Kamis, 27 Agustus 2009

bahan makalah katarak

KATARAK

Katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan pada usia 55 tahun atau lebih. Secara umum dianggap bahwa katarak hanya mengenai orang tua, padahal katarak dapat mengenai semua umur dan pada orang tua katarak merupakan bagian umum pada usia lanjut. Makin lanjut usia seseorang makin besar kemungkinan menderita katarak.
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat keparahan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kelainan bawaan, kecelakaan, keracunan obat, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangannya pada masing-masing mata jarang sama.
Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium meningkat, sedangkan kandungan kalium, asam askorbat dan protein berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak tidak ditemukan glutation.

Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, dan kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Secara umum, edema lensa bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak. Katarak imatur (insipien) hanya sedikit opak, katarak matur yang keruh total (tahap menengah lanjut) mengalami edema. Apabila kandungan air maksimal dan kapsul lensa teregang, katarak disebut mengalami intumesensi (membengkak). Pada katarak hipermatur (sangat lanjut), air telah keluar dari lensa dan meniggalkan lensa yang sangat keruh, relatif mengalami dehidrasi, dengan kapsul berkeriput.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya katarak seperti usia lanjut, kongenital, penyakit mata (glaukoma, ablasi, uveitis, retinitis pigmentosa, penyakit intraokular lain), bahan toksis khusus (kimia dan fisik), keracunan obat(eserin, kotikosteroid, ergot, asetilkolinesterase topikal), kelainan sistemik atau metabolik (DM, galaktosemi, distrofi miotonik), genetik dan gangguan perkembangan, infeksi virus dimasa pertumbuhan janin. Faktor resiko dari katarak antara lain DM, riwayat keluarga dengan katarak, penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu, pembedahan mata, pemakaian kortikosteroid, terpajan sinar UV dan merokok.

Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun pada stadium perkembangan yang paling dini dari katarak, dapat dideteksi melalui pupil yang berdilatasi maksimum dengan oftalmoskop, loupe atau slitlamp.

Pada katarak kongenital, kelainan utama terjadi di nukleus lensa (nukleus fetal atau nukleus embrional), bergantung pada waktu stimulus karaktogenik atau di kutub anterior atau posterior lensa apabila kelainannya terletak di kapsul lensa. Pada katarak akibat usia, kelainan mungkin terutama mengenai nukleus (sklerosis nukleus), korteks (kekeruhan koroner atau kuneiformis), atau daerah subkapsul posterior.




II. ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA


A. Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus dan disebelah posterior terdapat viterus.
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik.
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.

B. Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.
Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.

C. Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase
Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenas.Gangguan lensa adalah kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomali geometrik. Pasien yang mengalami gangguan-gangguan tersebut akan menderita kekaburan penglihatan tanpa nyeri.
III. KLASIFIKASI KATARAK
Klasifikasi katarak berdasarkan usia :
1. katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
2. katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun
1.) KATARAK KONGENITAL
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :
1. kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak polaris.
2. katarak lentikular, termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau nukleus saja.
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium.
Hampir 50 % katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya.
Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. Pada setiap leukokoria perlu pemeriksaan yang lebih teliti untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pemerisaan leukokoria dilakukan dengan melebarkan pupil.
Pada katarak kongenital penyulit yang dapat terjadi adalah makula lutea yang tidak cukup mendapat rangsangan. Makula tidak akan berkembang sempurna hingga walupun dilakukan ekstraksi katarak maka visus biasanya tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris (ambyopia ex anopsia). Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi berupa nistagmus dan strabismus.
Kekeruhan katarak kongenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan gambaran morfologik.
Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital :
- katarak piramidalis atau polaris anterior
- katarak piramidalis atau polaris posterior
- katarak zonularis atau lamelaris
- katarak pungtata dan lain-lain
Penanganan tergantung jenis katarak unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain, dan saat terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukan hal yang buruk pada katarak kongenital.
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi. Operasi katarak dilakukan bila refleks fundus tidak tampak. Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan
Tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak kongenital adalah disisio lensa, ekstraksi liniar, ekstraksi dengan aspirasi.
Pengobatan katarak kongenital bergantung pada :
1. katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera setelah katarak terlihat.
2. katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera sebelum terjadinya juling; bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak dilakukan tindakan segera; perawatan untuk ambliopia sebaiknya dilakukan sebaik-baiknya.
3. katarak total atau kongenital unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah terjadi ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat mungkin, dan diberikan kacamata segera dengan latihan bebat mata.
4. katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih koservatif sehingga sementara dapat di coba dengan kacamata midriatika; bila terjadi kekeruhan yang progresif disertai mulainya tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan, biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik.

 Katarak Rubella
Rubella pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa fetus.
Terdapat 2 bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih seperti mutiara atau kekeruhan diluar nuklear yaitu korteks anterior dan posterior atau total.
Mekanisme terjadinya tidak jelas, akan tetapi diketahui bahwa rubella dapat dengan mudah melalui barier plasenta. Visus ini dapat masuk atau terjepit didalam vesikel lensa dan bertahan didalam lensa sampai 3 tahun.

2.) KATARAK JUVENIL
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti:
1. Katarak metabolik
a.) Katarak diabetika dan galaktosemik (gula)
b.) Katarak hipokalsemik (tetanik)
c.) Katarak defisiensi gizi
d.) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
e.) Penyakit Wilson
f.) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain
2. Otot
Distrofi miotonik (umur 20-30 tahun)
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
a.) Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis)
b.) Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma)
c.) Katarak anoksik
d.) Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol (MER-29), antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, besi)
e.) Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit (sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom
f.) Katarak radiasi
3.) KATARAK SENILE (katarak terkait usia)
Katarak senilis ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile ini jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur. Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kaca mata (second sight). Miopia artificial ini disebabkan oleh peningkatan indeks rafraksi lensa pada stadium insipient.( Vaughan, G, Asbury,T, Eva-Riordan, P, ed 14).
 Tanda dan Gejala:
1. Penglihatan kabur dan berkabut
2. Merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang merasa seperti ada film didepan mata
3. Seperti ada titik gelap di depan mata
4. Penglihatan ganda
5. Sukar melihat benda yang menyilaukan
6. Halo, warna disekitar sumber sinar
7. Warna manik mata berubah atau putih
8. Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari
9. Penglihatan dimalam hari lebih berkurang
10. Sukar mngendarai kendaraan dimalam hari
11. Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah
12. Sering berganti kaca mata
13. Penglihatan menguning
14. Untuk sementara jelas melihat dekat
Katarak senile biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
Konsep penuaan:
- Teori putaran biologic
- Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali -> kemudian mati
- Imunologis; dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan kerusakan sel
- Teori mutasi spontan
- Teori “ a free radical “
o Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat
o Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
o Free redical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vit. E
- Teori “ a cross-link”
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu :
a. Katarak Nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman . Keadaan ini disebut katarak BRUNESEN atau NIGRA.
b. Katarak Kortikal
Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa . Dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari.
c. Katarak Kupuliform
Mulai dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuklear.Kekeruhan terletak dilapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring
Perubahan lensa pada usia lanjut
1. Kapsul
Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur,dan terlihat bahan granular
2. Epitel – makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat , bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa :
Lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal. Korteks tidak berwarna karena:
 Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
 Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
(Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
Katarak senile secara klinik dikenal 4 stadium yaitu: insipient, intumesen, imatur, matur, hipermatur morgagni.
Pada katarak senile sebaiknya disingkirkan penyakit mata local dan penyakit sistemik seperti diabetes militus yang dapat menimbulkan katarak komplikata.
Perbedaan stadium katarak senile:
Insipient Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Massif
Cairan lensa Normal Bertambah
(air masuk) Normal Berkurang (air + massa lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negative Positive Negative Pseudopos
Penyulit - Glukoma - Uveitis+glaucoma
(Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)

Katarak Senil Dapat Dibagi Atas Stadium:

Katarak insipient :
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut: kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.
Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
Katarak Imatur :
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)

Katarak Matur:
Bila proses degenerasiberjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)



Katarak Hipermatur :
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)

Katarak Intumesen :
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)



Katarak Brunesen :
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)

Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila tajam pengelihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glukoma dan uveitis.Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)

Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara defenitif memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih dari 90%. Sisanya 10% pasien mungkin telah mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya glukoma, ablasio retina, perdarahan corpus vitreum, infeksi atau pertumbuhan epitel ke bawah (ke arah kamera anterior ) yang menghambat pemulihan visus. Lensa intraokular dan lensa kontak kornea menyebabkan penyesuaian setelah operasi katarak menjadi lebih mudah dibandingkan pemakaian kacamata katarak yang tebal. ( oftalmologi umum, Daniel G. vaugan, dkk )

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:
1.) Katarak Inti ( Nuclear )
2.) Katarak Kortikal
3.) Katarak Subkapsular

1.) KATARAK INTI (NUCLEAR)
Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.
Keluhan yang biasa terjadi:
• Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat, dan untuk melihat dekat melepas kaca matanya
• Setelah mengalami penglihatan kedua ini ( melihat dekat tidak perlu kaca mata ) penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning. Lensa lebih coklat
• Menyetir malam silau dan sukar
• Sukar membedakan warna biru dan ungu

2.) KATARAK KORTIKAL
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita DM.
Keluhan yang biasa terjadi:
• Penglihatan jauh dan dekat terganggu
• Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra

3.) KATARAK SUBKAPSULAR
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.
Keluhan yang biasa terjadi:
• Mengganggu saat membaca
• Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya
• Mengganggu penglihatan
KATARAK KOMPLIKATA
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma, tumor intraocular, iskemia ocular, nekrosis anterior segmen, buftalmos,akibat suatu trauma dan pasca bedah mata.
Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin(diabetes melitus, hipoparatiroid,galaktosemia,dan miotonia distrofi) dan keracunan obat ( tiotepa intravena, steroid local lama, steroid sistemik, oral kontraseptik dan miotika antikolinesterase ).
Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya didaerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapay difus, pungtata, linear, rosete, reticulum dan biasanya terlihat vakuol.
Dikenal 2 bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada polus posterior mata dan akibat kelainan pada polus anterior bola mata. Katarak pada polus posterior terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa, ablasi retina, kontusio retina dan myopia tinggi yang mengakibatkan kelainan badan kaca. Biasanya kelainan ini berjalan aksial dan tidak berjalan cepat didalam nucleus, sehingga sering terlihat nucleus lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi retina memberikan gambaran agak berlainan.
Katarak akibat kelainan polus anterior bola mata biasanya diakibatkan oleh kelainan kornea berat, iridoksiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada iridoksiklitis akan mengakibatkan katarak subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaucoma akan terlihat katarak disiminata pungtata subkapsular anterior (katarak Vogt).
Katarak komplikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani infantile, hipoparatiroidisma. Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu – waktu menjadi katrak lamellar. Pada pemeriksaan darah terlihat kadar kalsium turun.
 KATARAK DIABETES
Katarak diabetes merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus. Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan sistemik, seperti salah satunya pada penyakit diabetes mellitus.
Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk:
1. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bil a tejadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.
2. Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsular.
3. Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histopatologi dan biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keaaan hiperglikemia terdapat penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam lensa.
Pada mata terlihat peningkatkan insidens maturasi katarak yang lebih pada pasien diabetes. Jarang ditemukan “true diabetic” katarak. Pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan. Diperlukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah gula puasa.
Galaktosemia pada bayi akan memperlihatkan kekeruhan anterior dan subkapsular posterior. Bila dilakukan tes galaktosa akan terlihat meningkat di dalam darah dan urin.
2.) KATARAK SEKUNDER
Menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular.
Epitel lensa subkapsul yang tersisa mungkin mencoba melakukan regenerasi serat-serat lensa, sehingga memberikan gambaran “telur ikan” pada kapsul posterior (manik-manik Elschnig). Lapisan epitel yang berproliferasi tersebut mungkin menghasilkan banyak lapisan, sehingga menimbulkan kekeruhan. Sel-sel ini mungkin juga mengalami diferensiasi miofibroblastik. Kontraksi serat-serat ini menimbulkan banyak kerutan-kerutan kecil di kapsul posterior, yang menimbulkan distorsi penglihatan. Semua ini menimbulkan penurunan ketajaman penglihatan setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular.
3.) KATARAK TRAUMATIK
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Sebagian besar katarak traumatik dapat dicegah.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang korpus vitreum masuk dalam struktur lensa.
Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata jadi merah, lensa opak, dan mungkin disertai terjadinya perdarahan intraokular. Apabila humor aqueus atau korpus vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit adalah infeksi, uveitis, ablasio retina dan glaukoma.
 Pemeriksaan dan Diagnosa:
- Anamnesa:
• Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)
• Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
• Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti:
a. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
b. Perubahan daya lihat warna
c. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata
d. Lampu dan matahari sangat mengganggu
e. Sering meminta ganti resep kaca mata
f. Lihat ganda
g. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
h. Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain

- Pemeriksaan klinis:
Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui senter tangan, kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi.
Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.
 Penatalaksanaan:
Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan.
Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan kegitannya sehari-hari.
Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar.
Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.
Indikasi operasi :
- Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
- Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaukoma
- Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60
 Persiapan bedah katarak:
Biasanya pembedahan dipersiapkan untuk mengeluarkan bagian lensa yang keruh dan dimasukkan lensa buatan yang jernih permanent.
Pra bedah diperlukan pemeriksaan kesehatan tubuh umum untuk menentukan apakah ada kelainan yang menjadi halangan untuk dilakukan pembedahan. Pemeriksaaan ini akan memberikan informasi rencana pembedahan selanjutnya.
Pemeriksaan tersebut termasuk hal-hal seperti:
- Gula darah
- Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan
- Tekanan darah
- Elektrokardiografi
- Riwayat alergi obat
- Pemeriksaan rutin medik lainnya dan bila perlu konsultasi untuk keadaan fisik prabedah
- Tekanan bola mata
- Uji Anel
- Uji Ultrasonografi Sken Auntuk mengukur panjang bola mata yang bersama dengan mengukur. Pada pasien tertentu kadang-kadang terdapat perbedaan lensa yang harus ditanam pada kedua mata. Dengan cara ini dapat ditentukan ukuran lensa yang akan ditanam untuk mendapatkan kekuatan refraksi pasca bedah.
- Sebelum dilakukan operasi harus diketahui fungsi retina, khususnya makula, diperiksa dengan alat retinometri
- Jika akan melakukan penanaman lensa maka lensa diukur kekuatannya ( dioptri ) dengan alat biometri
- Keratometri mengukur kelengkungan kornea untuk bersama ultrasonografi dapat menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam
 Teknik anestesi yang digunakan:
1. Lokal
Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah anestesi lokal. Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:
a. Topikal anestesi
b. Sub konjungtiva ( sering digunakan ) obat anestesi yang dipakai Lidokain + Markain (1:1)
c. Retrobulbaer
d. Parabulbaer
2. Umum
Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak
 Komplikasi Operasi:
Komplikasi dapat ditekan seminimal mungkin jika perawatan pre-operasi dan pasca operasi dilakukan sesuai prosedur. Adapun komplikasi yang dapat terjadi antara lain: endophthalmitis ( infeksi intraokuler ), iris prolaps

Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.
1. Pengangkatan lensa
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
A.) ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK
Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya.
Untuk memperlunak lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa melalui sayatan yang kecil, digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi). Termasuk kedalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. .(Prof.dr.H. Sidarta Ilyas. SpM, Penuntun ilmu penyakit mata, FKUI, edisi 3, 2005)


B.) ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK: ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. lensa beserta kapsulnya dikeluarkan dengan memutus zonula Zinn yang telah mengalami degenerasi. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.(Prof.dr.H. Sidarta Ilyas. SpM, Penuntun ilmu penyakit mata, FKUI, edisi 3, 2005)
2. Penanaman lensa baru
Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat.
Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokular, biasanya lensa intraokular dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata. (

Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang serius.
Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep.
Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.

 Differential Diagnosa:
- Leukokoria
- Fibroplasti retrolensa
- Ablasi retina
- Membrana pupil iris persistans
- Oklusi pupil
- Retinoblastoma


 Prognosis :
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.

 Pencegahan :
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga kecepatan berkembangnya katarak dengan:
- Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah
- Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
- Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata
- Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyak

Perawatan Payudara

Pengertian

Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar.


Manfaat Perawatan Payudara

1. Menjaga kebersihan payudara, terutama kebesihan puting susu agar terhindar dari infeksi.
Melunakkan serta memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi dapat menyusu dengan baik.
Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi asi lancar.
Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan melakukan usaha-usaha untuk mengatasinya.
Persiapan psikis ibu menyusui.


Cara melakukan perawatan payudara ibu menyusui

1. Persiapan alat

Alat yang dibutuhkan :

§ Handuk

§ Kapas

§ Minyak kelapa / baby oil

§ Waslap

§ 2 Baskom (masing-masing berisi air hangat dan dingin )

2. Prosedur perawatan

a. Buka pakaian ibu

b. Letakkan handuk di atas pangkuan ibu dan tutuplah payudara dengan handuk.

c. Buka handuk pada daerah payudara.

d. Kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5 menit.

e. Bersihkan dan tariklah puting susu keluar terutama untuk puting susu yang datar.

f. Ketuk-ketuk sekeliling puting susu dengan ujung-ujung jari.

g. Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa

h. Kedua telapak tangan diletakkankan di antara kedua payudara

i. Pengurutan dimulai ke arah atas, samping, telapak tangan kiri ke arah sisi kiri, telapak tangan kanan ke arah sisi kanan

j. Pengurutan diteruskan ke bawah, samping, selanjutnya melintang, telapak tangan mengurut ke depan kemudian dilepas dari kedua payudara.

k. Telapak tangan kanan kiri menopang payudara kiri, kemudian jari-jari tangan kanan sisi kelingking mengurut payudara ke arah puting susu.

l. Telapak tangan kanan menopang payudara dan tangan lainnya menggengam dan mengurut payudara dari arah pangkal ke arah puting susu.

m. Payudara disiram dengan air hangat dan dingin secara bergantian kira-kira 5 menit ( air hangat dahulu)

n. Keringkan dengan handuk

o. Pakailah BH khusus untuk ibu menyusui (BH yang menyangga payudara).

Ikterik Pada Bayi Baru Lahir

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, kami tak henti-hentinya ucapkan atas terselesaikannya makalah ini. Tanpa ridho dan kasih sayang serta petunjuk darinya mustahil makalah ini dapat kami kerjakan dengan sebaik-baiknya. Lewat makalah ini kami mencoba memberikan sedikit pandangan dan gambaran mengenai Ikterik pada Bayi Baru Lahir.Mengingat tema yang kami angkat ini mempunyai pengaruh banyak bagi kehidupan khususnya pengetahuan utama bagi bidan untuk itulah kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihayang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dorongan kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Adapun sebagian kecil pihak-pihak yang telah membantu kami antara lain:
1. Ibu Salis S.Si.T selaku dosen pembimbing ASKEB Neonatus .
2. Orang tua yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik secara finansial, material,spiritual, selama penyusunan makalah ini
3. Teman-teman serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Atas bantuannya, bimbingan dan amal budi yang telah diberikan kepada
kami mendapat balasan yang sesuai dari Allah SWT.Akhirnya kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak lubang yang terliang dan masih banyak juga rongga yang terengah. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaannya makalah ini di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat di pergunakan dengan sebaik-baiknya.

Pati, Agustus 2009





Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iiii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latarbelakang 1
2. Permasalahan 2
3. Tujuan 2
BAB II TINJAUAN TEORI
1. Pengertian 3
2. Etiologi dan Faktor Resiko 4
3. Klasifikasi 5
4. Patofisiologi 9
5. Tata Laksana 10
6. Terapi Sinar 13
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan 16
b. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA













BAB I
PENDAHULUAN



1. LATAR BELAKANG
Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat tingginya produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Pada neonatus produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibanding orang dewasa normal. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit pada neonatus lebih banyak dan usianya lebih pendek.
Keadaan bayi kuning (ikterus) sangat sering terjadi pada bayi baru lahir, terutama pada BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Banyak sekali penyebab bayi kuning ini. Yang sering terjadi adalah karena belum matangnya fungsi hati bayi untuk memproses eritrosit ( sel darah merah). Pada bayi usia sel darah merah kira-kira 90 hari. Hasil pemecahannya, eritrosit harus diproses oleh hati bayi. Saat lahir hati bayi belum cukup baik untuk melakukan tugasnya. Sisa pemecahan eritrosit disebut bilirubin, bilirubin ini yang menyebabkab kuning pada bayi.Kejadian ikterus pada bayi baru lahir (BBL) sekitar 50% pada bayi cukup bulan dan 75% pada bayi kurang bulan (BBLR). Kejadian ini berbeda-beda untuk beberapa negara tertentu, beberapa klinik tertentu di waktu tertentu. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam pengelolaan BBL ynag pada akhir-akhir ini mengalami banyak kemajuan.BBLR menjadi ikterus disebabkan karena sistem enzim hatinya tidak matur dan bilirubin tak terkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polisitemia, memar, infeksi, dan hemolisis.BBLR ini merupakan faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan di masa depan.



2. PERMASALAHAN
Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena peningkatan bilirubin. Biasanya mulai tampak pada kadar bilirubin serum > 5 mg/dL. Ikterus biasanya fisiologis, namun pada sebagian kasus dapat menyebabkan masalah; yang paling ditakuti adalah ensefalopati bilirubin. Mengingat belum adanya definisi yang universal, maka diperlukan kesepakatan definisi, pendekatan diagnosis, serta tata laksana yang tepat.Berbagai teknik diagnostik telah digunakan untuk menilai ikterus pada bayi baru lahir. Pengukuran bilirubin serum dianggap sebagai metode paling tepercaya, tetapi memiliki keterbatasan karena bersifat invasif dan juga keterbatasan dalam hal peralatan dan biaya. Pemeriksaan langsung secara visual tidak dapat dipercaya sepenuhnya dan dapat menyebabkan kesalahan diagnosis. Metode pemeriksaan non-invasif lain seperti transcutaneus bilirubinometry (TcB) merupakan alternatif pemeriksaan (skrining) pengukuran bilirubin serum.Sampai saat ini belum ada keseragaman tata laksana ikterus neonatorum di Indonesia. Kadar serum bilirubin untuk memulai masing-masing jenis terapi (terapi sinar, transfusi tukar, obat-obatan) masih menjadi pertanyaan. Di satu sisi kelambatan terapi dapat berakibat buruk di masa datang, di lain sisi terapi yang berlebihan berarti menyia-nyiakan sumber daya yang tidak perlu.
3. TUJUAN
Untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan keterampilan penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan BBLR dan Ikterus serta menerapkannya dalam bentuk manajemen asuhan kebidanan.









BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian
Ikterus Neonaturum adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir. Ikterus juga disebut Hiperbilirubinemia. Yang dimaksud ikterus pada BBL (bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin didalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.(Ngastiyah,1997: 197)Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal patologis. (Saifuddin, 2002: 381)
Ikterus atau warna kuning pada bayi baru lahir dalam batas normal pada hari ke2-3 dan menghilang pada hari ke-10. ikterus disebbkan hemolisis darah janin dan selanjutnya diganti menjadi darah dewasa. (Manuaba, 1998: 325)
Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh (Ilmu Kesehatan Anak Jilid I)
Ikterus (Jaundice) adalah perubahan warna kulit menjadi kuning akibat pewarnaan jaringan oleh bilirubin (Hellen Farrer, Perawatan Maternitas)
Ikterus adalah perubahan warna kulit atau sclera mata ( normal berwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal yang fisiologis ( normal), terdapat pada 25-50% bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis ( tidak normal) misalnya berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis ( infeksi berat), penyumbatan saluran empedu dll. ( http:/ www.balitanet.or.id )
Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Disebut dengan hiperbilirubinemia apabila didapatkan kadar bilirubin dan darah > 5mg% (85µmol/L). (Pelatihan PONED Komponen Neonatal 28-30 Oktober 2004)


2. Etiologi dan Faktor Risiko
a. Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:
1) Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek.
2) Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase, UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) à penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.
3) Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim b glukuronidase di usus dan belum ada nutrien.
Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktor/keadaan:2
1) Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat.
2) Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.
3) Polisitemia
4) Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir
5) Ibu diabetes
6) Asidosis
7) Hipoksia/asfiksia
8) Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik
b. Faktor Risiko
Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:
1) Faktor Maternal
a) Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
b) Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
c) Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
d) ASI
2) Faktor Perinatal
a) Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
b) Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
3) Faktor Neonatus
a) Prematuritas
b) Faktor genetic
c) Polisitemia
d) Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
e) Rendahnya asupan ASI
f) Hipoglikemia
g) Hipoalbuminemia
3. Klasifikasi
Sebagai neonatus , terutama bayi prematur, menunjukkan gejala ikterus pada hari pertama. Ikterus ini biasanya timbul pada hari ke dua, kemudian menghilang pada hari ke sepuluh, atau pada akhir minggu ke dua. Bayi dengan gejala ikterus ini tidak sakit dan tidak memerlukan pengobatan,kecuali dalam pengertian mencegah terjadinya penumpukan bilirubin tidak langsung yang berlebihan Ikterus dengan kemungkinan besar menjadi patologik dan memerlukan pemeriksaan yang mendalam antara lain :
a. Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama
b. Bilirubin serum meningkat lebih dari 5 mg % per hari
c. Bilirubin melebihi 10mg% pada bayi cukup bulan
d. Bilirubin melebihi 15mg% pada bayi prenatur
e. Ikterus yang menetap sesudah minggu pertama
f. Ikterus dengan bilirubin langsung melebihi 1mg%pada setiap waktu.
g. Ikterus yang mempunyai hubungan dengan penyakit hemoglobin, infeksi,atau suatu keadaan patologik lain yang telah diketahui.
Ikterus Neonatorum dibagi menjadi:
a. Ikterus Patologik
Ikterus di katakan patologik jikalau pigmennya, konsentrasinya dalam serum, waktu timbulnya, dan waktu menghilangnya berbeda dari kriteria yang telah disebut pada Ikterus fisiologik. Walaupun kadar bilirubin masih dalam batas-batas fisiologik, tetapi klinis mulai terdapat tanda-tanda Kern Ikterus, maka keadaan ini disebut Ikterus patologik.
Ikterus patologik dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu :
1) Meningkatnya produksi bilirubin, sehingga melampaui batas kemampuan hepar untuk dikeluarkan.
2) Faktor-faktor yang menghalangi itu mengadakan obstruksi pengeluaran bilirubin.
3) Faktor yang mengurangi atau menghalangi kemampuan hepar untuk mengadakan konjugasi bilirubin.
b. Ikterus Hemolitik
Ikterus Hemolitik pada umumnya merupakan suatu golongan penyakit yang disebut Erythroblastosis foetalis atau Morbus Haemolitik Neonatorum ( Hemolytic disease of the new born ). Penyakit hemolitik ini biasanya disebabkan oleh Inkompatibilitas golongan darah itu dan bayi.
1) Inkompatibilitas Rhesus
Penyakit ini sangat jarang terdapat di Indonesia. Penyakit ini terutama terdapat di negeri barat karena 15 % Penduduknya mempunyai golongan darah Rhesus negatif. Di Indonesia, dimana penduduknya hampir 100% Rhesus positif, terutama terdapat dikota besar, tempat adanya pencampuran penduduk dengan orang barat. Walaupun demikian, kadang-kadang dilakukan tranfusi tukar darh pada bayi dengan ikterus karena antagonismus Rhesus, dimana tidak didapatkan campuran darah denagan orang asing pada susunan keluarga orang tuanya.Bayi Rhesus positif dari Rhesus negatif tidak selamanya menunjukkan gejala klinik pada waktu lahir, tetapi dapat terlihat ikterus pada hari pertama kemudian makin lama makin berat ikterusnya, aisertai dengan anemia yang makin lama makin berat pula. Bila mana sebelum kelahiran terdapat hemolisis yang berat maka bayi dapat lahir dengan oedema umum disertai ikterus dan pembesaran hepar dan lien ( hydropsfoetalis ).Terapi ditujukan untuk memperbaiki anemia dan mengeluarkan bilirubin yang berlebihan dalam serum, agar tidak terjadi Kern Ikterus.
2) Inkompatibilitas ABO
Penderita Ikterus akibat hemolisis karena inkom patibilitas golongan darah ABO lebih sering ditemukan di Indonesia daripada inkom patibilitas Rh. Transfusi tukar darah pada neonatus ditujukan untuk mengatasi hiperbilirubinemia karena defisiensi G – 6 – PD dan Inkompatibilitas ABO.
Ikterus dapat terjadi pada hari pertama dan ke dua yang sifatnya biasanya ringan. Bayi tidak tampak sakit, anemianya ringan, hepar dan lien tidak membesar, ikterus dapat menghilang dalam beberapa hari. Kalau hemolisiinya berat, sering kali diperlukan juga transfusi tukar darah untuk mencegah terjadinya Kern Ikterus.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan ialah pemeriksaan kadar bilirubin serum sewaktu-waktu.
a) Ikterus hemolitik karena incompatibilitas golongan darah lain.
Selain inkompatibilitas darah golongan Rh dan ABO, hemolisis dapat pula terjadi bila terdapat inkompatibilitas darah golongan Kell, Duffy, MN, dan lain-lain. Hemolisis dan ikterus biasanya ringan pada neonatus dengan ikterus hemolitik, dimana pemeriksaan kearah inkimpatibilitas Rh dan ABO hasilnya negatif, sedang coombs test positif, kemungkinan ikterus akibat hemolisis inkompatibilitas golongan darah lain.
b) Penyakit hemolitik karena kelainan eritrosit kongenital.
Golongan penyakit ini dapat menimbulkan gambaran klinik yang menyerupai erytrhoblasthosis foetalis akibat isoimunisasi. Pada penyakit ini coombs test biasanya negatif. Beberapa penyakit lain yang dapat disebut ialah sperositosis kongenital, anemia sel sabit ( sichle – cell anemia ), dan elyptocytosis herediter.
c) Hemolisis karena diferensi enzyma glukosa-6-phosphat dehydrogenase ( G-6-PD defeciency ).
Penyakit ini mungkin banyak terdapat di indonesia tetapi angka kejadiannya belum di ketahui dengan pasti defisiensi G-6-PD ini merupakan salah satu sebab utama icterus neonatorum yang memerlukan transfusi tukar darah. Icterus walaupun tidak terdapat faktor oksigen, misalnya obat-obat sebagai faktor pencetusnya walaupun hemolisis merupakan sebab icterus pada defesiensi G-6-PD, kemungkinan besar ada faktor lain yang ikut berperan, misalnya faktor kematangan hepar.
c. Ikterus Obstruktiva
Obstruksi dalam penyaluran empedu dapat terjadi di dalam hepar dan di luar hepar. Akibat obstruksi itu terjadi penumpukan bilirubin tidak langsung dan bilirubin langsung.Bila kadar bilirubin langsung melebihi 1mg%, maka harus curiga akan terjadi hal-hal yang menyebabkan obstruksi, misalnya hepatitis, sepsis, pyelonephritis, atau obstruksi saluran empedu peningkatan kadar bilirubin langsung dalam serum, walaupun kadar bilirubin total masih dalam batas normal, selamanya berhubungan dengan keadaan patologik.Bisa terjadi karena sumbatan penyaluran empedu baik dalam hati maupun luar hati. Akibatnya kadar bilirubin direk maupun indirek meningkat.Bila sampai dengan terjadi obstruksi ( penyumbatan ) penyaluran empedu maka pengaruhnya adalah tindakan operatif, bila keadaan bayi mengizinkan.
d. Kernicterus
Encephalopatia oleh bilirubin merupakan satu hal yang sangat di akui sebagai komplikasi hiperbirubinemia.Bayi-bayi yang mati dengan icterus berupa icterus yang berat, lethargia tidak mau minum, muntah-muntah, sianosis, opisthotonus dan kejang. Kadang gejala klinik ini tidak di temukan dan bayi biasanya meninggal karena serangan apnoea.Kernicterus biasanya di sertai dengan meningkatnya kadar bilirubintidak langsung dalam serum.Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg% sering keadaan berkembang menjadi kernicterus.Pada bayi primatur batas yang dapat di katakan cuman ialah 18 mg%, kecuali bila kadar albumin serum lebih dari 3gram%. Pada neomatus yang menderita hyipolia, asidosis, dan hypoglycaemia kernicterus dapat terjadi walaupun kadar bilirubin <16mg%. Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar darah bila kadar bilirubin tidak langsung mencapai 20mg%

Pembagian Ikterus menurut Metode Kremer yang dilakukan dibawah sinar biasa(day light):
Derajat Ikterus Daerah Ikterus
Perkiraan Kadar Bilirubin

I
Daerah kepala dan leher
5,0 mg%

II
Sampai batas atas
9,0 mg%

III
Sampai badan bawah hingga tungkai
11,4 mg%

IV
Sampai daerah lengan, kaki bawah dan lutut 12,4 mg%

V
Sampai Daerah telapak tangan dan kaki.
16,0 mg%


4. Patofisiologi
Kurang lebih 80-85% bilirubin berasal dari penghancuran eritrosit tua. Sisanya 15-20% bilirubin berasal dari penghancuran eritrosit muda karena proses eritropuesis yang infektif disum-sum tulang, hasil metabolisme protein yang mengandung heme lain seperti sitokrom P-450 hepatik, katalase,peroksidase, mioglobin otot dan enzim yang mengandung heme dengan distribusi luas.Gangguan metabolisme bilirubin dapat terjadi lewat salah satu dari keempat mekanisme ini, yaitu Over produksi, penurunan abilan hepatic, penurunan konjugasi hepatic, penurunan ekskresi bilirubin ke dalam empedu ( akibat disfungsi intrahepatik atau mekanik ekstrahepatik).
a. Over produksi
Peningkatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah yang sudah tua atau yang mengalami hemolisis akan meningkatkan produksi bilirubin. Penghancuran eritrosit yang menimbulkan hiperbilirubinemia paling sering akibat hemolisis intravaskuler ( kelainan autoimun, mikroangiopati atau hemoglobinopati) atau akibat resorbsi hematom yang besar. Ikterus yang timbul sering disebut ikterus hemolitik.Konjugasi dan transfer bilirubin berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin tak terkonjugasi melampaui kemampuan sel hati. Akibatnya bilirubin tak terkonjugasi meningkat dalam darah. Karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air mak tidak dapat diekskresikan kedalam urine dan tidak terjadi bilirubinemia. Tetapi pembentukan urobilinogen meningkat yang mengakibatkan peningkatan ekskresi dalam urine feces ( warna gelap).Beberapa penyebab ikterus hemolitik: Hemoglobin abnormal (cikle sel anemia ± hemoglobin). Kelainan eritrosit (sferositosis herediter), antibody serum ( Rh. Inkompatibilitas transfuse), obat-obatan.
b. Penurunan ambilan hepatic
Pengambilan bilirubin tak terkonjugasi dilakukan dengan memisahkannya dari albumin dan berikatan dengan protein penerima. Beberapa obat-obatan seperti asam flavaspidat, novobiosin dapat mempengaruhi uptake ini.
c. Penurunan konjugasi hepatik
Terjadinya konjugasi bilirubin sehingga terjadi peningkatan bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini disebabkan oleh defisiensi enzim glukoronil transferase.
d. Penurunan bilirubin ke dalam empedu ( akibat disfungsi intrahepatik atau obstruksi mekanik ekstrahepatik)
5. Tata laksana
a. Ikterus Fisiologis
Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat, aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut:
1) Minum ASI dini dan sering
2) Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO
3) Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat (terutama bila tampak kuning).Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya. Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar.
Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO)
1) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus.Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis
2) Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs:
a) Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan terapi sinar.
b) Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar, lakukan terapi sinar
c) Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan.
3) Tentukan diagnosis banding
Tata laksana Hiperbilirubinemia
Hemolitik
Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi. Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik, apapun penyebabnya.
1) Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar, lakukan terapi sinar .
2) Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkan:
3) Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4), kadar hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit < 40%) dan tes Coombs positif, segera rujuk bayi.
4) Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan tes Coombs, segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit < 40%).Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar:
a) Persiapkan transfer
b) Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi tukar
c) Kirim contoh darah ibu dan bayi
d) Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning, mengapa perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi.
e) Nasihati ibu
5) Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus, pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya.
6) Bila bayi memiliki defisiensi G6PD, informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh: obat antimalaria, obat-obatan golongan sulfa, aspirin, kamfer/mothballs, favabeans).
7) Bila hemoglobin < 10 g/dL (hematokrit < 30%), berikan transfusi darah.
8) Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir < 2,5 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu), terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice).
9) Follow up setelah kepulangan, periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu. Bila hemoglobin < 8 g/dL (hematokrit < 24%), berikan transfusi darah.
Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice)
1) Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan, dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan.
2) Terapi sinar dihentikan, dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab.
3) Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap, persiapkan kepindahan bayi dan rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut, bila memungkinkan.
4) Bila tes sifilis pada ibu positif, terapi sebagai sifilis kongenital
6. Terapi Sinar
a. Mekanisme kerja
Bilirubin tidak larut dalam air. Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin. Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya, terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi. Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu. Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia. Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin. Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu. Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin.
b. Terapi sinar konvensional
Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm. Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm. Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri dari biru (F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau daylight fluorescent tubes. Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru, walaupun pada bayi yang sehat, hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan. Untuk mengurangi efek ini, digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit.
c. Teknik terapi sinar :
Persiapan Unit Terapi sinar
1) Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan, bila perlu, sehingga suhu di bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C.
2) Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik.
3) Ganti tabung/lampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)
4) Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebut.
5) Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan, walaupun tabung masih bisa berfungsi.
6) Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator, dan tempatkan tirai putih di sekitar daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi.
d. Pemberian Terapi sinar
1) Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar.
2) Bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet. Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator.
3) Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrik.
Tutupi mata bayi dengan penutup mata, pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup. Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip.Balikkan bayi setiap 3 jam.Pastikan bayi diberi makan:
4) Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum, paling kurang setiap 3 jam.Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata.Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh: pengganti ASI, air, air gula, dll) tidak ada gunanya.
5) Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah), tingkatkan volume cairan atau ASI sebanyak 10% volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar .
6) Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT, jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar .Perhatikan: selama menjalani terapi sinar, konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning. Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus.Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkan:
7) Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar .
8) Bila bayi sedang menerima oksigen, matikan sinar terapi sinar sebentar untuk mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru).Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam. Bila suhu bayi lebih dari 37,5 0C, sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 36,5 0C - 37,5 0C.Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam, kecuali kasus-kasus khusus.
9) Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin < 13mg/dL
10) Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4), persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar. Sertakan contoh darah ibu dan bayi.Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa, hentikan terapi sinar setelah 3 hari.Setelah terapi sinar dihentikan:
11) Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan, atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis.
12) Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar , ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan. Ulangi langkah ini pada setiap penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar.Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning.
e. Komplikasi Terapi Sinar
Komplikasi terapi sinar umumnya ringan, sangat jarang terjadi dan reversibel.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar:
Intensitas radiasi, kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar. Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm. Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai.

BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Ikterus adalah perubahan warna kulit atau sclera mata ( normal berwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal yang fisiologis ( normal), terdapat pada 25-50% bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis ( tidak normal) misalnya berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis ( infeksi berat), penyumbatan saluran empedu dll.
Ikterus Neonatorum dibagi menjadi:
a. Ikterus Fisiologis
1) warna kuning akan timbul pada hari ke 2 atau hari ke 3.
2) Tidak mempunyai dasar patologis.
3) Kadarnya tidak melampuai kadar yang membahayakan.
4) Tidak mempunyai potensi menjadi kern-ikterus.
5) Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
b. Ikterus Patologis
1) Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan; serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl.
2) Peningkatan kadar bilirubin 5 mg% atau lebih dalam 24 jam.
3) Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan (BBLR) dan 12,5 mg% pada bayi cukup bulan.
4) Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G-6-PD dan sepsis).
5) Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl atau kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl/jam atau lebih 5 mg/dl/hari.
6) Ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari ( bayi cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada BBLR.
Penanganan pada bayi Ikterus:
a. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
1) Beri minum sesuai dengan kebutuhan.
Makanan yang paling utama dan sesuai untuk bayi baru lahir adalah ASI. Oleh sebab itu, berilah ASI pada bayi sesering mungkin.
2) Jika bayi dapat menyusui, berilah ASI eksklusif lebih sering.
3) Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI melalui piapa nasogastrik atau dengan gelas dan sendok.
4) Perhatikan juga frekuensi BAB dan BAK bayi untuk menghindari terjadinya dehidrasi.
b. Beri theraphy sinar untuk bayi yang dirawat di Rumah Sakit, dan jemur bayi dibawah sinar matahari pagi sekitar jam 7-jam8 pagi setiap hari selama 15 menit bayi telungkup dan 15 menit bayi telentang.
c. Jika kondisi tubuh keluarga atau tamu sedang sakit, jangan dekat bayi dahulu, sebab bayi sangat rentan terhadap penyakit.
d. Mengusahakan agar bayi tidak kepanasan atau kedinginan.
e. Cegah infeksi seminimal mungkin.

Langkah Promotif dan perventif yang dapat kita lakukan agar ikterus ini tidak terjadi yaitu:
a. Menghindari penggunaan obat pada ibu hamil yang dapat mengakibatkan ikterus (sulfa,anti malaria, nitro furantio, aspirin).
b. Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan BBLR.
c. Penanganan infeksi maternal, ketuban pecah dini secara tepat dan cepat.
d. Penanganan asfiksia adan trauma persalinan dengan tepat.
e. Pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dengan ASI dini dan eksklusif.

2. Saran
Bagi Mahasiswa
Dalam penetapan manajemen kebidanan diharapkan mahasiswa dapat melakukan pengkajian yang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mampu memberikan asuhan yang kompeten bagi pasien. Mahasiswa juga diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya selama proses pembelajaran di lapangan.
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bimbingan yang seoptimal mungkin dari pendidik lapangan dalam membimbing mahasiswa di lapangan dalam memberikan asuhan kebidanan dan keperawatan bagi pasien sehingga mahasiswa dapat mengevaluasikan teori dan praktek yang telah diperolehnya.
























DAFTAR PUSTAKA

FKUI .1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Pelatihan PONED Komponen Neonatal 28-30 Oktober 2004)
Saifudin, Sbdul Bari. 2002. Buku Acuan National Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Salman. 2006. Asuhan Antenatal. Jakarta: EGC
www.balitanet.or.id
www.Hello word.co.id

Lingkup Kebutuhan Fisik Bayi Baru Lahir

KATA PENGANTAR


Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yg telah melimpahkan rahmat,taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah “ Lingkup Kebutuhan Fisik BBL ” ini dapat terselesaikan pada waktunya, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Neonatus,Bayi dan Balita.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini disampaikan rasa terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada
1. Ibu Puji Hastuti,S.Si.T yang mengampu Program Studi Asuhan Neonatus,Bayi dan Balita Semester III, AKBID Bakti Utama Pati.
2. Rekan–rekan dan semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan dorongan sehingga terwujud makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah lebih lanjut.
Akhir kata, semoga apa yang telah kami kerjakan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan.



Pati, 11 Agustus 2009









DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
I. Latar Belakang 1
II. Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Bayi Baru Lahir Normal........................................................ 3
I. Definisi 3
II. Fisiologi 3
III. Pengkajian 3
IV. Penatalaksanaan 4
IV. Diagnosa Keperawatan 5
IV. Implikasi Keperawatan 6
IV. Penyuluhan 9
B. Bayi Baru Lahur Bermasalah ................................................ 10
I. Bayi Bermasalah Sebelum Lahir ..................................... 10
1. Bayi Prematur 10
2. Bayi Kunung 12
3. Bayi Berat Badan Lahir Rendah 13
4. Bayi Berat Lahir Besar 14
II. Bayi Bermasalah Setelah Lahir .......................................... 14
1. Bayi Tersedak 14
2. Alergi Makanan 14
3. Kolik 15
4. Diare 15
6. Sembelit 16
7. Cegukan 17
8. Bayi Kuning 17
9. Ruam Popok 18
C. Kelainan – Kelainan Pada Bayi Baru Lahir 18
1. Down’s Syndrom 18
2. Anencephalus 19
3. Cacat Janting Bawaan 19
BAB III PENUTUP
I. Kesimpulan 20
II. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA





















BAB II
TINJAUAN TEORI

A. BAYI BARU LAHIR NORMA
I. DEFINISI
Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan
II. FISIOLOGI
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrautern. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain itu pengaruh kehamilan dan proses persalinan mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan mortalitas bayi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatic dan cepat berlangsung adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan sumber glukosa
III. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas bayi : didasarkan pada informasi dari ibu / pengasuhnya.
2. Riwayat kehamilan, proses persalinan dan umur kehmilan
3. Faktor sosial : alamat rumah, pekerjaan oramg tua, orang-orang yang tinggal serumah, saudara kandung dan sumber/factor pendukung lain, penyalah gunaan obat/ napza di lingkungan dekat.
B. Data Obyektif
1. Nilai Apgar : lima unsur yang dinilai : frekuensi denyut jantung, usaha nifas, tonus otot, reflek dan warna.
a. Penilaian satu menit setelah lahir : untuk menilai derajat aspiksi.
b. Penilaian lima menit setelah lahir : untuk menentukan prognosa.
2. Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan, bayi diperiksa secara sistematis dari : kepala, mata, hidung, muka, mulut, teling, leher, dada, abdomen, punggung extemetis, kulit, genitalia dan anus.
3. Anteropometri :
a. Berat badan ditimbang dalam gram
b. Panjang badan dalm cm, melalui ukuran fronto – occipito.
c. Lingkar perut dalam cm, ukuran melaui pusat
4. Refleks: moro, rooting, isap, menggenggam, babinski.
5. Keadaan umum:
a. Suhu
b. Pernapasan
c. Denyut nadi
d. Warna kulit
C. Data Laboratorium Kalau perlu sesuai kebijakan setempat
1. Gula darah sewaktu
2. Bilirubin dan golongan darah : ABO dan Rhesus factor
3. Hb, Ht, Lekosit dan Trombosit.
D. Potensial komplikasi
1. Berat badn lahir rendah.
2. Aspirasi air ketuban
3. Aspiksia
4. Infeksi
5. Hipoglikemia
6. Hiperbilirubinemi
IV. PENATALAKSANAAN
1. Mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain yang cukup hangat untuk mencegah hipotermia.
2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi dan kebutuhan.
3. Memotong dan mengikat tali pusat, memberi ntiseptik sesuai ketentuan setempat.
4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada ibunya.
5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima
6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu, pemasangan gelang nama sesuai ketentuan setempat
7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi.
8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil (bisa tunggu sampai enam jan setelah lahir)
9. Menetetesi obat mata bayi untuk mencegah opthalmia –neonatorum.
10. Pemerikksaan fisik dan antropometri.
11. Pemberian vitamin K oral/parenteral sesuai kebijakan setempat.
12. Rooming in (rawat gabung): penuh atau partial.

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan .Hasil yang diharapkan: bayi sehat
Rencana tindakan
1. Mengeringkan dan membungkus bayi
2. Menghisap lendir sesui kondisi bayi
3. Memotong dan mengikat tali pusat dan diberi antiseptik.
4. Kontsk kulit dini dan ditetekan ke ibu untuk mendukung laktsi.
5. Menilai Apgar satu dan lima mnit setelah lahir.
6. Observasi keadaan umum bayi.
B. Kurang efektifnya jalan nafas
Hasil yang diharapkan :
selama masa transisi pernafasan normal.
Rencana tindakan:
1. Bebaskan jalan nafas : hisap lendir disekitar mulut dan hidung sesuai kondisi bayi
2. Nilai apgar satu menit pertama dan menit ke lima
3. Atur posisi bayi : kepala agak ekstensi
4. Observasi pernafasan
C. Potensial hipotermi Hasil yang diharapkan : hipotermi tidak terjadi (suhu bayi dalam batas normal > 36,5oC aksiler) .Rencana tindakan:
1. Keringkan badan bayi segera setelah lahir
2. Bungkus bayi dengan selimut yang hangat (hati-hati dengan ruangan ber AC)
3. Kontak dini kulit
4. Metode kangguru
5. Semua tindakan dilakukan di bwah lampu sorot (kalau memungkinkan).
6. Observasi suhu tubuh bayi dan lingkungan.
7. Dokumentasikan hasil observasi dengan tepat dan jelas
8. Hindari evaporasi, konveksi, radiasi, konduksi, untuk mencegah bayi kehilangan panas tubuh karena pengaruh lingkungan.

VI. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. Pemeriksaan
1. Laboratorium
Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun kadang kadang dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sesui indikasi dan kebijakan setempat antara lain :
a. Gula darah sewaktu untuk mendeteksi secara dini adanya hipoglikmia pada bayi dengan kondisi tertentu.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko gangguan neurologik berhubungan dengan hipoglikemia.
Hasil yang diharapkan
hipoglikemia terdekteksi secara dini dan teratasi sehingga tidak terjadi kerusakan / gangguan neurologik
Intervensi keperawatan:
a) Tingkatkan termoregulasi untuk memenuhi kebutuhan glukosa.
b) Observasi ketat kondisi umum bayi
c) Beri minum dan pengobatan segera sesuai kondisi bayi.
b. Bilirubin direk dan indirek, golongan darah ABO dan rhesus faktor, hb, ht, leko dan trombosit, untuk yang ada indikasi.
Diagnosa keperawatan:
1) Potensial infeksi sehubungan dengan adanya perlukaan pada kulit.
Intervensi keperawatan :
a) Melakukan tindakan dengan memenuhi standart aseptic dan antiseptik.
b) Menjaga kebersihan kulit bayi
c) Mengobservasi dan mencatat dengan baik sebelum dan sesudah merawat setiap bayi.
2) Cemas (orang tua) berhubungan dengan prosedur pemeriksaan laboratorium pada bayi.
Intervensi keperawatan:
a) Kaji pengetahuan dan kekhawatiran orang tua tentang perlunya pemeriksaan laboratorium.
b) Beri penjelasan dengan bahasa yang mudah diterima orang tua tentang perlunya dan prosedur pemeriksaan.
c) Informasikan hasil pemikiran kepada orang tua secepat mungkin
d) Beri pendampingan dan dukungan sesuai kebutuhan.
B. Obat-obatan
1. Vitamin K Vitamin K penting untuk mempertahankan mekanisme pembekuan darah yang normal.pada bayi yang baru lahir, karena usus yang masih steril, bayi belum mampu membentuk vitamin K nya sendiri untuk beberapa hari pertama, begitu juga bagi bayi yang mendapat ASI aecara eksklusive juga beresiko mengalami kekurangan vitamin K Fakta menunjukan cukup banyak bayi baru lahir mengalami pendarahan terutama di otak dan saluran cerna, oleh karena itu bayi perlu diberi vitamin K sebagai tindakan pencegahan terhadap pendarahan. Vitamin K yang diberikan yaitu vitamin K1 (phytonadione) untuk meningkatkan pembentukan promthrombin. Pemberiannya bias secara parental, o,5 – 1 mg i.m dengan dosis satu kali segera setelah lahir (sebelum 24 jam). Pemberian vitamin K1 bisa juga secara oral denagan ketentuan 2 mg apabila berat badan lahir lebih dari 2500 gram segera setelah lahir dan diulangi dengan dosis yang sama (2 mg) pada hari keempat. Bila berat badan lahir kurang dari 2500 gram, dosis yang dianjurkan adalah 1 mg dengan cara pemberian yang sama yaitu hari pertama dan ke empat setelah lahir.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko aspirasi berhubungan dengan muntah setlah pemberian obat.
Inervensi keperawatan:
a. Beritahu orang tua (ibu) tentang kebijakan pemberian obat vitamin K1
b. Beri obat secara hati-hati agar tidak tersedak
c. Bayi ditidurkan pada posisi miring (side position) setelah minum
d. Observasi bayi secara rutin
e. Pada pemberian oral, ingatkan pada ibu perlu dosis ulangan pada hari keempat
2. Tetes / zalf mata Pada bayi baru lahir yang normal, walaupun belum terdeteksi adanya masalah, kadang-kadang perlu juga membrikan obat-obatan tertentu sebagai tidakan pencegahan yang rutin. Obat profilaksis yang rutin dibberikan adalah:
• Vitamin K
• Tetes / zalf mata
Pada bayi baru lahir secara rutin diberikan tetes mata nitrat perak 1% atau eritromycin tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum. Pada situasi tidak tersedianya nitrat perak 1% atau erythromycin dapat diberikan obat tetes / zalf mata dari jenis antibiotika lain, misalnya garamicin. Terramicin, kemicetin atau tetracilin tetes / salep mata Diberikan pada kedua belah mata, obat diteteskan pada bagian dalam dari konjungtiva kelopak bawah mata. Dosis umumnya masing-masing mata satu tetes
Intervensi keperawatan:
a. Jaga kebersihan mata bayi
b. Cuci tangan secara rutin sebelum dan sesudah merawat bayi.
c. Pastikan obat yang dipakai tepat konsentrasinya dan dalam kondisi baik
d. Beri tetes / zalf mata setelah bayi kontak pertama dengan ibu, karena terutama zalf mata dianggap dapat menghambat proses bonding dan attachment karena mengaburkan pandangan bayi (menghalangi eye contact)
e. Observasi tanda-tanda inveksi mata atau reaksi alergi
f. Dokumentasikan semua dengan singkat dan tepat.
VII. PENYULUHAN
Penyuluhan diberikan pada ibu dan keluarga. Hasil yang diharapkan:
1. Ibu dan keluarga dapat mengerti serta menerapkan materi penyuluhan yang diberikan
2. Dapat mendeteksi secara dini jika ditemukan kelainan
3. Bayi mendapatkan perawatan yang baik dirumah
Materi penyuluhan yang diberikan
1. Pemberian ASI ekslusif, perawatan payudara
2. Pemijatan pada bayi
3. Perawatan bayi: memandikan bayi, perawatan tali pusat, cara dan indikasi menjemur bayi.
Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Simulasi / praktek
4. Diskusi dan tanya jawab
B. BAYI BARU LAHIR BERMASALAH

I. Bayi bermasalah sebelum lahir
1. Bayi Prematur
Umumnya bayi yang lahir prematur baru diizinkan pulang bila berat badannya telah mencapai 2.000 g. Atau setidaknya sudah terjadi kecenderungan peningkatan berat badan yang stabil dalam 2–3 kali pemantauan. Tubuh bayi juga telah memiliki pengaturan suhu yang baik.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan:
a. Menjelang kepulangan, yakinlah bahwa Anda dan pasangan mampu merawat bayi prematur di rumah. Keyakinan orangtua akan “menular” kepada bayi sehingga ia akan lebih nyaman dan tenang.
b. Konsultasikan kondisi bayi pada dokter, termasuk tindakan yang harus dilakukan dalam keadaan darurat. Tanyakan juga tentang perlu tidaknya boks khusus untuk si kecil yang lahir belum cukup bulan ini. Boks yang menyerupai inkubator ini berfungsi sebagai penghangat mengingat bayi prematur umumnya belum memiliki pengaturan suhu tubuh yang baik sehingga mudah kedinginan. Boks ini juga bisa dibuat sendiri. Caranya pada keempat sisi bagian bawah boks dipasangi lampu berkekuatan 60-100 watt. Dapat juga disediakan lampu belajar (100 watt) yang diletakkan di samping atau bawah boks.
c. Untuk alat kesehatan, yang wajib disediakan adalah termometer. Berguna untuk mengukur suhu tubuh bayi sewaktu-waktu bila diperlukan. Suhu ideal bayi berkisar antara 36,5-37,5˚C.
d. Pakaikan baju lengan panjang dan selimut pada bayi. Setelah bayi dipakaikan baju lengan panjang, sarung tangan, sarung kaki dan topi, selimuti ia sehingga merasa nyaman serta hangat dan siap dibawa pulang.
e. Jaga suhu ruangan agar tetap stabil. Jika kamar bayi menggunakan penyejuk ruangan, setel suhunya tidak terlalu dingin sekitar 23°. Bila perlu matikan AC. Selama ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik, bayi akan mendapatkan suhu yang nyaman dan stabil.
f. Jaga suhu tubuhnya. Ingat, pengaturan suhu tubuh bayi prematur belum baik. Jaga suhu tubuhnya agar stabil. Kenakan padanya tutup kepala terutama pada malam hari, karena bagian kepala paling mudah kehilangan panas tubuh. Tambahkan sarung tangan dan kaki, bila dirasa perlu. Cara lain untuk menghangatkan tubuh bayi prematur adalah dengan metode kangguru. Gendong bayi yang dalam keadaan tanpa busana ke dada ibu. Buka kancing kemeja yang ibu kenakan, dekap bayi di dada ibu lalu selimuti bayi dengan kemeja tersebut. Kulit bayi yang bersentuhan dengan kulit ibu, selain akan membuatnya merasa nyaman juga sekaligus menghangatkannya.
g. Ibu lebih sering menyusui. Semakin sering bayi diberi ASI semakin baik. Kemampuan minum dan daya tampung perutnya belumlah terlalu banyak. Untuk itu, berikan minum sedikit demi sedikit tapi sesering mungkin.
h. Cucilah tangan dan gunakan masker. Bayi prematur rentan terhadap infeksi. Untuk itu, batasi penjenguk dan mintalah mereka mencuci tangan terlebih dahulu dan menggunakan masker sebelum melihat bayi.
i. Patuhi petunjuk dokter perihal waktu kunjungan. Patuhi kontrol rutin yang sudah dijadwalkan dan ikuti petunjuk dokter agar kesehatan si kecil lebih terjaga.
j. Boleh dimandikan. Bayi prematur tidak dilarang untuk dimandikan. Namun sebelumnya, cermati dulu suhu tubuhnya, jangan sampai kurang dari 36,5° C. Mandikan ia 2 kali sehari dengan air hangat.
2. Bayi kuning
Kuning (karena tingginya kadar bilirubin) pada bayi umumnya timbul pada hari keempat dan berakhir pada usia bayi 2 minggu. Untuk itu ada beberapa hal yang tak boleh luput dari perhatian, seperti:
a. Patuhi jadwal kunjungan ke dokter berikutnya. Bila kadar bilirubin tidak terlalu tinggi (< 10) umumnya bayi diperkenankan untuk pulang ke rumah. Namun, biasanya 3 hari setelah kepulangannya dari rumah sakit, bayi diminta kembali ke dokter/rumah sakit untuk dikontrol kadar bilirubinnya. Ini dimaksudkan bila terjadi peningkatan bilirubin yang tinggi dapat segera dilakukan tindakan. Patuhi jadwal tersebut.
b. Cermati kondisi bayi. Jika ada tanda-tanda bayi tidak aktif, seperti tidur terus dan malas menetek segera bawa ia ke rumah sakit. Ini dapat dijadikan tanda bahwa telah terjadi peningkatan kadar bilirubin yang berisiko memicu kejang pada bayi. Cara lain yang paling mudah untuk mengamati peningkatan bilirubin adalah melalui bola mata dan kulit bayi yang terlihat menguning.
c. Berikan ASI sebanyak mungkin. Banyak minum ASI dapat membantu menurunkan kadar bilirubin karena bilirubin dapat dikeluarkan melalui air kencing dan kotoran bayi.
d. Jemur bayi di matahari pagi. Menjemur bayi tanpa busana di bawah sinar matahari pagi antara (pukul 07.30–08.30) dapat membantu memecah bilirubin dalam darah. Lindungi mata bayi dari sorot sinar mentari langsung.
3. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
BBLR umumnya Bayi mengalami pertumbuhan yang terhambat selama dalam kandungan. Untuk itulah ia mesti mengejar keterting- galan pertumbuhannya “di luar”. Hal-hal di bawah ini perlu diperhatikan sebelum membawanya pulang dari rumah sakit.
a. Tanyakan kondisi bayi kepada dokter. Catatlah hal-hal yang harus dilakukan dan dicermati selama bayi di rumah. Jangan lupa meminta salinan riwayat kesehatan bayi selama di rumah sakit. Data ini pasti bermanfaat dalam keadaan darurat.
b. Sering menyusui. Sama dengan bayi prematur, kapasitas perut bayi BBLR masih terbatas lantaran itu berikan ASI sedikit demi sedikit namun sesering mungkin.
c. Perhatikan kebersihan. Jaga kebersihan tubuh bayi setiap hari karena ia masih rentan terhadap infeksi, terutama kebersihan mata, hidung, telinga, dan kemaluannya.
d. Jagalah bayi agar nyaman. Bila bayi menangis, cari tahu penyebabnya. Apakah karena kedinginan, kepanasan, atau kelaparan? Agar tetap hangat, tak ada salahnya si kecil menggunakan topi, sarung tangan dan kaki ketika tidur di malam hari.
e. Bila harus menggunakan sonde. Umumnya bayi BBLR masih harus menggunakan sonde saat memperoleh asupan. Tanyakan cara-caranya kepada petugas sebelum pulang dari rumah sakit. Perhatikan pula cara membersihkan peralatan yang digunakan. Ingat baik-baik kapan peralatan tersebut mesti diganti (umumnya 2 minggu sekali).
4. Bayi berat lahir besar (BBLB)
Yang dimaksud dengan bayi berat lahir besar (BBLB) adalah bayi yang pada saat lahir memiliki bobot lebih dari 4.000 gram. Beberapa hal yang harus diketahui sebelum bayi dibawa pulang:
a. Pemeriksaan kadar gula darah saat dilahirkan. Pemeriksaan ini khusus dilakukan pada bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg dan dilahirkan dari ibu penderita diabetes. Tujuan agar kadar gula darah bayi tidak drop begitu lahir akibat terhentinya suplai makanan dari plasenta. Jika kadar gula pada bayi memang rendah, ia akan diberi cairan yang mengandung kadar gula tertentu. Umumnya dalam waktu 24 jam kondisinya akan kembali normal.
b. Cermati ruam pada kulit. Pada badan bayi yang gemuk umumnya ada lipatan pada paha dan tangannya. Penting mencermati kondisi kulit di sekitar lipatan-lipatan tersebut agar tak terjadi ruam
II. Bayi bermasalah setelah lahir
1. Bayi tersedak
Tersedak, hal yang seringkali terja- di pada bayi yang baru lahir (1 bulan), hal ini terjadi karena reflek menelan pada bayi belum sempuma. Karena itu, terkadang ketika menyusu bayi menjadi tersedak. Agar cairan tak masuk ke dalam paru-paru hingga berakibat fatal, saat tersedak sebaiknya segera miringkan tubuh bayi.
Penanganannya:
Bila hal ini terjadi, naikkan tubuh si kecil ke atas atau miringkan tubuhnya, lalu tepuk-tepuk punggung bayi dengan lembut. Biasanya bayi akan memuntahkan sebagian susu yang telah ditelannya, sehingga merasa lega.
2. Alergi makanan
Gejala ini sering terjadi pada anak yang menggunakan susu formula dan telah mengonsumsi makanan tambahan. Biasanya makanan yang memicu alergi adalah telur, ikan, tomat, coklat, dan kacang-kacangan. Saat si kecil terkena alergi, gejalanya adalah kulit merah-merah, pembengkakan pada mulut, atau kulit sekeliling mata, sakit perut, diare, atau munculnya serangan asma (untuk bayi yang memiliki asma).
Penanganannya:
Agar terhindar dari alergi, untuk itu orangtua harus mengenali makanan yang dapat memicu alergi anak, sehingga dapat menghindarinya. Andai telanjur salah makan, berikan obat antihistamin untuk menghentikan gejalanya.
3. Kolik
Adalah rasa sakit yang dialami anak di daerah saluran pencenaan bagian bawah yang membuat bayi menangis hebat. Kolik ini dapat terjadi pada anak usia bayi hingga 5 th. Kolik pada bayi disebut juga kram usus, jenis kolik ini umumnya terjadi pada bayi berusia 2-4 minggu. Untuk melihat bayi kolik sangatlah mudah. Bayi yang terserang kolik cirinya menangis dengan keras sambil menggesek-gesek kedua belah kakinya.
Menurut Yafri, ada tiga penyebab kolik yang sering terjadi. Pertama karena ketidakmampuan tubuh menerima laktosa susu, ini biasanya terjadi pada anak yang hipersensitif (alergi makanan), sehingga usus menegang dan perut terasa kembung. Penyebab kedua, akibat toleransi susu sapi yang sulit dicerna bayi (tak cocok susu formula). Ketiga karena daya kerja usus bayi yang belum sempurna.
Penanganannya:
Beri obat kolik yang dapat dibeli di toko obat atau apotik. Atau kompres perut bayi dengan botol air hangat atau handuk hangat. Bila penanganan ini tak membantu si kecil, segera membawanya ke dokter.
4. Diare
Diare Adalah kadaan di mana anak kehilangan cairan. Karena telah buang air besar lebih dari 3 kali clan berupa cairan. Penyebab diare ini dikerenakan banyak hal. Dapat karena infeksi virus, bakteri (wadah makanan yang kotor), kuman, ketiiakcocokan pada susu atau keracunan makanan. Bisa juga karena adanya suatu penyakit lain pada anak. Jika diare pada anak tak ditangani dengan benar, dalam waktu 6 jam anak bisa terkena dehidrasi berat (kekurangan cairan tubuh) hingga napasnya sesak, muntah-muntah dan tubuh mengalami syok. Hingga anak harus dirawat di rumah sakit
Gejalanya:
Anak dikatakan diare jika buang air besar lebih encer dari biasanya dan frekuensinya sering. Misalnya biasanya 3 kali sehari, maka yang dikatakan diare, andai buang air besar lebih dari 3 kali. Selain itu bentuk tinja yang keluar pun berupa cairan. Jika Anda mendapati si kecil 6 kali mengalami buang air, segeralah membawanya ke dokter.
Penanganannya:
Cara menangani anak diare cukup mudah, yakni dengan memberinya oralit atau campuran larutan gula dan garam. Berikan oralit sebanyak mungkin: semampu anak, untuk menggantikan cairan yang hilang. Kemudian jangan mengonsumsi makanan yang merangsang pencemaannya. Supaya kondisi tubuhnya tetap kuat, berikan susu yang diencerkan. Jika menggunakan ASI teruskan pemberiannya.
5. Sembelit
Masalah yang satu ini kerap terjadi pada kebanyakan anak. Sembelit adalah keadaan di mana anak sulit mengalami buang air besar, karena feces (tinja) yang dikeluarkan sangat keras. Bisanya sembelit tidak berlaku pada bayi yang masih menyusu dengan ibunya. Keadaan sembelit ini seringkali terjadi pada bayi yang menyusu formula, penyebabnya kandungan zat besi yang berlebihan atau bayi yang hipersensitif /alergi pada makanan.
Penanganannya:
Biasanya deugan diberi cairan atau buah seperti pepaya ataupun makanan yang banyak mengandung serat, problem sembelit ini akan hilang. Sedangkan untuk bayi yang belum mendapat makanan tambahan bisa diberi sup. Tapi Jika tak berangsur membaik, dan keadaan sembelit berlangsung selama 4 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Ini berarti kondisi tubuhnya perlu penanganan lebih lanjut. Dokter akan memberi obat, baik itu diminum atau yang dimasukkan ke dalam anus untuk melunakkan feces.
6. Cegukan
Penyebab cegukan adalah peregangan diagframa karena ada rangsangan yang membuatnya meregang. Seperti orang dewasa, bayi pun mengalami cegukan, walaupun tidak berbahaya tapi keadaan ini sangat tak menyenangkan bagi anak. Cegukan bisa diatasi dengan memberi cairan yang banyak pada bayi.
Penanganannya:
Telungkupkan si bayi atau peluk si kecil ke dibahu Anda, lalu tepuk-tepuk pantatnya.
7. Bayi Kuning
Yang sering terjadi pada bayi yang baru lahir mereka sering tampak kuning. Hal ini terjadi karena tak seimbangnya proses pemecahan sel darah merah pengangkut bilurubin dalam darah ke hati. Hal ini menyebabkan penumpukan bilurubin di dalam darah yang menyebabkan wama kuning. Selain itu, bayi kuning juga dapat terjadi karena ketidakcocokannya darah ibu dan anaknya. Misalnya si bayi berdarah 0 sedang si ibu berdarah A.Masalah bayi kuning umumnya sudah terdeteksi sejak lahir, sehingga paramedis segera menanganinya. Karena kebanyakan kuning muncul 2×24 jam setelah bayi lahir. Tapi ada pula bayi kuning muncul setelah pulang ke rumah. Ciri bayi kuning adalah kulit, mata, selaput lendir tampak kuning, perut bayi kembung dan warna urinnya cokelat.
Penanganannya:
Untuk mencegah bayi kuning berikan ASI sebanyak mungkin pada bayi untuk mencegah meningkatnya kadar bilurubin. Jika Anda merasa kuning pada bayi tak normal segera membawanya ke rumah sakit, agar bayi mendapat penyinaran lampu biru. Atau jemur bayi pada pukul 6-10 pagi selama 15 menit.
8. Ruam Popok
Ruam popok adalah kelainan kulit yang sering terjadi pada bayi dan anak, terutama pada anak yang menggunakan popok sekali buang. Radang akibat air seni ini bisa disembuhkan, caranya menjaga agar bokong si kecil tetap kering.
Penangannya:
Rajin menganti popok dan membersihkan bagian bokong dengan baik, serta memberinya salep untuk membantu melindungi bayi dari ruam. Sebab jika ruam diabaikan ia akan menyebar menjadi jamur.

C. KELAINAN-KELAINAN PADA BAYI BARU LAHIR
1. Down's syndrome
Down's syndrome atau sindroma Down (SD) ditemukan oleh John Langdon Down, seorang dokter Inggris pada tahun 1966. Penyebabnya adalah 'kelebihan jumlah' kromosom nomor 21 pada sel tubuh anak. Normalnya, tubuh manusia memiliki miliaran sel yang masing-masing mempuyai pusat informasi genetika yang disebut kromosom. Sebagian besar sel tubuh mengandung 23 pasang kromosom. Dalam kasus SD, kromosom nomor 21 jumlahnya tidak sepasang, melainkan tiga.Istilah medisnya Trisomy 21. Kelebihan kromosom ini menimbulkan guncangan sistem metabolisme dalam sel, yang mengakibatkan SD. SD sendiri memunculkan kelambatan mental pada penderita, meski tak tertutup kemungkinan penderita memiliki kecerdasan normal atau bahkan di atas rata-rata.
SD adalah kelainan kromosom yang paling sering terjadi. Di Indonesia saja terdapat 300 ribu kasus. Dari hasil penelitian, SD menimpa satu dari 700 kelahiran, dan umumnya terjadi pada kelahiran saat ibu berusia di atas 30 tahun. Semakin tinggi usia ibu, semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya SD. Ada tiga jenis SD ditilik dari kelebihan kromosom 21 tersebut. SD primer adalah kelebihan kromosom 21 pada seluruh sel tubuh anak. Kebanyakan peristiwa ini ditemukan pada sel telur wanita yang hamil di atas usia 30 tahun. SD sekunder terjadi jika salah satu kromosom 21 yang berlebih itu menempel pada kromosom lain (misal, kromosom 12, 13, 14, atau 22). Penempelan ini menyebabkan bayi menjadi carrier atau pembawa kelainan, sehingga keturunannya kelak bisa menderita SD. Terakhir, SD tertier atau mosaik, adalah kelebihan kromosom 21 yang tak terjadi di seluruh sel tubuh. Ada sel-sel yang normal, sehingga tetap berfungsi normal dan sehat. Bila kebetulan sel otak normal, taraf kecerdasan anak pun niscaya tak terganggu.
2. Anencephalus
Anenchepalus adalah keadaan di mana bayi lahir tanpa tulang tengkorak bagian atas, yang disertai tak sempurnanya pembentukan sebagian besar otak. Ini lantaran proses pembentukan tabung saraf yang tak sempurna. Karena kecacatannya cukup berat, bayi tersebut tak akan mampu bertahan hidup lebih lama, sehingga akan meninggal dunia segera setelah dilahirkan.Angka kejadiannya cukup jarang, kurang lebih satu dari 1.000 kelahiran. Sampai saat ini, penyebabnya yang pasti belum dapat ditemukan. Tapi kemungkinan besar terkait erat dengan kelainan genetika atau kelainan kromosom. Dijumpai pula hubungan dengan kekurangan asupan asam folat pada ibu hamil, sehingga penambahan asupan asam folat sejak hamil sangat dianjurkan. Anenchepalus juga dapat timbul pada janin akibat ibu menderita diabetes mellitus. Keadaan ini disebut embrio diabetik.Meski penyebabnya belum diketahui pasti, penting untuk mengamati kondisi janin pada kehamilan berikutnya. Sebab, ada 5% kemungkinan kasus anenchepalus berulang. Pengamatan dapat dilakukan dengan USG atau pemeriksaan kadar alfa-fetoprotein (AFP) pada darah ibu atau cairan ketuban.
3. Cacat Jantung Bawaan
Dari setiap 100 bayi, ditemukan satu bayi yang lahir dengan jantung tak normal. Kelainan semacam ini disebut 'cacat jantung bawaan'. Ada bermacam-macam jenisnya. Misalnya, kegagalan pemisahan empat bilik pada jantung dan pembuluh besar yang dihasilkannya. Pada beberapa bayi, terbentuk lubang di sekat pemisah yang seharusnya masif, pembuluh darah yang seharusnya tertutup ternyata terbuka, atau pembuluh darah yang salah sambung. Jenis cacat jantung bawaan lainnya: ruang jantung terlalu sempit, arteri utama hampir tertutup, katup jantung tak normal dan bocor, serta penyempitan aorta atau batang nadi. Pada kasus penyempitan aorta atau batang nadi, aorta sangat menyempit pada satu tempat. Akibatnya, pasokan darah beroksigen ke seluruh tubuh menurun. Bilik jantung sebelah kiri dipaksa bekerja lebih keras, sehingga timbullah tekanan darah tinggi. Banyak kasus yang tak serius dan tak disadari sepanjang hidup. Kasus lainnya sembuh sendiri, tetapi sebagian lagi dapat mengancam nyawa dan harus diperbaiki dengan teknik operasi - mulai dari jahitan sederhana sampai penggantian bagian yang tak berfungsi dengan benda sintetis. b Rahmi Hastari/Dari berbagai sumber











































BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrautern. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain itu pengaruh kehamilan dan proses persalinan mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan mortalitas bayi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatic dan cepat berlangsung adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan sumber glukosa
B. SARAN
Ibu dan keluarga diharapkan dapat memiliki kemandirian fisiologis dalam mempersiapkan dan menghadapi bayi baru lahir dan dapat mendeteksi dini jika ditemukan kelainan serta melakukan perawatan yang baik untuk bayinya.











DAFTAR PUSTAKA



Cunningham, et all, Obstetri William, Edisi 18, Jakarta, EGC
Llewellyn, 2002, Dasar – Dasar Obstetri Ginekologi, Jakarta, Hipokrates,
Mochtar, R, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta, EGC
Prawirohadjo, S, 1999, Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Balai Pustaka
http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklob6.html
Bobak, Lowdermik, dan Jensen< alih bahasa: Maria A,Wijayarini, Peter I.

TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA

KATA PENGANTAR


Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yg telah melimpahkan rahmat,taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah “Konsep Tumbuh Kembang Bayi dan Balita” ini dapat terselesaikan pada waktunya, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Neonatus,Bayi dan Balita.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini disampaikan rasa terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada
1. Ibu Puji Hastuti,S.Si.T yang mengampu Program Studi Asuhan Neonatus,Bayi dan Balita Semester III, AKBID Bakti Utama Pati.
2. Rekan–rekan dan semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan dorongan sehingga terwujud makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah lebih lanjut.
Akhir kata, semoga apa yang telah kami kerjakan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan.



Pati, 11 Agustus 2009









DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latarbelakang 1
2. Tujuan penulisan 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan 2
2. Prinsip Tumbuh Kembang 2
3. Ciri – cirri Tumbuh Kembang 3
4. Tahap – Tahap Tumbuh Kembang Bayi dan Balita 4
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan 7
b. Saran 7
DAFTAR PUSTAKA



















BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Setiap orangtua tentu berkeinginan agar anaknya dapat tumbuh kembang optimal, yaitu agar anaknya dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi genetik yang ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak ( asah, asih, dan asuh ) terpenuhi. Kebutuhan dasar anak harus dipenuhi yang mencakup imtaq, perhatian, kasih sayang, gizi, kesehatan, penghargaan, pengasuhan, rasa aman / perlindungan, partisipasi, stimulasi dan pendidikan ( asah, asih dan asuh ). Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan.(5) Untuk itulah dalam perkuliahan ini akan dibahas mengenai pemantauan tumbuh kembang neonatus terutama pada pertumbuhan fisik pada neonatus baik BB dan TB dengan menggunakan Denver Development Stress Test (DDST).
2. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini di maksudkan untuk:
a. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
b. Prinsip –Prinsip Tumbuh Kembang
c. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang
d. Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Bayi dan Balita









BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TUMBUH KEMBANG
1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.(Soetjiningsih. 1998 )
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh. ( Depkes RI )
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu; perkembangan lebih menitikberatkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan.(Markum,1991)

2. Prinsip-Prinsip Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang merupakan proses yang dinamis dan terus menerus.Prinsip tumbuh kembang
a. Tumbuh kembang terus menerus dan komplek
b. Tumbuh kembang merupakan proses yang teratur dan dapat diprediksi
c. Tumbuh kembang berbeda dan terintegrasi
d. Setiap aspek tumbuh kembang berbeda dalah setiap tahapnya dan dapat dimodifikasi
e. Tahapan tumbang spesifik untuk setiap orang
Prinsip tumbuh kembang menurut Potter & Perry ( 2005 )
a. Perkembangan merupakan hal yang terartur dan mengikuti rangkaian tertentu
b. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus menerus, dalam pola sebagai berikut :
• Cephalocaudal : pertumbuhan berlangsung terus dari kepala ke arah bawah bagian tubuh
• Proximodistal : perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat ( proksimal ) tubuh kea rah luar tubuh ( distal )
• Differentiation : ketika perkembangan berlangsung terus dari yang mudah kearah yang lebih kompleks.
• Perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat diprediksi , terjadi dengan pola yang konsisten dan kronologis
Prinsip Perkembangan dari Kozier dan Erb
a. Manusia tumbuh secara terus menerus
b. Manusia mengikuti bentuk yang sama dalam pertumbuhan dan perkembangan
c. Manusia berkembang menyebabkan dia mendapatkan proses pembelajaran dan kematangan
d. Masing-masing tahapan perkembangan memiki karakteristik tertentu
selama bayi (infancy) dan balita merupakan saat pembentukan perilaku, gaya hidup, dan bentuk pertumbuhan.

3. Ciri –Ciri Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa mempunyai cirri-ciri tersendiri, yaitu (Soetjiningsih, 1995) :
a. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas atau dewasa, dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
b. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ.
c. Pola perkembangan anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya.
d. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi system susunan saraf.
e. Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.
f. Arah perkembangan anak adalah cephalocaudal.
g. Refleks primitive seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.

4. Tahap –Tahap Tumbuh Kembang Bayi dan Balita

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYI DAN BALITA
UMUR MOTORIK KASAR MOTORIK HALUS KOMUNIKASI/BICARA SOSIAL/KEMANDIRIAN
1 Bulan Tangan & kaki bergerak aktif Kepala menoleh ke samping kanan dan kiri Bereaksi terhadap bunyi lonceng Menatap wajah ibu/pengasuh.
2 Bulan Mengangkat kepala ketika tengkurap Bersuara Tersenyum Spontan
3 Bulan Kepala tegak ketika didudukan Memegang mainan Tertawa/Berteriak Memandang tangannya
4 Bulan Tengkurap-terlentang sendiri
5 Bulan Meraih, menggapai Menoleh ke suara Meraih mainan
6 Bulan Duduk tanpa berpegangan Memasukkan biskuit ke mulut
7 Bulan Mengambil mainan dengan tangan kanan dan kiri Bersuara ma, ma…
8 Bulan Berdiri berpegangan
9 Bulan Menjimpit Melambaikan tangan
10 Bulan Memukul mainan di kedua tangan Bertepuk tangan
11 Bulan Memanggil Mama, Papa Menunjuk, meminta
12 Bulan Berdiri tanpa berpegangan Memasukkan mainan ke cangkir Bermain dengan orang lain
15 Bulan Berjalan Mencoret-coret Berbicara 2 kata Minum dari gelas
1,5 Tahun Lari naik tanggaMenendang bola Menumpuk 2 mainan Berbicara beberapa kata (mimik, pipis) Memakai sendok, menyuapi boneka
2 Tahun Menumpuk 4 mainan Menunjuk gambar (bola,kucing) Menggabungkan beberapa kata (mama pipis) Menunjuk bagian tubuh (mata, mulut) Melepas pakaian,Memakai pakaian,Menyikat gigi
2,5 Tahun Melompat Mencuci tangan dan mengeringkan tangan
3 Tahun Menggambar garis tegak Menyebutkan warna benda, menyebutkan penggunaan benda (gelas untuk minum) Menyebutkan nama temanMemakai baju kaos
3,5 Tahun Berdiri 1 kaki Menggambar lingkaran, menggambar tanda tambah, Menggambar manusia (kepala,badan, kaki)
4 Tahun Memakai baju tanpa dibantu
4,5 Tahun Bermain kartu, menyikat gigi tanpa dibantu
5 Tahun Menghitung mainan










BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan :
1) Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
2) Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
3) Perkembangan fisik mencakup pertumbuhan biologis. Misalnya, pertumbuhan otak, otot, tulang serta penuaan dengan berkurangnya ketajaman pandangan mata dan berkurangnya kekuatan otot-otot.
4) Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat memberikan pelayanan dari mulai manusia sebelum lahir sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus yang samapun tindakan yang diberikan akan sangat berdeda karena setiap orang adalah unik, sehingga seorang perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang.
5) Tumbuh kembang merupakan proses yang dinamis dan terus menerus
B. Saran
1. Agar anak dapat tumbuh kembang dengan baik maka para ibu – ibu diharapkan dapat memeperhatikan gizi pada bayi dan melatih anak untuk belajar sesuai dengan tahapanya.
Sebab belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak
2. Dalam mengajar, guru hendaknya mampu mengomunikasikan materi dan menyampaikan informasi dengan menggunakan berbagai metode mengajar agar setiap anak dapat menyerap dan memahaminya untuk kemudian digunakan pada saat diperlukan. Hal ini hanya dapat dicapai bila guru mengetahui karakteristik murid-muridnya yang visual, yang auditorial maupun yang kinestik.
3 Bagi ibu – ibu yang mempubyai anak diharapkan dapat membimbing anaknya ke arah yang benar agar anaknya memiliki kognitif yang luas daN tidak neniliki gangguan mental.






































DAFTAR PUSTAKA

Markum, A.H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Rabu, 20 Mei 2009

Hipertensi dengan Kehamilan

Hipertensi dengan Kehamilan

Berdasarkan pengalaman klinik dalam penanggulangan hi-
pertensi dengan kehamilan di Indonesia dengan penyesuaian
terhadap lingkungan dan fasilitas yang tersedia bagi sebagian
besar dokter di Indonesia, dirasakan perlu adanya suatu upaya
klasifikasi baru mengenai hipertensi dengan kehamilan. Tujuan
klasifikasi baru ini adalah untuk mempermudah diagnostik
dengan memberikan beberapa tolok ukur klinik dan untuk me-
nyeragamkan catatan medik agar dapat membantu epidemio-
logi dan penanggulangan hipertensi dengan kehamilan dimasa
depan.
Dalam Kongres Internasional Society of Hypertension in
Pregnancy' , diusulkan suatu kiasifikasi klinis yang dirasakan
cocok untuk negara kita. Makalah ini berusaha menyebarluas-
kan klasifikasi baru ini untuk mendapatkan umpan balik dari
pembaca.
BEBERAPA TOLOK UKUR KLINIS
Di masa lalu yang segala keadaan yang berhubungan
dengan hipertensi dengan kehamilan digabungkan dalam istilah
toksemia kehamilan dengan trias hipertensi, proteinuria dan
edema. Pada saat ini, istilah toksemia kehamilan tidak dianjur-
kan lagi, demikian juga berpuluh-puluh istilah lain. Yang di-
pakai adalah data klinis yang ditemukan pada satu kali peme-
riksaan. Edema yang penilaiannya sangat subjektif, terutama
dalam derajat dan patologinya tidak lagi dipakai sebagai tolok
ukur. Tolok ukur yang dipergunakan hanya tinggal dua, yaitu
hipertensi dan proteini ria bermakna.
Hipertensi dinyatakan dan apabila tekanan diastolik sama
atau lebih dari 90 mmHg, yang diperiksa dua kali berturutturut
dengan selang waktu 4 jam atau bila tekanan diastolik sama
atau lebih dari 100 mm Hg pada waktu pemeriksaan. Penilaian
tekanan darah dilakukan dalam keadaan berbaring miring,
dalam posisi setengah. duduk (1530 derajat dari bidang
mendatar). Tekanan diastolik diukur berdasarkan bunyi
Korotkoff 4, yaitu pada saat bunyi terdengar melemah.
Proteinuria bermakna dinyatakan ada bila didapatkan:
a) derajat 2+ pada urin sewaktu dengan memakai cara clean
catch atau urin kateter yang diperiksa dengan metode kertas
reagen (strip) atau metode sulfosalisilat. Pemeriksaan ini harus
dilakukan dua kali dengan selang waktu 4 jam.
b) atau didapatkan jumlah protein sama atau lebih dari 300 mg
pada urin 24 jam yang terkumpul sempurna. Pemeriksaan ini
cukup dilakukan satu kali saja.
Kedua tolok ukur ini dapat diperiksa secara objektif dan pada
umumnya dapat dilakukan di seluruh Indonesia.
BEBERAPA ISTILAH
Istilah hipertensi proteinuria dengan kehamilan dipakai
sebagai istilah umum, yang menggambarkan adanya hipertensi
proteinuria dan adanya kehamilan tanpa menjelaskan hubung-
annya.
Istilah hipertensi proteinuria pada kehamilan dipakai -bila
diperkirakan hipertensi dan proteinuria disebabkan oleh he-
hamilan itu sendiri.
Pada umumnya keadaan ini timbul setelah kehamilan ber-
langsung 20 minggu atau lebih, waktu persalinan ataupun 2
hari masa nifas.
Istilah hipertensi proteinuria dan kehamilan dipakai bila:
a)
Keadaan ini telah diketahui sebelum kehamilan atau
b)
Keadaan ini timbul sebelum kehamilan 20 minggu, dan
c)
Keadaan ini tetap ada setelah habis masa nifas. Jadi hiper-
tensi / proteinuria telah ada sebelum hamil dan tetap ada
sesudah nifas.
KLASIFIKASI HIPERTENSI DENGAN KEHAMILAN
1.
Hipertensi pada kehamilan.
2.
Hipertensi dan kehamilan
3.
Hipertensi dengan kehamilan tidak terklasifikasi.
Hipertensi pada kehamilan
Golongan ini dibagi dalam :
a. hipertensi pada kehamilan > 20 minggu / persalinan / 2 hari
masa nifas.
Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 19
b.
Proteinuria pada kehamilan > 20 minggu / persalinan / 2
hari masa nifas.
c.
Proteinuria dan hipertensi pada kehamilan > 20 minggu /
persalinan / 2 hari masa nifas = (preeklampsia).
·
Hipertensi pada kehamilan adalah :
hipertensi yang timbul pada kehamilan yang hilang/menjadi
normotensif pada masa nifas.
·
Proteinuria pada kehamilan bisa disebabkan :
1.
orthostatic proteinuria
2.
pyuria
3.
kehamilan sendiri (preeklampsia)
4.
penyakit ginjal baik akut maupun kronik.
Orthostatik proteinuria dan pyuria dapat di diagnosis dengan
mudah, sedangkan proteinuria yang disebabkan kehamilan
sendiri dan proteinuria pada penyakit ginjal baik akut maupun
kronik sering barn bisa diketahui secara pasti pasca persalinan.
Proteinuria ini akan menghilang pada masa nifas.
Proteinuria dan hipertensi pada kehamilan pada umumnya
merupakan pertanda preeklampsia. Kadang-kadang nefritis
akut bisa muncul pertama kali dalam kehamilan dengan gejala
hipertensi danproteinuria,tapi kejadian ini jarang sekali.
Hipertensi dan kehamilan
Keadaan ini meliputi :
a.
hipertensi kronik
b.
penyakit ginjal kronik
c.
hipertensi dengan preeklampsia (superimposed)
·
Hipertensi kronik pada umumnya adalah hipertensi essen-
sial yang terdapat bersama dengan kehamilan.
Hipertensi sekunder pun bisa ditemukan sesuai dengan fre-
kuensinya pada masyarakat.
·
Penyakit ginjal kronik disamping yang jelas dapat
diketahui, dianggap ada bila ditemukan proteinuria bermakna
sebelum kehamilan 20 minggu.
·
Timbulnya proteinuria pada hipertensi kronik selama masa
kehamilan menunjukkan timbulnya preeklampsia, yang disertai
kenaikan jumlah kematian perinatal.
Hipertensi dan/atau proteinuria yang tidak dapat
diklafikasi-kan.
Hal ini terutama terjadi bila hipertensi dan/atau proteinuria
didapatkan pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu tanpa
ada didapatkan riwayat kadaan ini sebelumnya. Klasifikasi
diadakan sesudah persalinan. Bila hipertensi dan/atau protei-
nuria menghilang setelah persalinan, keadaan ini termasuk
hipertensi/proteinuria pada kehamilan. Bila hipertensi ini/ atau
proteinuria tetap ada sesudah 2 hari masa nifas, keadaan ini
termasuk hipertensi/proteinuria dan kehamilan.
KEUNTUNGAN KLASIFIKASI BARU
1.
Bersifat murni klinis.
2.
Klasifikasi didasarkan saat timbulnya kelainan sewaktu
kehamilan, persalinan atau dalam 2 hari masa nifas.
3.
Klasifikasi ini membuka kesempatan untuk reklasifikasi
selambat-lambatnya sampai akhir masa nifas.
Klasifikasi ini sangat sederhana praktis dan kami anjurkan
dipakai oleh para ahli sesuai sikon di Indonesia.
Masih banyak kelemahan-kelemahan, yang juga terbukti