55 – 120 gram
o Quickening
o Antibody mulai di produksi
o Rambut mulai terbentuk
o Mekonium terdapat di usus bagian atas
o Terbentuk lemak coklat
o Pola tidur dan aktifitas dapat dibedakan.
• Minggu ke 24 :
Ketika janin mencapai usia 24 minggu, atau beratnya mencapai 601 gram, mereka telah mencapai batas usia viabilitas jika kelahiran mereka ditangani di fasilitas pelayanan modern.
- Gestasi mencakup yang berikut :
o Panjang 28 – 36 cm
o Berat 550 gram
o Antybody pasif ditransfer dari ibu kejanin
o Terdapat ferniks kaseosa
o Mekonium terdapat direktum
o Produksi surfaktan mulai aktif
o Kelopak dan bulu mata sudah dapat dibedakan
o Kelopak mata sudah mulai terbuka dan pupil raktif.
c. Tahap perkembangan janin minggu ke 28 :
• Pembuluh darah retina rentan terhadap kerusakan akibat konsentrasi oksigen, ini menjadi pertimbangan penting pada saat merawat bayi dengan berat lahir rendah yang memerlukan oksigen.
• Perkembangan pada minggu ke 28 getasi mencakup yang berikut :
- Panjang 35 – 38 cm
- Berat 1200 gram
- Alfeolus paru matang
- Terbentuk surfaktan dicairan amnion
- Testis turun ( pada pria )
d. Tahap perkembangan janin minggu ke 32 :
• Diakhir minggu ke 32 gesatasi janin mulai menetapkan diri pada posisi lahir.
• Perkembangan pada minggu ke 32 gestasi mencakup yang berikut :
- Panjang 38 – 43 cm
- Berat 1600 gram
- Terdapat simpanan lemak subkutan
- Reflek moro aktif
- Terbentuk cadangan zat besi
- Janin mulai peka terhadap suara – suara dari luar kandungan
- Kuku jari memenuhi ujung – ujung jari.
e. Tahap perkembangan janin minggu ke 36 :
• Diakhir minggu ke 36 janin berada pada posisi verteks atau kepala berada dibawah
• Perkembangan pada minggu ke 36 gestasi mencakup sebagai berikut :
- Panjang 42 – 49 cm
- Berat 1900 – 2700 gram
- Terdapat simpanan glikogen, besi, karbohidrat dan kalsium
- Simpanan lemaksubkutan meningkat
- Lipatan plantar terbentuk 1 – 2
- Laguno menghilang
- Biasanya berada pada posisi verteks
f. Tahap perkembangan janin pada minggu ke 40 :
• Pada primipara, janin biasanya masuk kejalan lahir selama 2 minggu terakhir kehamilan yang membuat ibu merasa bahwa bayi siap lahir. Ini merupakan peringatan bahwa trimester ke 3 kehamilan sudah berakhir dan persalinan siap dimulai.
• Pada perkembangan minggu ke 40 gestasi mencakup yang berikut :
- Panjang 48 – 52 cm
- Berat 3000 gram
- Ginjal janin aktif
- Verniks kaseosa terbentuk lengkap
- Plantar mulai banyak
- Kuku jari mulai panjang
V. Faktor – Faktor yang mempengaruhi konsepsi :
1. Infertilitas pada wanita
Untuk menjadi hamil, wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur, ovumnya harus normal dan tidakboleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau amplantasi ovum yang sudah di buahi. Oleh karena itu, penyebeb infertilitas pada wanita, yang dapat disebabkan oleh faktor, psikologis, atau kombinasi keduanya, dapat dibagi menjadi masalah ovulasi atau hambatan atau abnormalitas dalam saluran reproduksi.
2. Masalah ovulasi
Karena ovulasi normal berlangsung dibawah kendali hormone, gangguan tertentu dalam system endokrin dapat mempengaruhi fertilisasi. Dengan menelusuri kembali peristiwa – peristiwa yang menyebabkan ovulasi, area – area yangn terkait dengan sistem endokrin menjadi jelas. Pertama hipotalamus perlu melepaskan faktor pelepasan gonadotropin yang bekerja pada kelenjar hipofisis, menyebabkan pelepasan FSH dan LH. FSH menstimulasi sebuah folikel menjadi matang dan menyebabkan produksi estrogen, sedangkan LH menstimulasi pelepasan ovum dan produksi progesterone. Produksi estrogen dan progesterone juga dipengaruhi oleh kadar prolaktine yang bersikulasi dari kelenjar hipofisis.
Masalah ovulasi dapat disebabkan oleh difungsi hipotalamus, kelenjar hipofisis, atau kelenjar tyroid ( karena peningkatan kadar prolaktin dapat disebabkan baik oleh masalah kelenjar hipofisis ataupun kelenjar tyroid ). Dari perspektif psikologi, terdapat juga suatu kolerasi antara hiperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress ( diantara pasangan yangn mendatangi klinik infertilitas ), walaupun efek stress pada fertilisasi memerlukan penelitian lebih lanjut. Penyakit sistematik,yang meliputi DM, penyakit gagal ginjal yang mempengaruhi fungsi endokrin dapat juga menggangu siklus normal.
Walaupun fungsi hormone dapat berada dalam keadaan normal, gangguan pada ovarium dapat mempengaruhi ovulasi. Misalnya kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistis atau kerusakan ovarium akibat endomestiotis atau riwayat pembedahan dapat menggangu siklus ovarium sehingga mempengaruhi fertilitas.
SIKLUS KESEHATAN WANITA
PADA MASA KONSEPSI
Perkembangan biologis antara laki – laki dan perempuan ditentukan sejak masa konsepsi. Janin perempuan mempunyai dua kromosom X dari setiap orang tua. Janin laki – laki mempunyai kromosom X dan Y, kromosoms X dari ibu dan kromosom Y dari ayah. Sejak tujuh minggu masa depan konsepsi, organ seksualitas laki – laki mulai terbentuk karena pengaruh hormon estrogen. Dan pada waktu yang sama organ seksual perempuan mulai terbentuk karena kurangnya testeteron, bukan karena adanya hormone esterogen.
I. Sel telur ( Ovum )
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genetalia ridge. Menurut umur wanita, jumlah oorganisme adalah :
a. Bayi baru : 750.000
b. Umur 6 – 15 tahun : 439.000
c. Umur 16 – 25 tahun : 159.000
d. Umur 35 – 45 tahun: 34.000
e. Masa menaupose : semua hilang.
Urutan pembuahan ovum ( oogenesis ) :
a. Oogonia
b. Oosit pertama ( Primary Oocyte )
c. Primary ovarian fillicel
d. Liquor folliculi
e. Pematangan pertama ovum
f. Pematangan kedua ovum pada waktu sperma mebuahi telur
II. Sel mani ( Sperma )
Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala, berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti ( nucleus ), leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah, dan ekor, yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat. Panjang ekor sperma kira – kira 10x bagian kepala. Jumlah sperma yang dikeluarkan sekali membuahi berjuta – juta sel mani yang keluar.
Secara embrional, spermatogonium berasal darisel primitive tubilus testis. Setelah bayi laki – laki lahir, jumlah spematogenium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa akil baliq. Pada masa pubertas, dibawah pengaruh sel – sel interstisial leydig, sel – sel spermatogenium ini mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah spermatogenesis.
Urutan pertumbuhan sperma ( spermatogenesis ) :
a. Spermatogenium, membelah dua
b. Spermatosid pertama, membelah dua
c. Spermatosid kedua, membelah dua
d. Spermatid, kemudian tumbuh menjadi
e. Spermatozoon ( sperma )
III. Pengertian Konsepsi
Suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur didalam tuba falopi. Hanya satu sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. Konsepsi dapat terjadi, jika beberapa kriteria berikut di penuhi :
a. Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat.
b. Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi.
c. Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi.
d. Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai penetrasi dan akhirnya membuahi ovum.
Konsepasi memiliki kemungkinan paling berhasil, jika hubungan seksual berlangsung tepat sebelum ovula. Sperma dapat hidup selama 3 – 4 hari didalam saluran genetalia wanita dan idealnya harus berada didalamtuba falopii saat ovulasi terjadi, karena ovum hanya bisa hidup selam 12 – 24 jam. Wanita dapat memprediksi ovulasi dengan memantau perubahan dalam tubuhnya. Misalnya, sekitar waktu ovulasi, serviks memendek, melunak dan sedikit berdilatasi. Salah satu indicator ovulasi yang paling kuat adalah status lender serviks yang menjadi transparan, licin, dan banyak ( Flynn, 1992 ). Lendir tersebut juga dapat direnggangkan, suatu materi yang disebut spinnbarkeit. Setelah ovulasi, lender kembali menjadi kental, lengket, dan jumlahnya menurun ( Norman, 1986 ). Tindakan lebih jauh yang dapat dilakukan wanita adalah mengobservasi suhu tubuh basalnya, yang meningkat sebesar 0,2 derajat celcius segera setelah ovulasi.
Sebelum sebuah sperma mampu mempenetrasi dan membuahi sebuah ovum, sperma harus menjalani sebuah proses yang disebut kapasitasi ( berlangsung kurang lebih 7 jam ). Pada proses ini membrane sperma menjadi rapuh ( fragile ) dan melepaskan enzim hidrolitik dari akrosom ( lapisan seperti helm yang menutupi kepala sperma ). Enzim ini ( hialuronidase dan proteinase ) harus mencerna korona radiata dan zona pelusida sebelum dapat mencapai membrane ovum. Walaupun banyak sperma terlibat dalam proses cerna ini, hanya satu sperma yang dibiarkan mempenetrasi ovum. Segera setelah satu sprema memasuki ovum, perubahan kimia terjadi. Perubahan kimia ini mula – mula mencegah sperma lain berfusi lebih jauh dengan membrane ovum dan pada akhirnya semua sperma yang tersisa dikeluar dari ovum.
Begitu sperma telah memasuki ovum, sperma sementara berada didalam sitoplasma perifer, sementara nucleus wanita menjadi matur dan jumlah kromosom wanita menurun dari 46 menjadi 23. Nucleus sperma menjadi membengkak dan saling mendekat sebagai pronukleus pria dan wanita saat terbentuk suatu “ kumparan “ diantara kedua nucleus tersebut membrane pronukleus kemudian rupture dan kromosom yang dibebaskan berkombinasi membentuk zigot. Pada waktu inilah fertilisasi ( pembuahan ) terjadi.
Waktu yang optimal untuk mulainya kehamilan adalah dalam 24 jam ovulasi. Koitus ( hubungan seksual ) selama 24 jam sebelum ovulasi akan menyediakan spermatozoa pada tuba falopii yang siap menerima kedatangan ovum. Dengan demikian penting bagi wanita mencoba untuk mengerti bahwa ia mengetahui perkiraan hari ovulasinya.
Metode berukit dapat dipergunakan untuk menilai hari ovulasi :
a. Metode kalender
Pencatatan sebaiknya dilakukan terus dalam satu periode paling tidak 6 bulan, yang mencatat hari pertama setiap periode menstruasi ( hari ke 1 keduanya darah mentruasi ) dan dengan demikian menghitung waktu ovulasi selama 15 hari sebelum periode khusus tersebut. Pada cara ini diperkirakan hari – hari pada bulan berikutnya kapan wanita akan menstruasi dan dengan demikianjuga dapat diperkirakan hari – hari kapan wanita tersebut berovulasi. Apabila mensttruasinya tidak teratur, maka penghitungan demikian tidak mungkun dilakukan.
b. Metode suhu
Pelepasan progesterone telah menyebabkan peningkatan suhu tubuh sampai 0,5 derajat Celsius. Suhu tubuh tersebut akan sedikit turun tepat sebelum mulainya ovulasi dan kemudian meningkat segera setelah ovulasi. System ini memerlukan pencetatan suhu mulut segera pada setiap bangun tidur pagi. Peningkatan suhu tubuh tersebut harus menetap dalam 24 jam untuk membuktikan bahwa telah terjadi ovulasi. Pemakaian metode ini mungkin dapat keliru karena kenaikan suhu dapat menunjukan adanya infeksi dan penurunan suhu tubuh kadang – kadang terjaid akibat dari pemberian obat misalnya aspirin.
c. Perubahan mucus serviks
Peningkatan kadar estrogen tepat sebelum ovulasi menyebabkan peningkatan sekresi serviks maupun pengurangan kekentalan ( vikositas ) sekresi tersebut. Karena sekresi merupakan bagian dari sekresi vagina maka perubahan dapat dikenal oleh wanita yang diharapkan dapat mengerti. Walaupun demikian, akan memerlukan waktu 2 atau 3 bulan lagi pasangan yang sebelumnya belum pernah mengetahui maknanya untuk memperhatikan hal ini.
IV. Tahap – Tahap Perkembangan Janin
a. Tahap perkembangan janin minggu 1 – 4
Minggu pertama :
• Stadium 1 : seltelur yang dibuahi
• Stadium 2 : hari ke 2 – 3, pembentukan alur. Diferensiasi menjadi sel – sel luar dan dalam pembelahan sel pertama langsung beralih kestadium kedua buah sel sementara diangkut menjadi saluran telur.
• Stadium 3 : blastokista bebas menjadi senyawa sehingga jumlah sel menjadi 32 – 58 buah dimulai pembentukan rongga blastokista. Hari ke 4 – 5 blatokista bebas. Embrioblast dan trofoblast rongga blatokista dilanjutkan dengan nidasi yang berlangsung selama kurang lebih satu minggu.
Minggu kedua : Implantasi
• Stadium 4 : implantasi blatokista dan krucut implantasi dalam selpaut lendir rahim.
• Stadium 5 : masuknya blatokista kedalam selaput lendir sampai awal peredaran uteroplasenta.
Minggu ketiga : blatokista trilaminar
• Stadium 6 : pembentukan mesoderm ekstra embrional dan reorganisasi rongga – rongga embrional dan terbentuk garis sederhana.
• Stadium 7 : timbauan korda
• Stadium 8 : terusan aksial
• Stadium 9 : lipatan kepala mulai terbentuk, jantung mulai berdenyut dan jonjot – jonjot karion mulai terapung bebas dalam darah ibu.
Minggu keempat :
• Perkembagan bentuk badan, mencakup stadium 10 – 13 pada awal minggu ke 4 jantung berdenyut, peredaran darah berfungsi, bumbung saraf menutup. Embrio melipatkan diri lepas dari kandung kuning telur.
• Diakhir minggu ke 4 gestasi, sel – sel embrio tumbuh dengan cepat tapi belum menyerupai manusia sesungguhnya.
• Perkembangan minggu ke 4 gestasi mencakup yang berikut :
- Panjang 0,75 – 1 mm ; berat 400 mg
- Pembentukan korda spinalis dan mulai menyatu digaris tengah back bant ( kepala menyentuh ekor ).
- Jantung mengalami rudimeter, tampak seperti gumpalan dipermukaan anterior.
- Gumpalan mirip lengan dan kaki
- Mata, telinga dan hidung mengalami rudimenten.
b. Tahap perkembangan janin minggu ke 5 – 8 : organogenesis
• Satium 14 : miotom – miotom
Panjang 5 – 7 mm, usia 31 – 35 hari, alur lensa menenggelamkan kedalam cawan mata. Duktus endolimfatikus bertunas keluar dari gelembung telinga. Lengkung kepala dan lengkung temgkuk sangat menonjol.
• Stadium 15 : topografi pembuluh – pembuluh darah
Panjang 7 – 9 mm, usia 35 – 38 hari, ectoderm menutup diatas gelembung lensa. Tepek penghidu membenankan diri menjadi suatu alur kecil. Terbentuk tepek telingga.
• Stadium 16 : tonjolan – tonjolan wajah
Panjang 8 – 11 mm, usia 37 – 42 hari. Pada embrio yang tidak difiksasi sudah mengalami pigmentasi. Benjolan – benjolan telinga tampak jelas. Sinus serviklis menutup. Telapak tangan amat jelas, telapak kaki samara – samar.
• Stadium 17 : gelembung – gelembung telenfesalon.
• Stadium 18 – 19 : bentuk yang kuboid.
• Stadium 20 : tangan pada sikap pronasi. Kerangka tulang rawan dan susunan otot.
• Stadium 23 : histologi. Pengolahan bertahap pada kepala.
• Diakhir minggu ke 8 gestasi, organogenesis telah lengkap.
• Perkembangan pada minggu ke 8 gestasi mencekup yang berikut :
- Panjang 2,5 cm ; berat 20 gram
- Jantung mulai berdenyut disertai adanya katup dan septum.
- Gambaran wajah dapat dilihat.
- Ekstremitas terbentuk.
- Ekor mengalami retrogesi, abdomen kencang dan kantung gestasional kelaminnya.
• Minggu ke 12 :
- Panjang 7 – 9 cm
- Berat 45 gram
- Terjadi gerakan janin spontan.
- Reflek babinski positif.
- Pembentukan lempeng osifikasi.
- Jenis kelamin bisa dibedakan dari tampilan luar.
- Sekresi ginjal dapat dimulai : urin belum terdapat di cairan amnion.
- Denyut jantung dapat di dengar melalui doppler
• Minggu ke 16 :
Diakhir minggu keenam belas gestasi janin menelan cairan amniotonic dengan aktif.
- Gestasi mencakup :
o Panjang 10 -17 cm.
o Berat 55 – 120 gram
o Quickening
o Antibody mulai di produksi
o Rambut mulai terbentuk
o Mekonium terdapat di usus bagian atas
o Terbentuk lemak coklat
o Pola tidur dan aktifitas dapat dibedakan.
• Minggu ke 24 :
Ketika janin mencapai usia 24 minggu, atau beratnya mencapai 601 gram, mereka telah mencapai batas usia viabilitas jika kelahiran mereka ditangani di fasilitas pelayanan modern.
- Gestasi mencakup yang berikut :
o Panjang 28 – 36 cm
o Berat 550 gram
o Antybody pasif ditransfer dari ibu kejanin
o Terdapat ferniks kaseosa
o Mekonium terdapat direktum
o Produksi surfaktan mulai aktif
o Kelopak dan bulu mata sudah dapat dibedakan
o Kelopak mata sudah mulai terbuka dan pupil raktif.
c. Tahap perkembangan janin minggu ke 28 :
• Pembuluh darah retina rentan terhadap kerusakan akibat konsentrasi oksigen, ini menjadi pertimbangan penting pada saat merawat bayi dengan berat lahir rendah yang memerlukan oksigen.
• Perkembangan pada minggu ke 28 getasi mencakup yang berikut :
- Panjang 35 – 38 cm
- Berat 1200 gram
- Alfeolus paru matang
- Terbentuk surfaktan dicairan amnion
- Testis turun ( pada pria )
d. Tahap perkembangan janin minggu ke 32 :
• Diakhir minggu ke 32 gesatasi janin mulai menetapkan diri pada posisi lahir.
• Perkembangan pada minggu ke 32 gestasi mencakup yang berikut :
- Panjang 38 – 43 cm
- Berat 1600 gram
- Terdapat simpanan lemak subkutan
- Reflek moro aktif
- Terbentuk cadangan zat besi
- Janin mulai peka terhadap suara – suara dari luar kandungan
- Kuku jari memenuhi ujung – ujung jari.
e. Tahap perkembangan janin minggu ke 36 :
• Diakhir minggu ke 36 janin berada pada posisi verteks atau kepala berada dibawah
• Perkembangan pada minggu ke 36 gestasi mencakup sebagai berikut :
- Panjang 42 – 49 cm
- Berat 1900 – 2700 gram
- Terdapat simpanan glikogen, besi, karbohidrat dan kalsium
- Simpanan lemaksubkutan meningkat
- Lipatan plantar terbentuk 1 – 2
- Laguno menghilang
- Biasanya berada pada posisi verteks
f. Tahap perkembangan janin pada minggu ke 40 :
• Pada primipara, janin biasanya masuk kejalan lahir selama 2 minggu terakhir kehamilan yang membuat ibu merasa bahwa bayi siap lahir. Ini merupakan peringatan bahwa trimester ke 3 kehamilan sudah berakhir dan persalinan siap dimulai.
• Pada perkembangan minggu ke 40 gestasi mencakup yang berikut :
- Panjang 48 – 52 cm
- Berat 3000 gram
- Ginjal janin aktif
- Verniks kaseosa terbentuk lengkap
- Plantar mulai banyak
- Kuku jari mulai panjang
V. Faktor – Faktor yang mempengaruhi konsepsi :
1. Infertilitas pada wanita
Untuk menjadi hamil, wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur, ovumnya harus normal dan tidakboleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau amplantasi ovum yang sudah di buahi. Oleh karena itu, penyebeb infertilitas pada wanita, yang dapat disebabkan oleh faktor, psikologis, atau kombinasi keduanya, dapat dibagi menjadi masalah ovulasi atau hambatan atau abnormalitas dalam saluran reproduksi.
2. Masalah ovulasi
Karena ovulasi normal berlangsung dibawah kendali hormone, gangguan tertentu dalam system endokrin dapat mempengaruhi fertilisasi. Dengan menelusuri kembali peristiwa – peristiwa yang menyebabkan ovulasi, area – area yangn terkait dengan sistem endokrin menjadi jelas. Pertama hipotalamus perlu melepaskan faktor pelepasan gonadotropin yang bekerja pada kelenjar hipofisis, menyebabkan pelepasan FSH dan LH. FSH menstimulasi sebuah folikel menjadi matang dan menyebabkan produksi estrogen, sedangkan LH menstimulasi pelepasan ovum dan produksi progesterone. Produksi estrogen dan progesterone juga dipengaruhi oleh kadar prolaktine yang bersikulasi dari kelenjar hipofisis.
Masalah ovulasi dapat disebabkan oleh difungsi hipotalamus, kelenjar hipofisis, atau kelenjar tyroid ( karena peningkatan kadar prolaktin dapat disebabkan baik oleh masalah kelenjar hipofisis ataupun kelenjar tyroid ). Dari perspektif psikologi, terdapat juga suatu kolerasi antara hiperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress ( diantara pasangan yangn mendatangi klinik infertilitas ), walaupun efek stress pada fertilisasi memerlukan penelitian lebih lanjut. Penyakit sistematik,yang meliputi DM, penyakit gagal ginjal yang mempengaruhi fungsi endokrin dapat juga menggangu siklus normal.
Walaupun fungsi hormone dapat berada dalam keadaan normal, gangguan pada ovarium dapat mempengaruhi ovulasi. Misalnya kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistis atau kerusakan ovarium akibat endomestiotis atau riwayat pembedahan dapat menggangu siklus ovarium sehingga mempengaruhi fertilitas.
epidemiologi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini kita dapat lihat perkembangan epidemiologi sebagai suatu bidang ilmu yang mempelajari keadaan dan sifat karakteristik suatu kelompok penduduk tertentu,dengan memperhatikan berbagai perubahan yang terjadi pada penduduk tersebut yang mempengaruhi derajat kesehatan dan kehidupan sosialnya.Berbagai definisi dan pengertian telah dikemukakan oleh para ahli epidemiologi yang pada dasarnya memeliki kesamaan pengertian yakni epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari,menganalisis,serta berusaha memecahkan berbagai masalah kesehatan maupun masalah yang erat hubungannya dengan kesehatan pada suatu kelompok penduduk tertentu.
B. Tujuan
Tujuan dari disusunnya tugas ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian epidemiologi.
2. Untuk mengetahui elemen epidemiologi.
3. Untuk mengetahui pengertian kesehatan masyarakat.
4. Untuk mengetahui peranan epidemiologi dlam kesehatan masyarakat.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Epidemiologi adalah studi yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi, serta penerapannya untuk pengendalian masalah-masalah kesehatan. (CDC, 2002; Last 2001, Gordis 2000).
Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannya. (Dasar Epidemiologi, Noor Nasri Noor, 2000).
Epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena massal (mass phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural history) penyakit menular. (Wade Hampton Frost, 1927).
Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian penyakit yang mengenai kelompok (herd) penduduk. (Greenwood,1934).
Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab kejadian penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. (Brian MacMahon, 1970).
Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia. (Anders Ahlbom dan Staffan Norel, 1989).
Jadi pengertian epidemiologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari distribusi (penyebaran), determinan (faktor penentu), penyakit menular, penyakit infeksi dan non infeksi, serta penyebaran penyakit terhadap manusia dalam konteks lingkungan.
B. Elemen- elemen epidemiologi
o Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrition), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negaraq maju epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
o Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran penyakit-penyakit individu-individu, maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
o Pendekatan Ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis maupun social. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
C. Peranan Epidemiologi Dalam Kesehatan Masyarakat
Epidemiologi bukan hanya menganalisis penyakit serta sebab terjadinya penyakit, tetapi dapat pula ditetapkan dalam berbagai masalah yang ada dimasyarakat, baik yang bertalian erat dengan penyakit atau masalah kesehatan lainnya, maupun yang berhubungan dengan masalah lain dalam masyarakat.
Dalam bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi mempunyai tiga fungsi utama :
1. Menerangkan tentang besarnya masalah dan gangguan kesehatan (termasuk penyakit) serta penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu.
2. Menyiapkan data / informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan program, serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik yang bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta menentukan skala prioritas terhadap kegiatan tersebut.
3. Mengidentifikasi berbagai factor yang menjadi penyebab masalah atau faktor yang berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, para ahli epidemiologi lebih memusatkan perhatiannya pada berbagai sifat karakteristik individu dalam suatu populasi tertentu seperti sifat karakteristik biologis, sosio-ekonomis, demografis, kebiasaan individu serta sifat karakteristik genetis. Pada berbagai sifat karakteristik tersebut, akan memberi gambaran tentang sifat permasalahan yang ada dalam masyarakat serta kemungkinan factor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam penerapannya, kegiatan epidemiologi dapat dibagi dalam dua bentuk utama.
Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif terutama menganalisis masalah yang ada dalam suatu populasi tertentu serta menerangkan keadaan dan sifat masalah tersebut, termasuk berbagai factor yang erat hubungannya dengan timbulnya masalah.Bentuk kegiatan ini dapat memberikan gambaran tentang adanya masalah dalam populasi tertentu dengan membandingkan populasi tersebut terhadap populasi lainnya, atau dengan populasi yang sama pada waktu yang berbeda.Bentuk ini banyak digunakan dalam mencari keterangan tentang keadaan derajat kesehatan maupun masalah kesehatan dalam suatu populasi tertentu pada waktu dan tempat yang tertentu pula. Disamping itu epidemiologi deskriptif dapat pula memberikan gambaran tentang faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan pada suatu populasi tertentu dengan menggunakan analisis data epidemiologi serta data informasi lain yang bersumber dari berbagai disiplin seperti data genetika, biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi, sosial ekonomi, dan sumber keterangan lainnya.
Sebagai contoh penggunaan epidemilogi deskriptif antara lain pada usaha penanggulangan berbagai wabah penyakit menular yang timbul dalam masyarakat. Disamping itu penggunaan epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis masalah kesehatan, penyusunan program kesehatan masyarakat serta penilaian hasil usaha dibidang kesehatan masyarakat, serta bidang lain yang berkaitan erat dengan kesehatan seperti kependudukan, keluarga berencana, dan gizi.
Penelitian Epidemiologi
Penelitian epidemiologi (epidemiologic studies) merupakan bagian dari tugas pokok disiplin ilmu epidemiologi dalam mencari factor penyabab maupun hubangan sebab akibat terjadinya penyakit serta gangguan kesehatan lainnya dalam masyarakat. Pada dasarnya penelitian epidemiologi dapat dibagi dalam dua bagian utama yakni :
1. Penelitian berdasarkan percobaan atau perlakuan khusus (eksperimental studies)
Penelitian eksperimental merupakan penelitian dinama peneliti melakukan kegiatan intervensi atau perlakuan khusus pada objek atau sasaran yang diteliti. Dengan demikian pada penelitian eksperimental, peneliti dapat mengatur perlakuan sesuai dengan keinginananya serta dapat mengamati proses kejadian secara langsung baik pada individu maupun pada kelompok. Secara garis besarny, dikenal dua macam penelitian eksperimental yakni :
Penelitian Eksperimental murni (dengan randomisasi)
Penelitian eksperimental murni merupakan penelitian eksperimental yang sering dilakukan di laboratorium maupun di klinik dengan menggunakan randomisasi yaitu setiap individu dalam penelitian tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih dalam kelompok kasus atau control. Yang termasuk dalam kelom[pok ini antara lain penelitian laboratorium untuk uji hipotesis tentang penyebab dan factor resiko, percobaan klinik (clinical trial) termasuk uji coba pengobatan pencegahan dan intervensi klinik. Disamping itu dapat pula dilakukan untuk intervensi pada kelompok komunitas tertentu dalam menentukan resiko tinggi (high risk group) serta untuk menilai berbagai kegiatan klinik dalam komunitas tertentu.
Eksperimental Semu
Eksperimen semu (quasy exsperimental) merupakan penelitian eksperimental tanpa menggunakan randomisasi. Bila pada penelitian eksperimental murni kita lebih banyak menggunakan binatang percobaan maka pada eksperimental semu dapat dilakukan terhadap kelompok populasi tertentu yang merupakan satu kesatuan unit yang tidak dapat dipisahkan. Bentuk penelitian ini antara lain intervensi komunitas, uji coba bentuk pelayanan kesehatan terpadu bagi masyarakat, analisis biaya pelaksanaan usaha kesehatan pada kelompok penduduk tertentu dan sebagainya. Dalam penelitian ini hasil yang diperoleh dapat dibandingkan dengan keadaan kelompok lainnya atau dengan kelompok penduduk yang sama sebelum percobaan dilakukan.
2. Penelitian Observasi
Penelitian observasi (pengamatan) ini didasarkan pada kejadian peristiwa secara alami tanpa suatu perlakuan khusus terhadap kelompok yang diteliti. Secara garis besarnya penelitian dapat dibagi dalam dua bentuk utama yakni :
a) Penelitian deskriptif
Bentuk ini lebih sering disebut analisis deskriptif untuk mengetahui prevalensi kejadian penyakit atau masalah kesehatan lainnya dan untuk mengetahui sifat kejadian tersebut dalam masyarakat serta kecenderungannya untuk masa mendatang. Tergolong juga di dalamnya penelitian prevalensi atau cross-sectional studies. Bentuk penelitian sangat membantu dalam menganalisis ststus kesehatan tertentu serta dapat memberikan keterangan tentang berbagai factor yang berkaitan erat dengan kejadian penyakit untuk digunakan dalam menyusun hipotesis untuk penelitian selanjutnya. Pada dasarnya, bentuk penelitian ini dapt memberikan jawaban pasti tentang faktor penyebab dan hubungan sebab akibat yang jelas.
b) Penelitian Analisis (etiologic)
Penelitian analisis (epidemiologi analitis) merupakan bentuk penelitian epidemiologi yang paling sering digunakan dalam mencari factor penyabab serta hubungan sebab akibat terjadinya penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya. Penggunaan bentuk ini bukan hanya terbatas pada kejadian penyakit pada individu tetapi juga pada kelompok penduduk tertentu.
Peranan dan ruang lingkup epidemiologi yang pada mulanya hanya terbatas pada penyakit menular, berkembang menjadi lebih luas yang meliputi berbagai masalah kesehatan dalam masyarakat. Dan dewasa ini epidemiologi sebagai ilmu dan metode sudah berkembang lebih maju dan hampir meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dengan kemajuan dan pergeseran ruang lingkup dan bidang sasaran epidemiologi menimbulkan pula pergeseran nilai dan peranan, dari orientasi medis kemasalah kesehatan dan masalah social masyarakat menyebabkan minat ilmuwan pada epidemiologi bukan hanya terbatas pada klinisi saja tetapi juga para ahli sosial dan ahli lainnya, sehingga pada Negara yang sudah maju tidak jarang dijumpai ahli epidemiologi dengan latar belakang sosial non-medis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi (penyebaran), determinan (factor penentu), penyakit menular, penyakit infeksi dan non infeksi serta penyebaran penyakit terhadap manusia dalam konteks lingkungan.
Elemen-elemen epidemiologi ada tiga yaitu mencakup semua penyakit, populasi, pendekatan etiologi.
Peranan epidemiologi dalam masyarakat tidak hanya menganalisis penyakit, tetapi dapat pula ditetapkan dalam berbagai masalah yang ada d
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini kita dapat lihat perkembangan epidemiologi sebagai suatu bidang ilmu yang mempelajari keadaan dan sifat karakteristik suatu kelompok penduduk tertentu,dengan memperhatikan berbagai perubahan yang terjadi pada penduduk tersebut yang mempengaruhi derajat kesehatan dan kehidupan sosialnya.Berbagai definisi dan pengertian telah dikemukakan oleh para ahli epidemiologi yang pada dasarnya memeliki kesamaan pengertian yakni epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari,menganalisis,serta berusaha memecahkan berbagai masalah kesehatan maupun masalah yang erat hubungannya dengan kesehatan pada suatu kelompok penduduk tertentu.
B. Tujuan
Tujuan dari disusunnya tugas ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian epidemiologi.
2. Untuk mengetahui elemen epidemiologi.
3. Untuk mengetahui pengertian kesehatan masyarakat.
4. Untuk mengetahui peranan epidemiologi dlam kesehatan masyarakat.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Epidemiologi adalah studi yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi, serta penerapannya untuk pengendalian masalah-masalah kesehatan. (CDC, 2002; Last 2001, Gordis 2000).
Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannya. (Dasar Epidemiologi, Noor Nasri Noor, 2000).
Epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena massal (mass phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural history) penyakit menular. (Wade Hampton Frost, 1927).
Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian penyakit yang mengenai kelompok (herd) penduduk. (Greenwood,1934).
Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab kejadian penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. (Brian MacMahon, 1970).
Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia. (Anders Ahlbom dan Staffan Norel, 1989).
Jadi pengertian epidemiologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari distribusi (penyebaran), determinan (faktor penentu), penyakit menular, penyakit infeksi dan non infeksi, serta penyebaran penyakit terhadap manusia dalam konteks lingkungan.
B. Elemen- elemen epidemiologi
o Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrition), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negaraq maju epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
o Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran penyakit-penyakit individu-individu, maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
o Pendekatan Ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis maupun social. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
C. Peranan Epidemiologi Dalam Kesehatan Masyarakat
Epidemiologi bukan hanya menganalisis penyakit serta sebab terjadinya penyakit, tetapi dapat pula ditetapkan dalam berbagai masalah yang ada dimasyarakat, baik yang bertalian erat dengan penyakit atau masalah kesehatan lainnya, maupun yang berhubungan dengan masalah lain dalam masyarakat.
Dalam bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi mempunyai tiga fungsi utama :
1. Menerangkan tentang besarnya masalah dan gangguan kesehatan (termasuk penyakit) serta penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu.
2. Menyiapkan data / informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan program, serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik yang bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta menentukan skala prioritas terhadap kegiatan tersebut.
3. Mengidentifikasi berbagai factor yang menjadi penyebab masalah atau faktor yang berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, para ahli epidemiologi lebih memusatkan perhatiannya pada berbagai sifat karakteristik individu dalam suatu populasi tertentu seperti sifat karakteristik biologis, sosio-ekonomis, demografis, kebiasaan individu serta sifat karakteristik genetis. Pada berbagai sifat karakteristik tersebut, akan memberi gambaran tentang sifat permasalahan yang ada dalam masyarakat serta kemungkinan factor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam penerapannya, kegiatan epidemiologi dapat dibagi dalam dua bentuk utama.
Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif terutama menganalisis masalah yang ada dalam suatu populasi tertentu serta menerangkan keadaan dan sifat masalah tersebut, termasuk berbagai factor yang erat hubungannya dengan timbulnya masalah.Bentuk kegiatan ini dapat memberikan gambaran tentang adanya masalah dalam populasi tertentu dengan membandingkan populasi tersebut terhadap populasi lainnya, atau dengan populasi yang sama pada waktu yang berbeda.Bentuk ini banyak digunakan dalam mencari keterangan tentang keadaan derajat kesehatan maupun masalah kesehatan dalam suatu populasi tertentu pada waktu dan tempat yang tertentu pula. Disamping itu epidemiologi deskriptif dapat pula memberikan gambaran tentang faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan pada suatu populasi tertentu dengan menggunakan analisis data epidemiologi serta data informasi lain yang bersumber dari berbagai disiplin seperti data genetika, biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi, sosial ekonomi, dan sumber keterangan lainnya.
Sebagai contoh penggunaan epidemilogi deskriptif antara lain pada usaha penanggulangan berbagai wabah penyakit menular yang timbul dalam masyarakat. Disamping itu penggunaan epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis masalah kesehatan, penyusunan program kesehatan masyarakat serta penilaian hasil usaha dibidang kesehatan masyarakat, serta bidang lain yang berkaitan erat dengan kesehatan seperti kependudukan, keluarga berencana, dan gizi.
Penelitian Epidemiologi
Penelitian epidemiologi (epidemiologic studies) merupakan bagian dari tugas pokok disiplin ilmu epidemiologi dalam mencari factor penyabab maupun hubangan sebab akibat terjadinya penyakit serta gangguan kesehatan lainnya dalam masyarakat. Pada dasarnya penelitian epidemiologi dapat dibagi dalam dua bagian utama yakni :
1. Penelitian berdasarkan percobaan atau perlakuan khusus (eksperimental studies)
Penelitian eksperimental merupakan penelitian dinama peneliti melakukan kegiatan intervensi atau perlakuan khusus pada objek atau sasaran yang diteliti. Dengan demikian pada penelitian eksperimental, peneliti dapat mengatur perlakuan sesuai dengan keinginananya serta dapat mengamati proses kejadian secara langsung baik pada individu maupun pada kelompok. Secara garis besarny, dikenal dua macam penelitian eksperimental yakni :
Penelitian Eksperimental murni (dengan randomisasi)
Penelitian eksperimental murni merupakan penelitian eksperimental yang sering dilakukan di laboratorium maupun di klinik dengan menggunakan randomisasi yaitu setiap individu dalam penelitian tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih dalam kelompok kasus atau control. Yang termasuk dalam kelom[pok ini antara lain penelitian laboratorium untuk uji hipotesis tentang penyebab dan factor resiko, percobaan klinik (clinical trial) termasuk uji coba pengobatan pencegahan dan intervensi klinik. Disamping itu dapat pula dilakukan untuk intervensi pada kelompok komunitas tertentu dalam menentukan resiko tinggi (high risk group) serta untuk menilai berbagai kegiatan klinik dalam komunitas tertentu.
Eksperimental Semu
Eksperimen semu (quasy exsperimental) merupakan penelitian eksperimental tanpa menggunakan randomisasi. Bila pada penelitian eksperimental murni kita lebih banyak menggunakan binatang percobaan maka pada eksperimental semu dapat dilakukan terhadap kelompok populasi tertentu yang merupakan satu kesatuan unit yang tidak dapat dipisahkan. Bentuk penelitian ini antara lain intervensi komunitas, uji coba bentuk pelayanan kesehatan terpadu bagi masyarakat, analisis biaya pelaksanaan usaha kesehatan pada kelompok penduduk tertentu dan sebagainya. Dalam penelitian ini hasil yang diperoleh dapat dibandingkan dengan keadaan kelompok lainnya atau dengan kelompok penduduk yang sama sebelum percobaan dilakukan.
2. Penelitian Observasi
Penelitian observasi (pengamatan) ini didasarkan pada kejadian peristiwa secara alami tanpa suatu perlakuan khusus terhadap kelompok yang diteliti. Secara garis besarnya penelitian dapat dibagi dalam dua bentuk utama yakni :
a) Penelitian deskriptif
Bentuk ini lebih sering disebut analisis deskriptif untuk mengetahui prevalensi kejadian penyakit atau masalah kesehatan lainnya dan untuk mengetahui sifat kejadian tersebut dalam masyarakat serta kecenderungannya untuk masa mendatang. Tergolong juga di dalamnya penelitian prevalensi atau cross-sectional studies. Bentuk penelitian sangat membantu dalam menganalisis ststus kesehatan tertentu serta dapat memberikan keterangan tentang berbagai factor yang berkaitan erat dengan kejadian penyakit untuk digunakan dalam menyusun hipotesis untuk penelitian selanjutnya. Pada dasarnya, bentuk penelitian ini dapt memberikan jawaban pasti tentang faktor penyebab dan hubungan sebab akibat yang jelas.
b) Penelitian Analisis (etiologic)
Penelitian analisis (epidemiologi analitis) merupakan bentuk penelitian epidemiologi yang paling sering digunakan dalam mencari factor penyabab serta hubungan sebab akibat terjadinya penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya. Penggunaan bentuk ini bukan hanya terbatas pada kejadian penyakit pada individu tetapi juga pada kelompok penduduk tertentu.
Peranan dan ruang lingkup epidemiologi yang pada mulanya hanya terbatas pada penyakit menular, berkembang menjadi lebih luas yang meliputi berbagai masalah kesehatan dalam masyarakat. Dan dewasa ini epidemiologi sebagai ilmu dan metode sudah berkembang lebih maju dan hampir meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dengan kemajuan dan pergeseran ruang lingkup dan bidang sasaran epidemiologi menimbulkan pula pergeseran nilai dan peranan, dari orientasi medis kemasalah kesehatan dan masalah social masyarakat menyebabkan minat ilmuwan pada epidemiologi bukan hanya terbatas pada klinisi saja tetapi juga para ahli sosial dan ahli lainnya, sehingga pada Negara yang sudah maju tidak jarang dijumpai ahli epidemiologi dengan latar belakang sosial non-medis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi (penyebaran), determinan (factor penentu), penyakit menular, penyakit infeksi dan non infeksi serta penyebaran penyakit terhadap manusia dalam konteks lingkungan.
Elemen-elemen epidemiologi ada tiga yaitu mencakup semua penyakit, populasi, pendekatan etiologi.
Peranan epidemiologi dalam masyarakat tidak hanya menganalisis penyakit, tetapi dapat pula ditetapkan dalam berbagai masalah yang ada d
Langganan:
Postingan (Atom)